BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Definisi hutan yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan ekosistem, berupa hamparan lahan, berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, dan mampu memberi manfaat secara lestari. Manfaat langsung yang diperoleh dari hutan adalah hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayunya, sedangkan manfaat tidak langsung yang diperoleh dari hutan adalah pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, habitat flora fauna, dan mengurangi terjadinya bencana seperti banjir dan erosi. (UU Nomor 41 Tahun 1999). Seresah hutan sangat mengurangi banyaknya run-off dan melindungi tanah dari pukulan air hujan yang daya kinetiknya sangat besar. Selain banyaknya seresah, tutupan lahan juga berpengaruh terhadap besar erosi yang terjadi. Besarnya erosi akan berbeda di setiap kelas hutan dengan dinamika umur vegetasi yang bermacam. Hal tersebut terjadi karena umur yang berbeda akan memiliki persentase tutupan tajuk yang berbeda pula untuk menahan pukulan air hujan yang masuk. Pada tegakan hutan yang berumur tua, akan memiliki tutupan tajuk yang lebih rapat sehingga besar erosi oleh aliran permukaan lebih kecil karena tetesan air hujan akan ditahan oleh tajuk dan batang (Mawardi, 2011). 1
Erosi yang terjadi di RPH Kubangkangkung BKPH Kawunganten KPH Banyumas Barat memiliki berbagai dampak negatif. Dampak yang paling besar dan langsung dapat dilihat di lokasi terjadinya erosi ini adalah hilangnya lapisan tanah atas atau top soil yang menyebabkan ikut terbawanya unsur hara tanah bersama dengan tanah yang tererosi. Lapisan tanah atas ini merupakan lapisan tanah yang paling subur karena mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Erosi yang terjadi akan mempengaruhi produktivitas lahan dan menyebabkan mundurnya produksi hasil tanaman. Masalah pengaruh erosi terhadap produktivitas lahan ini tidak banyak diperhatikan namun memiliki dampak besar terhadap hasil tanaman (Noor, 2006). Stok hutan sebagai pengatur tata air dan pelindung tanah dari erosi memiliki nilai manfaat ekonomi yang tinggi. Namun, manfaat hutan tersebut tidak diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya karena mengalami kegagalan pasar. Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kegagalan pasar dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya disebabkan karena adanya eksternalitas positif dari hutan yaitu dampak positif hutan yang tidak dapat dirasakan langsung sehingga bersifat under value (Sulaeman, 2013). Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak hanya akan menilai besarnya manfaat ekonomi hutan sebagai penghasil kayu, namun juga sebagai pengurang erosi ke dalam satuan moneter. 2
1.2. Rumusan Masalah Tekanan terhadap hutan oleh tindakan manusia semakin terasa saat ini. Makin banyak kawasan hutan yang terambah dan mengalami alih fungsi pemanfaatan sebagai perkebunan, pertanian, bahkan pemukiman. Seperti yang terjadi pada hutan produksi milik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di KPH Banyumas Barat, BKPH Kawungaten, RPH Kubangkangkung. Banyak areal (terutama tanah kosong) yang dijadikan ladang pertanian oleh masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa menjaga dan melestarikan sumberdaya hutan menjadi prioritas ke sekian dalam kebutuhan masyarakat. Sebagian besar masyarakat lebih membutuhkan hutan yang bisa dimanfaatkan secara langsung (seperti penyedia pakan ternak, kayu bakar, kayu rebah, dan lain lain) daripada hutan yang memberi manfaat seara tidak langsung (seperti jasa lingkungan) meskipun sebenarnya kedua manfaat tersebut sangat penting bagi masyarakat. Masalah tersebut dapat menyebabkan terjadinya eksploitasi lahan yang terus menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah konservasi, sehingga menyebabkan penurunan produktifitas lahan baik sifatnya sementara maupun tetap yang pada gilirannya akan berdampak pada perubahan ekosistem yang mengarah ke degradasi lingkungan (Rusdi, 2013). Kecilnya APBN untuk sektor kehutanan tahun 2016 yang baru saja ditetapkan pada tanggal 30 Oktober 2015, alokasi anggaran di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih hanya mendapatkan porsi yang sangat sedikit yaitu hanya sebesar Rp. 6,1 triliun atau sekitar 0,81% dari seluruh total anggaran yang ada dalam APBN 2016, jauh sekali dari tawaran masyarakat 3
seperti halnya WALHI pernah menawarkan bahwa alokasi anggaran untuk sektor kehutanan dan konservasi sebesar 15% dari total APBN (Indonesia Budget Center (IBC), 2015).. Kecilnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan hutan ini terjadi karena hutan hanya dipandang dari sisi ekonomi yang tangible sebagai penyedia kayu saja. Pemerintah kurang memperhitungkan besarnya manfaat hutan sebagai jasa lingkungan. Oleh karena itu, perlu ada penilaian terhadap manfaat jasa lingkungan hutan salah satunya sebagai pengurang erosi seperti berikut ini : 1. Berapa besar erosi di hutan tanaman jati pada berbagai umur? 2. Berapa nilai manfaat ekonomi fungsi hutan dalam pengurangan tingkat erosi? 3. Bagaimana efisiensi ekonomi dengan adanya hutan tanaman jati di KPH Banyumas Barat? 1.3. Ruang Lingkup Dalam konteks penelitian ini akan dicobakan untuk melihat permasalahan yang telah dipaparkan di muka yaitu menilai manfaat ekonomi hutan tanaman jati tidak hanya sebagai penghasil kayu saja, namun juga manfaat ekonomi lingkungan sebagai pengurang erosi pada kawasan hutan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di KPH Banyumas Barat, BKPH Kawungaten, RPH Kubangkangkung tepatnya di petak TJKL tanaman jati di berbagai tingkat umur. 4
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui nilai ekonomi fungsi hutan sebagai penghasil kayu dan pengurang erosi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui besarnya erosi dan pengurangan erosi setiap tahun di kelas hutan TJKL berupa tanaman JPP di berbagai tingkat umur. 2. Mengetahui manfaat ekonomi fungsi hutan sebagai penghasil kayu dan pengurang tingkat erosi. 3. Mengetahui efisiensi ekonomi dengan adanya hutan tanaman jati di KPH Banyumas Barat. 1.5. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang fungsi hutan berupa taksiran besarnya erosi yang dapat dikurangi dengan adanya hutan, serta memberikan informasi penaksiran nilai ekonomi fungsi hutan sebagai penghasil kayu dan pengurang erosi. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan suatu kebijakan kehutanan, selain itu diharapkan bisa menjadi tambahan referensi tentang nilai eksternalitas positif sumberdaya hutan atau sebagai bahan bacaan dalam rangka menambah pengetahuan manfaat pelestarian hutan. 5