1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation (WHO) mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun (Moersinowarti dkk, 2002). Pada masa perkembangan pubertas remaja putri, ditandai dengan kematangan organ-organ seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri perkembangan seks primer yaitu adanya perkembangnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur secara cepat). Pada masa ini terjadi menstruasi pertama atau yang biasa disebut dengan menarche yang menandakan kematangan reproduksi wanita. Menarche akan terjadi pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Pada perkembangan seks sekunder ditandai dengan tumbuhnya rambut pubis disekitar kemaluan dan ketiak, bertambahnya ukuran buah dada, pinggul yang membesar, kulit menjadi halus, dan juga ditandai dengan suaranya menjadi penuh dan lebih semakin merdu (Hurlock, 2007). Pada dasarnya usia menarche satu individu dengan lainnya tidak sama hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti adanya perbedaan status gizi, status ekonomi, pendidikan, genetik dan juga karena keadaan lingkungan (Ginarhayu, 2002). Menarche yang terjadi lebih awal kurang dari 1
2 umur 10 tahun merupakan tanda dari pubertas dini hal ini dikarenakan karena hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium sehingga timbul ciri-ciri kelamin sekunder, sehingga kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya. Menarche yang terjadi lebih dari usia normal 14 sampai 16 tahun dianggap pubertas terlambat (Wiknjosastro, 2005). Usia menarche dapat menggambarkan aspek kesehatan dalam suatu populasi terutama mengenai kesehatan reproduksi pada perempuan. Alat reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya, namun bila menarche terjadi pada usia yang lebih dini dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi (Shanon, 2006). Masa perempuan mengalami menstruasi sering mengalami gangguangangguan yang memiliki efek negatif. Lama menstruasi normalnya 3-7 hari namun banyak wanita yang lama menstruasinya lebih dari batas normal. Lama menstruasi atau pendarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) sering disebut juga hipermenorea hal ini dikarnakan karena adanya kelainan kondisi dalam uterus (Wiknjosastro, 2005). Perempuan yang mengalami menstruasi lebih lama dari normal maka akan mengalami nyeri pada saat menstruasi. Semakin lama menstruasi terjadi maka semakin sering uterus berkontraksi sehingga akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan, akibat produksi prostaglandin yang berlebiahan maka timbul rasa nyeri (Shanon, 2006).
3 Rasa nyeri perut yang dialami perempuan pada saat menstruasi yang biasa disebut dengan dismenore. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka presentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh dismenore. Angka kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009). Penelitian Kurniawati dan Kusumawati (2011), menunjukan bahwa ada pengaruh antara dismenore dengan penurunan aktitifitas siswi. Poureslami dan Ashtiani (2002), menunjukan 15% dari subyek penelitian menyatakan bahwa dismenore telah mengganggu kehidupan sehari-hari dan menyebabkan harus absen dari sekolah antara 1 sampai 7 hari dalam sebulah dan dismenore dianggap sebagai penyebab utama dari ketidak hadiran sekolah. Selain itu menurut Bobak, dkk (2004), wanita Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, menurut keterangan siswi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga dari 15 orang yang diwawancarai, 9 diantaranya menyatakan mengalami kejadian nyeri menstruasi (dismenore). Diantaranya ada yang ijin untuk tidak mengikuti pelajaran dan dirawat di UKS (Unit Kesehatan Siswa). Sebaliknya ada juga yang tetap memaksakan diri untuk mengikuti proses pelajaran, akan tetapi tidak dapat berkonsentrasi secara penuh karena nyeri yang dirasakan kadang
4 teramat sakit dan sebagian lagi hanya membiarkan nyeri tersebut. Hasil wawancara langsung dengan salah satu guru juga menyatakan bahwa siswinya banyak yang tidak masuk ataupun ijin pulang dikarnakan dismenore, guru juga menyatakan bahwa dismenore sangat mengganggu aktifitas belajar dan mempengaruhi tingkat kehadiran prosentase siswa. Upaya penanganan dismenore yang dilakukan oleh sebagian siswi masih sebatas penanganan yang terbatas mereka hanya mengoleskan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang nyeri, tiduran, dan minum obat pengurang rasa sakit. Kebanyakan wanita yang mengalami dismenore lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran. Sumber informasi, tingkat pengetahaun, dan sikap sangat mempengaruhi bagaimana cara perilaku perempuan dalam menangani kejadian dismenore yang dialaminya (Palupi, 2011). Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi dismenore. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami, sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga (Sumodarsono, 1998).
