BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan dibidang kesehatan harus dilaksanakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, karena pada dasarnya pembangunan nasional dibidang kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan sumber dasar dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu (AKI) (Haryono: 2014). AKI merupakan kematian seorang wanita yang terjadi pada saat hamil, bersalin atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. Word Health Organization (WHO) memperkirakan 800 orang perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi dan proses persalinan. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2014). Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara yaitu 214 per 100.000 kelahiran hidup yang salah satu penyebab kematian tersebut adalah perdarahan. Perdarahan setelah persalinan menempati persentasi tertinggi penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu 28%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2015, jumlah kematian ibu di kota Banjarmasin dalam 5 tahun terakhir sangat fluktatif. Pada tahun 2014 angka kematian ibu berada pada angka 17% tetapi pada tahun 2015 AKI meningkat menjadi 20%, sehingga diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. 1
2 Salah satu tindakan untuk menurunkan AKI yang disebabkan oleh perdarahan setelah melahirkan yaitu dengan menyusui bayi karena menyusui bayi setelah melahirkan akan meningkatkan kadar oksitosin di dalam tubuh yang berguna untuk proses kontriksi/penyempitan pembuluh darah yang terdapat di dalam rahim (involusio uterus), sehingga darah akan lebih cepat berhenti keluar. Hal ini dapat mencegah berbagai macam dampak yang merugikan, salah satunya adalah kejadian anemia. Selain itu kadar oksitosin yang meningkat juga membantu mempercepat kembalinya ukuran rahim seperti sebelum hamil. Pelepasan oksitosin secara bertahap juga dapat menurunkan berat badan ibu setelah melahirkan tanpa diet karena meningkatnya pengeluaran kalori pada saat menyusui (Schub & Lynn dalam Journal EBSCO, 2016). Menyusui juga merupakan cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang utama bagi bayi yaitu dengan memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif menurut (WHO, 2011), American Academy of Pediatrik (AAP) dan lembaga Internasional lainya menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan satusatunya makanan yang terbaik untuk bayi karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, sehingga direkomendasikan agar bayi mendapatkan ASI eksklusif minimal 6 bulan setelah kelahiran. Menurut Marmi (2014), keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%.
3 Angka tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan target nasional yaitu sekitar 80%, padahal dengan pemberian ASI eksklusif dan menyusui baik ibu dan bayinya akan mendapatkan banyak manfaat, bahkan hal ini juga berimbas pada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara (Kemenkes RI, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Duke University Medical Center (2016) menemukan bayi yang meminum ASI secara eksklusif mengalami pertumbuhan usus yang lebih sehat. Hal ini disebabkan ASI ternyata mendorong koloni mikrobiotik flora unik untuk meningkatkan pengembangan sistem imun. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan parasit yang berbahaya. Telah dibuktikan pula bahwa terdapat unsur-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan untuk melawan penyakit-penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar. Selain itu pemberian ASI eksklusif yang kurang menyebabkan bayi menderita gizi kurang bahkan gizi buruk, dan hal tersebut berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi ganguan pertumbuhan. Terdapat berbagai kendala yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif salah satunya yaitu yang tidak lancar. Salah satu cara untuk memperlancar yaitu dengan mengkonsumsi sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi, diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1. Protein berguna dalam membantu pembentukan sel-sel otot, mempercepat pemulihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu kenyang lebih lama. Kandungan zat besi berfungsi meningkatkan hemoglobin sehingga dapat mencegah terjadinya anemia (Rukmana, 2014). Vitamin B1 (thiamin) yang terdapat pada sari kacang hijau berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi energi, memperkuat sistem saraf dan
4 bertanggung jawab untuk, dimana thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter yang akan menyampaikan pesan ke hipofisis posterior untuk mensekresi hormon oksitosin sehingga hormon ini dapat memacu kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI di pompa keluar. Selain itu juga berguna untuk memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan lebih bersemangat. Ibu yang mudah berkonsentrasi, bersemangat serta mood yang baik akan mimicu kerja otak untuk memberikan informasi kepada infuls saraf agar menstimulasi hipotalamus dalam pembentukan hormon prolaktin dan oksitosin sehingga proses pembentukan ASI serta pengeluaran ASI lancar (Reni, 2014). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada tahun 2012 bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 42,4%, pada tahun 2014 pencapaian ASI eksklusif meningkat menjadi 62,6%, dan tahun 2015 pencapaian ASI eksklusif menjadi 82,4% namun angka tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan target pencapaian pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 90% di tahun 2016. Kota Banjarmasin memiliki 24 buah Puskesmas dan dari 24 buah Puskesmas tersebut, Puskesmas Pelambuan menempati urutan ke 5 tidak tercapainya target ASI eksklusif. Setelah dilakukan studi pendahuluan pada 10 orang ibu postpartum melalui wawancara dan observasi pada bulan Desember 2016, didapatkan hasil 50% tidak memberikan ASI eksklusif karena yang tidak lancar dan tindakan yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut hanya memakan sayuran seperti kangkung dan bayam tetapi tidak rutin dan tidak memperhatikan konsumsi makanan lain yang dapat memperlancar produksi ASI. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan untuk mengetahui apakah sari kacang hijau berpengaruh terhadap
5 kelancaran pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin tahun 2017. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya peneliti ini yaitu apakah ada pengaruh pemberian sari kacang hijau (Vigna radiata) terhadap kelancaran ibu postpartum di wilayah Puskesmas Pelambuan kota Banjarmasin? 1.2 Tujuan 1.3.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) terhadap kelancaran ibu postpartum di wilayah Puskesmas Pelambuan kota Banjarmasin. 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi kelancaran ibu post partum pretest dan posttest konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) pada kelompok intervensi di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. 1.3.2.2 Mengidentifikasi kelancaran ibu post partum hari ke-1 dan hari ke-10 tanpa konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) pada kelompok kontrol di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. 1.3.2.3 Menganalisis pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin.
