BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25. TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN OBJEK

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

3. Pengelolaan air kotor dan kotoran manusia (Sawage and Exreta Disposal) 4. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL. Oleh : Pingit Broto Atmadi

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang

6.1 Program Dasar Perencanaan

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 2. Undang-Undang Nomor 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TAHUN : 2006 NOMOR : 04

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERENCANAAN TERMINAL SASARAN SEBAGAI PENGEMBANGAN TERMINAL TONDANO DI KABUPATEN MINAHASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN dan tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan satuan lalu-lintas (kendaraan, barang, dan sebagainya) diproses penuh sehingga sedia meneruskan perjalanannya. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132 Tahun 2015 menyebutkan bahwa terminal merupakan pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. 2.2. Klasifikasi Terminal Proses bongkar muat barang dalam jumlah besar didalam lokasi terminal tentunya membutuhkan ruang gerak yang besar pula. Agar penumpang lebih nyaman beraktivitas di dalam terminal, maka antara terminal penumpang dan terminal barang 7

8 diatur terpisah sesuai fungsi pelayanannya. dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993, terminal menurut jenis angkutan diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu 1. terminal penumpang, adalah tempat melayani pergantian moda angkutan penumpang ditambah barang bawaan untuk perjalanan antar kota dan dalam kota, 2. terminal barang, adalah tempat bergantinya moda angkutan bagi barang pada jenis terminal tertentu, sekaligus sebagai terminal barang dan terminal penumpang. Klasifikasi lebih rinci tentang terminal penumpang dan terminal barang untuk mengatur jalur lintas batas moda angkutan umum, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132 Tahun 2015 diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu 1. terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), dan angkutan lalu lintas batas Antar Negara, Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota (Angkot), dan Angkutan Pedesaan (Ades), 2. terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum unutuk Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota (Angkot), dan atau Angkutan Pedesaan (Ades),

9 3. terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Pedesaan (Ades). 2.3. Fungsi Terminal Diwujudkannya suatu terminal, tentunya agar dapat berfungsi baik bagi pengelola maupun pengguna jasa terminal. berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 31 Tahun 1993, fungsi terminal bagi pengelola dan pengguna jasa terminal adalah sebagai berikut. 1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan yang satu ke moda atau kendaraan yang lain, tempat tersedianya fasilitas fasilitas dan informasi (pelataran parkir, ruang tunggu, papan informasi, toilet, toko, loket, dll) serta fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi atau kendaraan penumpang. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah, antara lain adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas dan menghindari kemacetan, sebagai sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali arus kendaraan. 3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha jasa angkutan adalah untuk pengaturan pelayanan operasi bus, menyediakan

10 fasilitas istirahat dan informasi awak bus dan fasilitas pangkalan. 2.4. Perencanaan Terminal Perencanaan terminal tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan suatu terminal yang baik. menurut Adisasmita (2012), terdapat beberapa kriteria utama yang perlu ditetapkan dalam perencanaan terminal. 1. terminal hendaknya dapat mengatisipasi pergerakan pejalan kaki (pedestarian), yaitu mudah dicapai dari daerah sekitarnya, 2. terminal hendaknya dapat mengantisipasi sirkulasi pergerakan bus secara efektif dan efisien, 3. terminal hendaknya mengantisipasi kebutuhan transfer yang cepat dan mudah, 4. terminal hendaknya mampu mengatasi pergerakan lalu lintas secara mudah dan cepat, 5. terminal hendaknya membuat penumpang merasa nyaman dan aman, baik untuk kegiatan naik turun dari bus maupun transfer antar lintas bus, 6. terminal hendaknya sedemikian sehingga bus menaikturunkan penumpang secara mudah dan cepat, 7. terminal hendaknya sekecil mungkin mempengaruhi kondisi lalu lintas pada jaringan jalan sekitarnya.

11 Murwono (2006), menjelaskan karakteristik perencanaan terminal penumpang harus memperhatikan : 1. sirkulasi lalu lintas Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerakdengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan. Kendaraan didalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan a. jumlah arah perjalanan, b. frekuensi perjalanan, c. waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang. Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus agkutan antar kota. 2. fasilitas utama terminal 3. fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal 4. turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang 5. luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak

12 6. tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberi kesan yang nyaman dan akrab 7. luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak berdasarkan a. frekuensi keluar masuk kendaraan b. kecepatan waktu naik/turun penumpang c. kecepatan waktu bongkar/muat barang d. banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur 8. sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar, dan tertib. 2.5. Penentuan Lokasi Terminal Penempatan lokasi terminal merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menambah kinerja pelayanan suatu terminal. hal ini menyangkut kemudahan akses pengelola serta pengguna menuju ke lokasi terminal. Menurut Adisasmita (2012), penentuan lokasi terminal perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) 2. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal 3. keterpaduan intra/antar moda transportasi

13 4. kelestarian lingkungan 5. kondisi topografi lokasi terminal 6. rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana jaringan transportasi jalan. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013, menjelaskan bahwa dalam penentuan lokasi terminal perlu memperhatikan halhal sebagai berikut. 1. tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan ; 2. kesesuain lahan dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota ; 3. kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan ; 4. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan ; 5. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain ; 6. permintaan angkutan ; 7. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi ; 8. keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan ; dan 9. kelestarian fungsi lingkungan hidup.