5 B. Rumusan Masalah Menarche yang terjadi pada usia sebelum waktunya dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi (Shanon, 2006). Masa perempuan mengalami menstruasi sering mengalami gangguan-gangguan yang memiliki efek negatif. Semakin lama menstruasi terjadi maka semakin sering uterus berkontraksi sehingga akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan, akibat produksi prostatglandin yang berlebiahan maka timbul rasa nyeri (Shanon, 2006). Rasa nyeri perut yang dialami perempuan pada saat menstruasi disebut dengan dismenore. Poureslami dan Ashtiani (2002), menunjukan 15% dari subyek penelitian menyatakan bahwa dismenore telah mengganggu kehidupan sehari-hari dan menyebabkan harus absen dari sekolah antara 1 sampai 7 hari dalam sebulah dan dismenore dianggap sebagai penyebab utama dari ketidak hadiran sekolah. Dalam penelitian Kurniawati (2011), ada pengaruh dismenore dengan aktifitas. Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri (Harry, 2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga (Sumodarsono, 1998). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, menurut keterangan siswi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga, dari 15 orang yang diwawancarai 9 diantaranya menyatakan mengalami kejadian nyeri menstruasi (dismenore).
6 Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan antara kebiasaan olahraga, menarche, dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kebiasaan olahraga, menarche, dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kejadian dismenore di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. b. Mengetahui gambaran kebiasaan olahraga di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. c. Mengetahui gambaran menarche di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012 d. Mengetahui gambaran lama menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012 e. Mengetahui hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012.
7 f. Mengetahuai hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. g. Mengetahui hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. h. Mengetahui faktor yang paling dominan antara kebiasaan olahraga, menarche, dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun 2012. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pelaksanaan penelitian serta menambah pengetahuan tentang penelitian yang berkaitan dengan kejadian dismenore. 2. Bagi responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dalam hal ini mengenai gambaran tentang dismenore dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja. 3. Bagi tenaga kesehatan Memberikan gambaran atau informasi perlunya pendidikan kesehatan reproduksi remaja khususnya masalah dismenore.
8 4. Bagi ilmu pengetahuan Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan maternitas yang berkaitan dengan dismenore dan untuk memajukan riset keperawatan yang merupakan dasar penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait. E. Keaslian Penelitian 1. Paramita (2010), dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenore dengan perilaku penanganan dismenore pada siswi SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta tahun 2010 merupakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional dan mengunakan teknik sampel purposive sampling. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah rancangan penelitiannya yaitu pada penelitian ini adalah dengan metode deskriptif korelatif dengan teknik sampel mengunakan simple random sampling. Persamaan dengan penelitian ini adalah samasama menggunakan pendekatan waktu cross sectional. 2. Noviana (2007), dengan judul faktor risiko yang mempengaruhi kejadian dismenore primer (studi di Desa Banyar Kemanten Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo). Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan kepada 100 wanita yang berusia 15-30 tahun yang tinggal di Desa Banjar Kemantren, sudah menstruasi dan belum menopause, tidak sedang hamil, tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dan mengalami menstruasi yang teratur selama 6 bulan. Perbedaan penelitian yang
9 dilakukan oleh peneliti saat ini adalah variabel penelitian, dimana pada penelitian yang dilakukan sekarang ini menitikberatkan pada hubungan kebiasaan olahraga, menarche, dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja dengan metode penelitian yaitu deskriptif korelatif dengan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dan tempat penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan rancangan cross sectional. 3. Palupi (2011), penelitian dengan judul analisis faktor perilaku penanganan dismenore pada mahasiswi angkatan tahun 2010-2011 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan cara pengambilan sampel mengunakan teknik purposive sampling yang dilakukan kepada 92 mahasiswi dengan hasil ada hubungan antara faktor tingkt pengetahuan, sikap, dan sumber informasi dengan perilaku penanganan dismenore. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah variable penelitian, dimana pada penelitian yang dilakukan sekarang ini menitikberatkan pada hubungan kebiasaan olahraga, menarche dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore dengan metode penelitian yaitu deskriptif korelatif dengan teknik pengambilan sempel adalah simple random sampling dan tempat penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan rancangan cross sectional.
10 4. Solekhah (2011), penelitian dengan judul efektivitas pemberian kompres hangat pada saat dismenore untuk mengurangi tingkat nyeri pada remaja putri. Jenis penelitian ini mengunakan metode pre - eksperimental dengan desain the one group pre post test perlakuan tanpa kontrol dengan hasil penelitian ada pengaruh yang bermakana dengan pemberian kompres hangat terhadap penurunan tingkat nyeri pada mahasiswi yang menderita dismenore. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah variabel serta jenis dan metode penelitiannya, pada penelitian ini metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif korelatif dengan disain cross sectional. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2011), dengan judul efektivitas senam dismenore dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri. Jenis penelitian ini mengunakan metode eksperimen kuasi dengan hasil penelitian ada pengaruh yang bermakana antara senam dismenore dengan penurunan nyeri dismenore pada remaja putri. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah jenis penelitian penggunaan metode dan perbedaan variable bebas, dimana penelitian yang dilakukan saat ini menitik beratkan pada hubungan antara kebiasan olahraga, menarche dan lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja dengan metode penelitian deskriptif korelatif dan disain cross sectional.