Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

PENYITAAN PAJAK TANPA MASALAH (Studi Kasus Transaksi Melalui Lembaga Pembiayaan) Didik Hery Santosa E mail :

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perubahan ekonomi suatu negara akan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

Transkripsi:

A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak meningkat. Oleh karena Wajib Pajak telah diberi kepercayaan dan kemudahan oleh pemerintah dalam menghitung, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Peran fiskus dalam Tax Reform hanya sebagai pengawas Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya guna mengurangi jumlah tunggakan pajak yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mengurangi jumlah tunggakan pajak tersebut, maka Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan penagihan pajak. Tindakan penagihan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak dilindungi oleh payung hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Pelunasan utang pajak merupakan salah satu tujuan penting dari pemberlakuan undang-undang ini. Undang-undang ini juga diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan keadilan serta dapat mendorong peningkatan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya guna mengurangi tunggakan pajak yang timbul. Menurut Pasal 1 Ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, adalah sebagai berikut ; Penagihan pajak adalah serangkaian kegiatan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, menyusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Pelaksanaan penagihan pajak ini diawali dengan penerbitan surat ketetapan pajak (SKP) oleh KPP sebagai pihak penagih, yang dapat berupa surat ketetapan pajak kurang bayar

(SKPKB), surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (KPKPBT), surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB), dan surat ketetapan pajak nihil (SKPN), di samping itu Dirjen Pajak juga dapat menerbitkan surat tagihan pajak (STP). Dengan adanya surat-surat tersebut diharapkan utang pajak segera dilunasi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Apabila Wajib Pajak tidak dapat membayar pajaknya selambatlambatnya tujuh (7) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran SKP, maka dari pihak penagihan akan menerbitkan Surat Teguran (Berdasarkan Pasal 27 Ayat 5 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan). Adapun yang dimaksud Surat Teguran yaitu surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur Wajib Pajak agar melunasi utang pajaknya (sesuai dengan Pasal 8 Ayat 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa). Penyampaian Surat Teguran dapat dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi dengan bukti pengiriman surat. Jika Wajib Pajak masih tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat dua puluh satu (21) hari sejak tanggal diterbitkannya Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Paksa Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 pasal 1 Ayat 12 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa: Surat Paksa adalah perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Selanjutnya pada pasal 8 Ayat 1 dinyatakan bahwa Surat Paksa diterbitkan apabila: 1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis 2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus atau 3. Penanggung penanggung pajak tidak memenuhi ketetapan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak Apabila pajak yang masih harus dibayar, tidak dilunasi dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam (2 x 24 jam ) sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak,