14 Berdasarkan klasifikasi dan area pelayananya, dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, penentuan lokasi terminal adalah sebagai berikut. Persyaratan lokasi terminal tipe A yaitu : 1. terletak di ibu kota propinsi, kotamadya/kabupaten dalam jaringan trayek bus antar kota antar propinsi (AKAP), antar kota dalam propinsi (AKDP) dan angkutan lintas batas negara. 2. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A. 3. jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurangkurangnya 20 km di pulau jawa, 30 km di pulau sumatra, dan 50 km di pulau lainnya. 4. tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal di pulau jawa dan sumatra dan 3 Ha di pulau lainnya. 5. mempunyai jalan akses ke dan dari terminal sekurangkurangnya berjarak 100 meter di pulau jawa dan 50 meter di pulau lainnya. Persyaratan lokasi terminal tipe B yaitu : 1. terletak di kotamadya/kabupaten dalam jaringan trayek angkutan kota dalam propinsi (AKDP). 2. terletak di jalan arteri/kolektor dan kelas jalan sekurangkurangnya kelas III B.

15 3. jalan antar dua terminal penumpang tipe B/dengan terminal tipe a sekurangkurangnya 15 km di pulau jawa, 30 km di pulau lainnya. 4. tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di pulau jawa dan sumatra dan 2 Ha di pulau lainnya. 5. mempunyai jalan akses masuk/jalan keluar ke dan dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di pulau jawa dan 30 meter di pulau lainnya. Persyaratan lokasi terminal tipe C yaitu : 1. terletak di dalam wilayah kabupaten dalam jaringan trayek angkutan pedesaan. 2. terletak di jalan kolektor/lokal paling tinggi kelas III A. 3. tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan. 4. mempunyai jalan akses masuk/keluar kendaraan dari terminal sesuai dengankebutuhan untuk kelancaran lalu lintas disekitar terminal. 2.6. Fasilitas Terminal Fasilitas terminal merupakan faktor pendukung yang sangat dibutuhkan dalam pengoperasian sebuah terminal. menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2015, dalam penyelenggaraan terminal penumpang wajib menyediakan fasilitas terminal yang terdiri atas :

16 1. Fasilitas utama terminal yang terdiri dari : a. jalur keberangkatan kendaraan ; b. jalur kedatangan kendaraan ; c. ruang tunggu penumpang, pengantar, dan/atau penjemput ; d. tempat parkir kendaraan ; e. fasilitas pengelolaan lingkungan hidup (waste management) ; f. perlengkapan jalan ; g. fasilitas penggunaan teknologi ; h. media informasi ; i. penanganan pengemudi ; j. pelayanan pengguna terminal dari perusahaan bus (costumer service) ; k. fasilitas pengawasaan keselamatan ; l. jalur kedatangan penumpang ; m. ruang tunggu keberangkatan (boarding) ; n. ruang pembelian tiket ; o. ruang pembelian tiket untuk bersama ; p. outlet pembelian tiket secara online (single outlet ticketing online) ; q. pusat informasi (information center) ; r. papan perambuan dalam terminal (signage) ; s. papan pengumuman ; t. layanan bagasi (lost and found) ;

17 u. ruang penitipan barang (lockers) ; v. tempat berkumpul darurat (assembly point) ; dan w. jalur evakuasi bencana dalam terminal. 2. Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain : a. fasilitas penyandang cacat dan ibu hamil atau menyususi b. fasilitas keamanan ( checking point/ metal detector, cctv) ; c. fasilitas pelayanan keamanan ; d. fasilitas istirahat awak kendaraan ; e. fasilitas ramp check ; f. fasilitas pengendapan kendaraan ; g. fasilitas bengkel diperuntukkan bagi operasional bus ; h. fasilitas kesehatan ; i. fasilititas peribadatan ; j. tempat transit penumpang (hall) ; k. alat pemadam kebakaran ; dan/ atau l. fasilitas umum. 3. Fasilitas umum meliputi : a. toilet ; b. fasilitas park and ride ; c. tempat istirahat awak kendaraan ; d. fasilitas pereduksi pencemaran udara dan kebisingan ; e. fasilitas pemantau kualitas udara dan gas buang ;

18 f. fasilitas kebersihan, perawatan terminal, dan janitor ; g. fasilitas perbaikan ringan kendaraan umum ; h. fasilitas perdagangan, pertokoan, kantin pengemudi ; i. area merokok ; j. fasilitas restoran ; k. fasilitas anjungan tunai mandiri (atm) ; l. fasilitas pengantar barang (trolley dan tenaga angkut) ; m. fasilitas telekomunikasi dan area jaringan internet ; n. fasilitas penginapan ; o. fasilitas keamanan ; p. ruang anak anak ; q. media pengaduan layanan ; dan/ atau r. fasilitas umum lainnya sesuai kebutuhan.