BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. P2TPA Rekso Dyah Utami memberikan pelayanan terhadap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

PELAYANAN KELOMPOK RENTAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN REKSO DYAH UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh informan penelitian,

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. kekerasan di Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengidentifikasi faktor-faktor yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 16 Tahun : 2012 Seri : E

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PEDOMAN WAWANCARA. A. Bagi Pegawai P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. 1. Bagaimana sejarah berdirinya P2TPA Rekso Dyah Utami?

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Arum Yuana NIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

BAB III PENUTUP. maka pada bab ini penulis menyimpulkan sebagai rumusan terakhir dengan

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan posisi perempuan sebagai manusia tidak sejajar dengan posisi lakilaki.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

Latar Belakang. Sementara itu guna meningkatkan peran daerah dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, Pemerintah telah menerbitkan

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang. melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PENELITIAN KAJIAN WANITA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. tawuran antar pelajar, kekerasan terhadap anak, perempuan, maupun pembantu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan, dari masyarakat tingkat menengah ke atas sampai rakyat biasa. Dalam realitanya, mereka yang sering menjadi sasaran tindak kekerasan kebanyakan merupakan kelompok rentan. Kelompok rentan ialah mereka yang tidak atau kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya sebagai akibat dari keadaan fisik dan non fisiknya. Kelompok rentan ini salah satunya adalah kaum perempuan yang sering menjadi sasaran tindak kekerasan. Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan tindakan yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang. Kaum perempuan ini sangat rentan terhadap kekerasan disebabkan oleh adanya fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. Struktur sosial budaya (patriarki) serta keyakinan agamapun turut menguatkan hal ini, sehingga berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan terjadi hampir di semua lini kehidupan perempuan. 1

2 Kekerasan pada perempuan banyak dijumpai baik itu di depan umum maupun dalam lingkungan keluarga. Kekerasan yang terjadi di lingkup keluarga atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin hari semakin meningkat. KDRT tidak hanya menimpa kaum perempuan, tapi juga dapat menimpa anggota keluarga lain seperti suami, anak, orang tua, saudara bahkan pembantu atau orang yang bekerja dalam suatu keluargapun dapat menjadi korban KDRT, namun hampir dalam setiap penelitian tentang kekuasaan dan kekerasan, perempuan lebih banyak berada dalam posisi sebagai korban. KDRT membawa dampak negatif bagi korbannya khususnya perempuan yang berstatus sebagai istri, baik secara fisik, psikis maupun sosial. Kasus KDRT juga telah banyak dijumpai di berbagai negara di dunia. Sebagai perbandingan, sejarah KDRT terutama kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri pada awalnya berasal dari common law Inggris (1896), yang memberikan kekuasaan dan hak kepada suami untuk mendidik atau memberi disiplin kepada istri dengan cara menggunakan alat tongkat, yang disebut dengan istilah "Rule of Thumb", dengan cara suami boleh memukul istri dengan tongkat yang tidak lebih besar dari ibu jari. Di Inggris, masalah ini adalah masalah privat dan masalah yang berat sehingga polisi segan mencampuri pertikaian dalam keluarga. (Skripsi Juppa Marolob Haloho, 2008). Sementara di Indonesia khususnya di wilayah DIY kasus KDRT juga banyak ditemui. Berdasarkan data dari Forum Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) DIY, jumlah kasus kekerasan yang ditangani forum tersebut pada 2010 dan 2011 menunjukkan peningkatan, yaitu 1.305

3 kasus menjadi 1.666 kasus. Peningkatan kasus KDRT di DIY juga tercatat dalam data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY. Pada tahun 2004, jumlah kasus KDRT tercatat sebanyak 14 kasus dan meningkat menjadi 109 kasus pada tahun 2005. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 113 kasus KDRT. Pada tahun 2007 sebanyak 118 kasus. Sedangkan tahun 2008 sebanyak 120 kasus. Sementara tahun 2009 sebanyak 135 kasus. Pada tahun 2010 sebanyak 125 kasus. Tahun 2011 sebanyak 140 kasus dan tahun 2012 naik menjadi 143 kasus KDRT (http://edisicetak.joglosemar.co/berita/kasus-kdrt-di-jogja-melonjak- 116750.html, diakses pada hari Jumat, 15 Februari 2013, pukul 10.30 WIB). Sementara itu, menurut Direktur Women Crisis Center (WCC) Rifka Annisa Suharti, tercatat 239 kasus KDRT selama Januari hingga November 2012. Jumlah tersebut meningkat dibanding periode yang sama pada tahun 2011 sebanyak 235 kasus dan sebanyak 216 kasus selama tahun 2010 (http://www.harianjogja.com/baca/2012/12/10/dipicu-perselingkuhan-dannikah-siri-kasus-kdrt-di-jogja-meningkat-setiap-tahun-356104, diakses pada hari Selasa, 5 Februari 2013 pukul 12.30 WIB). Dengan semakin meningkatnya berbagai kasus KDRT yang terjadi belakangan ini, maka salah satu bentuk respon pemerintah dalam menanggulangi, melindungi serta memberdayakan kelompok rentan KDRT, ialah dengan dibuatnya UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain itu, di DIY juga dibentuk Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Korban Kekerasan Rekso