maka pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ( Lubis, 2011:305). Penyitaan dilakukan oleh jurusita dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yang telah dewasa, orang Indonesia, dikenal oleh jurusita dan dapat dipercaya. Menurut pasal 26 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 jika 14 (empat belas) hari setelah diterbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan, Wajib Pajak masih tidak melunasi juga utang pajaknya, maka akan dilakukan Pengumuman lelang Selanjutnya pada pasal 26 Ayat 1a dinyatakan sesudah 14 (empat belas) hari pengumuman dilakukan ternyata masih belum melunasi utang pajaknya, Wajib Pajak dikenakan sanksi berupa tindakan pelelangan di muka umum. Lebih jelasnya jangka waktu pelaksanaan penagihan pajak dapat dilihat pada skema yang ada pada gambar 1 berikut: 7 hari setelah tgl jatuh 21 hari setelah tgl SKP tempo SKP Surat Teguran jatuh tempo Surat Surat Paksa 14 hari dari tgl Pengumuman Lelang 14 hari dari tgl SPMP 2 x 24 jam dari Surat Paksa Pelaksanaan Lelang Pengumuman lelang SPMP Gambar 1 Diagram Jangka Waktu Penagihan Pajak (Lubis:2011) Tindakan penagihan pajak dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) oleh bidang penagihan. Diperlukan jurusita yang melakukan proses penagihan yang ditunjuk oleh petugas yang berwenang, sudah dididik, dilatih dan dilakukan sumpah. Jadi tidak semua pegawai pajak bisa menjadi jurusita. Jurusita ini bertugas melaksana tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan pajak tersebut meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan, dan penyanderaan.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut sudah memadai, seperti melakukan pembaharuan peraturan, perubahan kebijakan, sosialisasi perpajakan dan meningkatkan kualitas pelayanan pajak. Bahkan sekarang ini telah ada kemudahan dengan hadirnya sistem administrasi perpajakan modern yang mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti e-spt, e-filling, e-payment, dan e-registration yang di harapkan dapat memudahkan Wajib Pajak, di mana Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke KPP, cukup dengan sistem online mereka bisa memenuhi kewajibannya. Namun, pada kenyataannya upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil, tetap saja masih banyak Wajib Pajak yang menunggak. Di lain pihak pada saat ini pemerintah giat melakukan pembangunan, yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Dengan semakin banyaknya pembangunan secara otomatis negara membutuhkan biaya yang semakin meningkat, di mana salah satu penyumbang terbanyak atas biaya pembangunan adalah pendapatan pajak. Hal ini tercantum dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Pajak merupakan pendapatan Negara yang potensial, untuk melaksanakan aktivitas operasional agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 pemerintah mematok penerimaan pajak Rp 1.113 triliun, dengan tax ratio 12,38 persen. Target ini Rp 3 triliun lebih tinggi dari usulan awal Rp 1.110 triliun, oleh sebab itu pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak (http://katadata.co.id/berita). KPP Pratama Makassar Utara merupakan salah satu KPP Pratama yang berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. Wilayah kerjanya tersebar di enam kecamatan yang mencakup 63 kelurahan di Kota Makassar.

Pada saat ini jumlah Wajib Pajak terdaftar pada KPP Pratama Makassar Utara mencapai 130 ribu. WP banyak yang bergerak di bidang perdagangan dan industri manufaktur, berhubung Kota Makassar merupakan kota yang memiliki pelabuhan laut dan udara berskala nasional, juga merupakan kawasan industri manufaktur. Dari Wajib Pajak yang telah terdaftar masih banyak yang tidak melakukan kewajibannya membayar pajak. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 1.1 di mana masih ada Surat Paksa yang diterbitkan di KPP Pratama Makassar Utara sebagai berikut: Tabel 1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara Jumlah Wajib Paksa dan Surat Paksa Tahun 2013-2015 Tahun Jumlah WP yang Terdaftar Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan 2013 2014 2015 9.163 10.103 10.863 578 628 1.747 Sumber : Seksi Penagihan Kantor Penagihan Pajak Pratama Makassar Utara Berdasarkan data tabel 1 tampak jumlah lembar Surat Paksa yang diterbitkan di KPP Pratama Makassar Utara pada tahun 2013 ketahun 2014 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam hal membayar pajak menurun. Kemudian di tahun 2014 ketahun 2015 jumlah lembar yang diterbitkan masih bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa ditahun 2015 kesadaran masyarakat menurun lagi dalam hal membayar pajak. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Apabila kekurangan pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo tidak juga dibayar, maka penagihan pajak dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pencapaian penerimaan pajak.

Berdasarkan realitas tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, penelitian mana diberi judul: Tinjauan Atas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi masalah penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimanakah proses penagihan pajak dengan Surat Paksa di KPP Pratama Makassar Utara? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan proses penagihan pajak dengan Surat Paksa di KPP Pratama Makassar Utara D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Manfaat Praktis a. Memberikan manfaat bagi entitas KPP Pratama Makassar Utara sebagai lokus penelitian untuk digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja di masa yang akan datang sehingga pendapatan pajak lebih meningkat. b. Bisa di jadikan bahan untuk mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran mereka untuk membayar pajak. 2. Manfaat Teoritis a. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian yang sejenis.