6 1.3.2.4 Menganalisis perbedaan tingkat kelancaran ibu postpartum antara kelompok kontrol dan intervensi pada saat pre test dan post test 1.3 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi responden Ibu menyusui post partum dapat mengetahui bahwa dengan mengkonsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) dapat memperlancar. 1.4.2. Bagi Puskesmas Pelambuan kota Banjarmasin Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkaan ilmu pengetahuan tentang konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) sehingga dengan mengkonsumsi sari kacang hijau ibu postpartum dapat meningkatkan kelancaran. 1.4.3. Bagi masyarakat Hasil diharapkan bisa jadi masukan dan pengetahuan baru pada masyarakat bahwa konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) dapat dilakukan untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI. 1.4.4. Bagi institusi pendidikan Hasil diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengetahui pengaruh konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) terhadap kelancaran postpartum sehingga dapat bermanfaat sebagai bahan acuan selanjutnya. 1.4.5. Bagi propesi keperawatan Hasil dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ataupun dasar bagi perawat maternitas dalam menjalankan
7 perannya di Puskesmas ataupun masyarakat dalam memberikan asuhan kepada ibu post partum untuk meningkatkan kelancaran dan mensukseskan program ASI Eksklusif. 1.4.6. Bagi pelayanan kesehatan Penelitian ini dapat menjadi dasar tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan pada ibu postpartum dalam mempertahankan kelancaran ASI dengan konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata). 1.4.7. Bagi ilmu pengetahuan Hasil dapat menambah literatur dalam upaya meningkatkan kelancaran pada ibu post partum dengan mengebangkan konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) yang mampu merangsang keluaran ASI ibu sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI). 1.4.8 Bagi peneliti selanjutnya Sebagai sarana dalam pengembangan ilmu yang didapat selama pendidikan dengan mengaplikasikan pada kenyataan yang ada di lapangan serta merupakan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat dan selanjutnya. 1.4 Penelitian Terkait Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan adalah sebagai berikut:
8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Perbedaan dengan peneltian ini 1 Turlina,L dan Wijayanti,R 2015 Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Pepaya Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas 2 Normalasari,A 2012 Effektivitas Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI Ibu Postpartum Primigravida di Dua Bidan Praktek Swasta (BPS) Banjarmasin Hasil menunjukkan bahwa serbuk papaya mampu memperlancar Hasil menunjukkan bahwa pijat oksitosin memiliki effek yang mampu memperlancar Perbedaan dengan sebelumnya terdapat pada sasaran yang dituju yaitu pengaruh serbuk pepaya sedangkan sasaran dalam yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran ibu postpartum, waktu, desain dan tempat Perbedaan dengan sebelumnya terdapat pada sasaran yang dituju yaitu effektivitas pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI ibu postpartum primigravida
9 3. Wulandari, D.T dan Jannah, S.R 2015 Pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran. di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang Hasil menunjukkan bahwa sari kacang hijau mampu memperlancar sedangkan sasaran dalam yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran ibu postpartum, waktu, dan tempat Perbedaan dengan sebelumnya terdapat pada sasaran yang dituju yaitu sari kacang hijau (dikonsumsi 250 ml 2x sehari selama 7 hari) terhadap kelancaran ibu multi dan primigravida sedangkan sasaran dalam yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran
10 ibu postpartum (primigravida), (dikonsumsi 350 ml 2x sehari selama 10 hari). Hasil terdahulu hanya 57,1% sehingga pada yang sekarang peneliti berusaha meningkatkan menjadi 100%. perbedaaan pada tempat, sampel dan desain