4 Dyah Utami sebagai lembaga pemerintah yang bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan kekerasan khususnya KDRT. P2TPA Rekso Dyah Utami memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan KDRT karena selama ini kelompok rentan khususnya perempuan korban KDRT belum mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kelompok rentan yang belum tersentuh atau belum mendapatkan akses pelayanan publik seperti masyarakat pada umumnya. Meskipun sudah ada UU yang mengatur tentang pelayanan publik bagi kelompok rentan, yakni UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, namun implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga dengan melihat fenomena tersebut, P2TPA Rekso Dyah Utami berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi kelompok rentan tersebut khususnya perempuan korban KDRT, mengingat P2TPA Rekso Dyah Utami merupakan lembaga pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan terhadap semua orang, yang disini lebih difokuskan kepada kelompok rentan korban KDRT, dengan tujuan untuk melindungi dan mewujudkan hak-hak kelompok rentan. P2TPA Rekso Dyah Utami dalam memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan KDRT tentu berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh lembaga pemerintah pada umumnya. Hal ini disebabkan karena kasus kekerasan seperti halnya kasus KDRT memerlukan penanganan khusus seperti adanya perlindungan terhadap korban baik itu dari segi fisik maupun mental serta penjagaan kerahasiaan serta keselamatan korban dan keluarganya.

5 Pelayanan yang diberikan oleh P2TPA Rekso Dyah Utami ini ditujukan untuk dapat melindungi dan memperjuangkan hak-hak kelompok rentan khususnya kaum perempuan korban KDRT, sehingga dengan adanya P2TPA Rekso Dyah Utami ini maka diharapkan kelompok rentan KDRT akan mendapat hal yang lebih baik, merasa terlindungi, mengembalikan keadaan mereka seperti sediakala, serta mampu mewujudkan kembali hak-hak mereka sebagai perempuan dalam rumah tangga. P2TPA Rekso Dyah Utami sendiri mempunyai standar pelayanan dalam melayani kelompok rentan KDRT, yaitu pelayanan pengaduan atau laporan, pelayanan kesehatan, pelayanan rehabilitasi sosial, pelayanan bantuan hukum, serta pelayanan pemulangan dan reintegrasi sosial. Akan tetapi pada kenyataannya, lembaga-lembaga penanganan korban KDRT yang sudah ada seperti P2TPA Rekso Dyah Utami ini masih belum banyak diketahui keberadaannya oleh masyarakat, khususnya mereka yang menjadi korban KDRT (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy nasional/13/01/15/mgn8j1-layanan-konseling-kdrt-belum-dikenal-masyarakat, diakses pada hari Minggu, 24 Februari 2013, pukul 10.36 WIB). Bertolak dari fakta-fakta tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pelayanan yang diberikan kepada kelompok rentan KDRT di DIY, oleh karena itu peneliti mengangkat judul Pelayanan Kelompok Rentan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang ada, diantaranya: 1. Kasus kekerasan khususnya KDRT di DIY terus meningkat. 2. Budaya patriarkhi yang masih kuat, dimana posisi pria lebih mendominasi dibandingkan perempuan. 3. Kelompok rentan khususnya perempuan korban KDRT belum mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. 4. Implementasi UU yang mengatur tentang kelompok rentan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Lembaga-lembaga penanganan kelompok rentan khususnya perempuan korban KDRT seperti P2TPA Rekso Dyah Utami masih belum banyak diketahui keberadaannya oleh masyarakat. C. Batasan Masalah P2TPA Rekso Dyah Utami memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan KDRT karena selama ini kelompok rentan khususnya perempuan korban KDRT belum mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kelompok rentan yang belum tersentuh atau belum mendapatkan akses pelayanan publik seperti masyarakat pada umumnya. Meskipun sudah ada UU yang mengatur tentang pelayanan publik bagi kelompok rentan, yakni UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, namun implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan.

7 Dengan melihat fenomena tersebut, P2TPA Rekso Dyah Utami berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi kelompok rentan tersebut khususnya perempuan korban KDRT, mengingat P2TPA Rekso Dyah Utami merupakan lembaga pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan terhadap semua orang, yang disini lebih difokuskan kepada kelompok rentan korban KDRT, dengan tujuan untuk melindungi dan mewujudkan hak-hak kelompok rentan tersebut. Dengan melihat fakta tersebut, maka dalam penelitian ini dibatasi pada Pelayanan Kelompok Rentan KDRT di P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa P2TPA Rekso Dyah Utami memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan KDRT? 2. Bagaimana pelayanan kelompok rentan KDRT di P2TPA Rekso Dyah Utami? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan pelayanan yang diberikan P2TPA Rekso Dyah Utami kepada kelompok rentan KDRT. 2. Untuk mengetahui pelayanan kelompok rentan KDRT di P2TPA Rekso Dyah Utami.

8 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan kajian tentang pelayanan yang diberikan oleh suatu lembaga terhadap kelompok rentan KDRT. Lebih jauh lagi semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif sebagai sumber referensi dan acuan bagi penelitian selanjutnya dengan obyek yang sama. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Mampu menambah pengetahuan mengenai pelayanan yang diberikan oleh suatu lembaga terhadap kelompok rentan KDRT. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan koordinasi dengan lembaga sosial dalam melakukan upaya mengurangi angka KDRT dan memberikan perlindungan hukum terhadap kelompok rentan KDRT. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang KDRT sehingga masyarakat akan lebih waspada akan kasus KDRT yang semakin marak belakangan ini. Selain itu, untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ada lembaga P2TPA Rekso Dyah Utami yang siap menerima pengaduan dan

9 memberikan pelayanan terhadap korban kekerasan khususnya KDRT, sehingga hak-hak perempuan dalam rumah tangga dapat terwujud.