BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas a. Definisi Obesitas Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih besar dari atau sama dengan 25 overweight BMI lebih besar dari. badan yang melampaui ukuran ideal (Harjadi, 1986).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

POLA HIDUP SEHAT. Oleh : Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes. Page 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hadi (2003) ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

Obat Diabetes Paling Ampuh

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009). Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011) Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). 7

b. Penentuan Obesitas. Penentuan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan (IMT). seperti Tabel. 2.1. Index Mass Tubuh (IMT) merupakan rumusan matematis yang berkaitan dengan tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007). Rumus penentuan IMT. IMT = BB/TB. Batas ambang IMT ditentukan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk kepentingan indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas IMT untuk indonesia. Tabel. 2.1 Batas ambang IMT. Sangat kurus Kurus Katagori Kekurangan berat badan tingkat berat. Kekurangan berat badan tingkat ringan IMT < 17,0 17 - < 18,5 Normal 18,5 25,0 Gemuk overweight Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0-27,0 8

Obese Kelebihan berat badan tingkat berat > 27.0 (Sumber: Depkes,1994. pedoman praktis pemantauan Status Gizi orang dewasa, jakarta. hlm. 4). 2.1.2 Tipe tipe obesitas. Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan dalam beberapa tipe purwati, 2001 ) yaitu : 1. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karna jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel sel nya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak anak akan lebih sulit. 2. Tipe hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplasia. 3. Tipe Hiperplastik dan hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah sel melebihi norma. kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit deganeratif. 9

2.1.3 Penyebab obesitas. Penyebab obesitas secara langsung. a) Genetik Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut penelitian, anak - anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu meningkat menjadi 40 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan menjadi 70 80 % (Purwati, 2001). b) Kerusakan pada salah satu bagian otak. Sistem pengontrolan yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus, sebuh kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian bagian lain dari 10

otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah otak, sehingga lebih mudah di pengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerahkan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi napsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum dan akan mati kecuali bila di paksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusahkan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemuk. c) Pola makan berlebihan Orang yang kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia lapar. Pola makan berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan 11

jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. d) Hormonal. Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997). Selain hormon tiroid hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari, sebab hormone ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001). e) Kurang aktifitas fisik. 12

Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan (Moehyi, 1997). d. Sosial ekonomi Perubahan budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Boerhan hidajat, dkk. 2010). e. Lingkungan 13

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah masalah psikologi sehubungan dengan kegemukan. 2.1.4. Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit penyakit tersebut antara lain : a. Diabetes melitus. Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak 14

dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat (Purwati, 2001) b. Hipertensi (Tekanan darah tinggi). Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994). c. Gout. Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001) d. Jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang 15

penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010). e. Kanker. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara (Purwati, 2001). 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain 1. Umur 16

Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin manusia yang berbeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh manusia dikarenakan fungsi yang berbeda. 3. Suku Bangsa Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa yang merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis mongoloid 4. Jenis pekerjaan atau Latihan Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar. 17

2.2.2. Berbagai Upaya Menurunkan Berat Badan. Dalam menurunkan berat badan agar dapat kembali ideal dapat dilakukan dengan cara: Pengaturan pola makan atau diet. Penggunaan teknik akupuntur Aktivitas fisik / latihan jasmani. 2.2.3. Strategi Pencegahan Overweight dan Obesitas. Obesitas merupakan suatu kondisi dengan menyebabkan multifaktor, oleh karena itu penanganan yang tepat hendaknya memperhatikan pendekatan secara multi disiplie Pencegahan overweight dan obesitas terdiri dari tiga tahapan yaitu: pencegahan primer, sekunder, dan tertier. Pencegahan primer adalah dengan pendekatan komunitas untuk mempromosikan cara hidup sehat. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan pusat kesehatan masyarakat. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan prevelensi obesitas sedangkan pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi obesitas dan komplikasi penyakit yang ditimbulkannya. Pada dasarnya prinsip dari pencegahan dan penatalaksanaan overweight dan obesitas adalah mengurangi asupan energi serta 18

meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan pola makan, peningkatan aktifitas fisik, modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan sosial. 2.2.4 Pengaturan nutrisi dan pola makan. Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencega peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi serat. Upayakan tetap memilih makanan dan minuman yang dilakukan harus tetap dapat memenuhi kecukupan gizi. Ini berarti vitamin dan mineral harus terdapat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. 2.3.1 Perbanyak aktivitas fisik. Olahraga dan aktifitas fisik memberikan manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik maupun psikologi yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Contoh yang paling jelas adalah sebagai berikut, jika kita melakukan 19

aktivitas lari selama 1 jam penuh kegiatan ini akan membakar 600 kalori setara dengan kalori yang dihasilkan jika kita mengkonsumsi satu buah hamburger fast food. Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teraratur tidak hanya dapat membakar kalori, namun juga mengurangi lemak, meningkatkan massa otot tubuh dan memberikan manfaat yang cukup baik secara psikologis. 2.3.2 Modifikasi pola hidup dan perilaku. Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi hambatan hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga. Strategi yang dapat dilakukan adalah pengawasan sendiri tehadap berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik; mengontrol keinginan untuk makan (motivasi keluarga dan lingkungan seringkali diperlukan dalam hal ini); mengubah perilaku makan dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi; dan dukungan sosial dari keluargaan lingkungan. Risiko medis, penyakit degeneratif dan penyakit metabolik. Tekanan darah tinggi (hipertensi) gangguan kesehatan yang paling umum terjadi 20

pada orang yang obesitas adalah tekanan darah tinggi. Mereka yang berumur 26 45 tahun dan gemuk, kurang lebih dua kali lipat kemungkinan mengalami tekanan tekanan darah tinggi daripada mereka yang sebaya namun tidak gemuk. Kenaikan kadar kolestrol dan kadar lemak lain. Meningkat risiko penyakit jantung koroner ini merupakan penyebab kematian yang cukup pada penderita obesitas. Meningkatnya risiko terkena diabetes, mereka yang mengalami obesitas memiliki kemungkinan menderita diabetes (penyakit gula) kurang lebih tiga kali lipat dari pada yang tidak menglami obesitas. Meningkatkan risiko batu empedu. Meningkatnya risiko kanker, mereka yang mengalami obesitas memiliki risiko kanker pada kandungan dan usus besar. Kelainan Ortopedi, mereka yang mengalami obesitas pergerakannya lambat, dan sering menglami kelainan ortopedi akibat dari beban tubuh yang terlalu berat. Selain itu kecendurungan untuk mengalami radang pada sendi lutut dan sendi pinggul lebih banyak. Risiko psikososial orang yang menderita obesitas mempuanyi banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik, sehingga ini mengurangi kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan social. Selain itu, efek psikologi sering dialami penderita obesitas adalah kurang percaya diri. 21

2.3.4 Penatalaksanaan non farmakologis. Menurunkan masukan kalori sehingga tercapai berat badan normal. Adalah rendah kalori meliputi rendah gula, rendah garam, tinggi serat, dan lain lain. Dilarang makan-makanan ringan, makanan cepat saji. 2.3.5 Diet Fungsi diet pada masyarakat modern, permasalahan yang paling sering muncul adalah mengenai obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan tertentu saja selalu menjadi masalah karena banyak efek negatif yang ditimbulkan. Efek yang pertama adalah mengenai menurunnya tingkat kepercayaan diri karena obesitas akan membuat orang kesulitan dalam memilih busana. Diet dapat diartikan pengaturan atau pemilihan makanan yang harus imakan oleh seseorang atau kelompok orang. Dengan demikian diet tidak berarti menurunkan berat badan, tetapi bisa lebih luas artinya pengaturan makanan sehari hari supaya tetap sehat, pengaturan makanan untuk atlit, untuk keperluan khusus dan untuk penyembuhan. 22

2.6.13 Kerangka teori. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS GENETIK INTEK MAKANAN AKTIVITAS PENGUKURAN ANTROPOMETRI 23