BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. (Chandra, 2006). Menurut Slamet (2004), air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut dalam air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada didalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme. Banyak negara saat ini menghadapi masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan degradasi kualitas air. Berkurangnya air bersih disebabkan oleh buruknya sistem drainase dan sanitasi, serta kurang memadainya pengelolaan sumber daya air dan lingkungan. Saat ini, sungai sungai yang mengalir menjadi tempat buangan sampah, limbah industri, serta limbah rumah tangga. Beberapa sungai telah mengalami pendangkalan dan penyempitan, disamping itu bantaran sungai telah
penuh dengan pemukiman, sehingga sungai tidak lagi diandalkan sebagai sumber air bersih. Menurunnya kualitas air dapat menyebabkan penyebaran berbagai penyakit yang dapat ditularkan melalui air. (Mukhlis, 2003) Menurut Pracoyo (2006), sebagian kebutuhan air minum masyarakat selama ini dipenuhi dari air sumur dan juga air yang sudah diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Seiring dengan makin majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah dalam memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif dengan menggunakan air minum isi ulang. Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002, tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada depot air minum menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Widiyanti, 2004). Menurut sebuah studi tahun 1999 NRDC, dimana sekitar 22 persen dari merek diuji, setidaknya satu sample air minum dalam kemasan mengandung kontaminan kimia di atas batas kesehatan negara yang ketat. Beberapa kontaminan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menimbulkan resiko kesehatan jika dikonsumsi selama periode waktu yang lama (Wikipedia, 2011)
Menurut Volk (1989), sanitasi air sangat penting terutama untuk air minum. Salah satu standart kebersihan dan kesehatan air diukur dengan ada tidaknya Coliform sebagai mikroorganisme indikator. Kehadiran mikroorganisme indikator tersebut didalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh tinja dari manusia atau hewan dan berpeluang bagi mikroorganisme patogen untuk masuk kedalam air tersebut. Dalam sebuah studi yang membandingkan 57 sampel air kemasan dan sampel air keran, semua sampel air keran memiliki kandungan bakteri 3 CFUs / ml (pembentuk koloni unit) dan konten bakteri sample air kemasan berkisar 01 4900 CFUs / ml. Sebagian besar botol sample air berada dibawah 1 CFUs / ml, meskipun pada 15 sampel botol air yang mengandung 6 4900 CFUs / ml. Dalam sebuah penelitian yang membandingkan 25 air minum kemasan yang berbeda, sebagian besar sampel melebihi tingkat kontaminan yang ditetapkan oleh US Environtmental Protection Agency (EPA) untuk mercuri, talium dan thorium. Jika terkena kontaminan ini dalam konsentrasi yang tinggi untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan meningkatkan resiko penyakit paru paru dan pankreas (Wikipedia, 2011). Dalam Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan kualitas air minum untuk kandungan maksimum bakteri Escherichia coli yang diperbolehkan adalah 0 / ml sampel. Air minum yang aman dikonsumsi harus bebas dari kontaminan bakteri Escherichia coli. Kecamatan Tanjungpinang Barat merupakan salah satu daerah dimana sumber air minum penduduknya sebagian besar dari depot air minum isi ulang. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, jumlah depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat sebanyak 18 depot air minum. Penjualan depot air minum tersebut cukup banyak setiap harinya. Berdasarkan survei awal pada 4 depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat, setiap harinya masing masing depot air minum dapat menjual air minum isi ulang sebanyak 50 80 galon kepada konsumen. Berdasarkan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran pelaksanaan hygiene sanitasi dan kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat. 1.2. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hygiene sanitasi pengolahan air minum yang kurang baik, dapat menyebabkan timbulnya pencemaran pada air minum. Pencemaran air minum ditandai dengan adanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air. Apabila masyarakat mengkonsumsi air minum yang tercemar dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama masyarakat yang berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pelaksanaan hygiene sanitasi dan kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum berdasarkan modifikasi Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/ 10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya dengan Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006 2. Untuk mengetahui hasil Pemeriksaan fisik depot air minum isi ulang berdasarkan form DAM 4 pada Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006, memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat 3. Untuk mengetahui kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi ulang sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam botol (galon). 4. Untuk mengetahui apakah hygiene sanitasi depot air minum mempunyai dampak terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam air minum isi ulang. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum isi ulang pentingnya hygiene sanitasi pada depot air minum serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehaatan Kota Tanjungpinang agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan kualitas air yang digunakan pada depot air minum isi ulang. 3. Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.