BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.


IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

There are no translations available.

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS STRATEGI KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENGHADAPI KESEPAKATAN AFTA HAKA AVESINA ASYKUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

: Institute Of Southeast Asian Studies

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PENGARUH PEMBERLAKUAN AREA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI INDONESIA

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB 2 KETENTUAN POKOK DALAM KESEPAKATAN AFTA DAN KEBIJAKAN INDONESIA DALAM IMPLEMENTASINYA SELAMA PERIODE

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

183/PMK.011/2009 PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP IMPOR BI-AXIALLY ORIENTED POLYPROPYLENE F

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

Kinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan Sinyal Positif yang Berlanjut untuk Mencapai Target 2011

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

2016, No c. bahwa Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 330/M- DAG/SD/4/2016 tanggal 14 April 2016 hal Permohonan Perubahan Peraturan Menter

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Ne

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

2017, No mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, telah dijadwalkan skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan antara Republik Indonesi

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA. Dr. Dies Nurhayati, M.Pd. STKIP PGRI Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

PENDAHULUAN Latar Belakang

perkembangan zaman, isu-isu internasional mengalami perkembangan. Selama politics yang berelasi dengan power seperti pertahanan dan keamanan, dan

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

2017, No b. bahwa sehubungan dengan pemberlakuan ketentuan mengenai sistem klasifikasi barang berdasarkan Harmonized System 2017 dan ASEAN Har

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB II KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta: PT Raja Grafindo.

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ABSTRAK. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. artikan sebagai kesepakatan dari kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli

II. TINJAUAN PUSTAKA

2018, No Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai pihak yang terlibat dalam persoalan kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. 5.1 Kesimpulan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, maka peneliti menyimpulkan 1. Skema CEPT-AFTA merupakan mekanisme utama dalam penerapan AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema CEPT-AFTA tersebut namun didalam perkembangannya CEPT-AFTA telah digantikan dan disempurnakan oleh ATIGA pada tahun 2009. Sehingga pada saat naskah perjanjian perdagangan Indonesia dengan Thailand di bentuk kesepakatan ekonomi yang dipakai dalam kegiatan kerjasama perdagangan intra-asean ialah ATIGA, khususnya dalam produk karet, elektronik dan otomotif yang mana tarif impornya telah mencapai 0% di tahun 2010 sesuai dengan jadwal penurunan tarif skema CEPT-AFTA. Ada 4 (empat) ketentuan pokok yang merupakan inti dari pengimplementasian kesepakatan AFTA yaitu skema CEPT-AFTA sebagai mekanisme utama penurunan tarif, fasilitas bagi kegiatan 123

124 perdagangan intra-asean melalui penghapusan hambatan non-tarif, ketentuan asal barang (rules of origin) melalui pengeluaran Surat Keterangan Asal (SKA), dan ketentuan tentang Safeguard Policy. 2. Kendala dalam penerapan skema CEPT-AFTA dalam kerjasama perdagangan Indonesia-Thailand di sebabkan karena kesamaan keunggulan produk eskpor di kedua negara, masih sering terjadinya masalah domestik di dalam negeri masing-masing anggota ASEAN, kurang maksimalnya dalam pemanfaatan liberalisasi perdagangan seperti pemanfaatan penggunaan Form D di negara-negara anggota ASEAN khususnya Indonesia dan Thailand dalam kegiatan kerjasama intra- ASEAN. Selain itu juga masih rendahnya pemahaman mengenai perdagangan bebas di kawasan ASEAN 3. Langkah-langkah untuk menyelesaikan kendala dalam penerapan skema CEPT-AFTA terkait kendala kesamaan produk ekspor dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan nilai tambah bagi produk ekspor sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas, mutu dan karakteristik yang tinggi dan berbeda dengan produk dari negara-negara ASEAN lainnya khususnya Indonesia dengan Thailand, sedangkan untuk kendalakendala yang disebabkan oleh masalah-masalah domestik di dalam negeri Indonesia dan Thailand terutama dalam hal politik dan ekonomi, keduanya harus terlebih dahulu memperbaiki sistem politiknya karena apabila perpolitikan di negara tersebut dapat berjalan dengan baik, aman tidak bergejolak tentu akan berdampak pada ekonomi negara yang baik pula dan

125 terus menjaga stabilitas politik dan ekonomi di masing-masing negara agar liberalisasi perdagangan dapat terwujud sesuai dengan tujuannya dan yang terakhir terkait kurang maksimalnya dalam pemanfaatan liberalisasi perdagangan khusunya dalam pemanfaatan Form D pemerintah di masingmasing negara dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas di Asia Tenggara khususnya Indonesia dengan Thailand mengenai liberalisasi perdagangan khususnya pemanfaatan Form D agar kerjasama perdagangan di kedua negara dapat lebih memberikan keuntungan yang lebih dengan adanya penurunan tarif impor tersebut. 4. Dengan adanya skema Common Effective Preferntial Tariff for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) dalam kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Thailand yang semenjak 2009 telah digantikan dan disempurnakan oleh ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) memberikan kemudahan di dalam melakukan kegiatan kerjasama perdagangan, karena di dalam CEPT-AFTA maupun ATIGA terdapat aturan-aturan salah satunya aturan mengenai penurunan dan penghapusan tarif, serta mengenai fasilitasi perdagangan. Yang dengan aturan tersebut akan meningkatkan kerjasama diantara kedua negara, terbukti dengan meningkatnya nilai perdagangan khususnya dalam produk elektronik Indonesia yang dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, karena produk tersebut juga telah diturunkan tarifnya menjadi 0-5% berdasarkan jadwal penurunan tarif CEPT-AFTA, sehingga produk yang telah diturunkan tarif impornya tersebut dapat dijual dengan

126 harga yang lebih murah karena tidak dikenakan tarif bea masuk impor dan telah diberikan fasilitasi perdagangan sehingga produk yang diperjualbelikan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran bagi berbagai pihak yang terlibat dalam kerjasama perdagangan Indonesia-Thailand melalui skripsi ini, sebagai berikut: 1. Untuk ASEAN, upaya dalam kesepakatan-kesepakatan yang di buat oleh para anggota ASEAN seharusnya diimplementasikan secara maksimal dalam jangka waktu yang panjang agar seluruh masyarakat ASEAN dapat mengetahui mengenai kesepakatan ASEAN tersebut sehingga hasil yang didapatkan maksimal sesuai dengan usaha yang telah dilakukan dan perkembangannya pun dapat terlihat. 2. Untuk Pemerintah Republik Indonesia, diharapkan melakukan sosialisasi mengenai kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam forum ASEAN sehingga didalam implementasinya kesepakatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh semua pihak tanpa terkecuali dan memberikan keuntungan juga bagi Indonesia. 3. Untuk masyarakat luas/pengusaha/eksportir baik di Indonesia maupun Thailand, diharapkan untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas perdagangan didalam skema CEPT-AFTA maupun ATIGA seperti pemanfaatan utilisasi Form D untuk mendapatkan penurunan tarif impor 0%, aturan asal

127 barang, penghapusan hambatan non-tarif dan fasilitas perdagangan lainnya, sehingga dapat membantu meningkatkan kerjasama perdagangan intra-asean dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia dengan Thailand. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk dapat lebih menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada didalam penelitian ini. Agar dapat memberikan manfaat baik untuk peneliti maupun untuk masyarakat luas.