FILM Sebagai Media Belajar Oleh : Teguh Trianton Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283 Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057 E-mail : info@grahailmu.co.id Trianton, Teguh FILM; Sebgai Media Belajar/Teguh Trianton - Edisi Pertama Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013 xii + 92 hlm, 1 Jil. : 23 cm. ISBN: 978-602-262-074-7 1. Sosial-Budaya I. Judul
Kata Pengantar Perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi berdampak pada percepatan penyebaran dan akses informasi. Dunia pendidikan sebagai bagaian dari pengguna informasi harus melakukan penyesuaian dengan arus informasi yang membanjir. Penyesuaian atau up date informasi sangat berguna dalam pengembangan pendidikan, termasuk media pembelajaran di dalamnya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa (2008:1002) disebutkan bahwa media adalah perantaraatau penghubung yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb). Kemudian media film adalah alat penghubung yang berupa film; media massa alat komunikasi seperti radio, televisi, suratkabar, majalah yang memberikan penerangan kepada orang banyak (massa) dan mempengaruhi pikiran mereka. Setiap gaya, sikap, perilaku tokoh yang ditampilkan dalam film dapat ditiru oleh yang menontonnya, disinilah proses belajar yang rumit berlangsung. Menurut Bandura seperti dikutip Rakhmat (1999:240) menjelaskan proses belajar sosial memalui empat tahapan; proses perhatian, peringatan, reproduksi motoris dan proses motivasional.
vi FILM; Sebagai Media Belajar Perkembangan teknologi juga berdampak pada perkembangan industri kreatif, termasuk film. Saat ini, setiap hari program di televisi dan bioskop dibanjiri ratusan jenis film, yang dapat langsung diakses oleh penonton. Ribuan film itu sebagaian besar diproduksi untuk segmen pasar remaja. Nah, dari ratusan atau bahkan ribuan judul film yang pernah diproduksi, tidak ada jaminan bahwa film-film tersebut selalu memberikan tontonan yang mendidik. Oleh karena itu, orang tua, guru dan peserta didik harus selektif dalam menikmati tontonan ini. Untuk itu, mereka perlu panduan. Sayangnya belum ada buku-buku yang membahas seluk-beluk perfilman yang cocok untuk konsumsi remaja. Untuk itulah, buku berjudul Belajar Menonton Film ini ditulis. Naskah buku ini tidak bermaksud menggurui, namun hanya berusaha turut menyebarkan informasi ihwal seluk-beluk karya sinematografi. Buku ini ditulis dengan gaya bertutur dialogis, sehingga pembaca lebih mudah mencerna isi buku ini. Gaya bertutur ini juga dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh. Pembaca diajak berdialog atau bercakap tentang segala hal yang berhubungan dengan film. Tentu saja buku ini dapat penulis selesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik yang langsung maupun tidak langsung bersentuhan dengan penulis. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaiakan pada semua penulis buku tentang film yang telah menginspirasi penulisan buku ini, sekaligus menjadi referensi saya. Purwokerto, Februari 2013 Penulis Teguh Trianton
Daftar Isi Kata Pengantar v Daftar Isi vii Prolog ix Scene 1 Film, Apresiasi, dan Manfaatnya 1 Scene 2 Sejarah Film di Indonesia 11 Scene 3 Karakteristik, Jenis, Fungsi, dan Peran Film 21 Scene 4 Film Pendek; Sejarah, Karakterisik, dan Perkembangannya 39 Scene 5 Hubungan Film dengan Kebudayaan dan Pendidikan 49 Scene 6 Film Sebagai Media Pembelajaran 57 Scene 7 Film-Film Bertema Pendidikan 63 Scene 8 Unsur Pembentuk Film; Pintu Masuk untuk Menganalisis Film 69 Scene 9 Istilah-Istilah dalam Sinematografi 77 Epilog 85 Daftar Pustaka 87 Tentang Penulis 89 -oo0oo-
Prolog Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya film diperlakukan sebagai komoditi yang diperjual-belikan sebagai media hiburan, namun pada perkembangannya film juga kerap digunakan sebagai media propaganda, alat penerangan bahkan pendidikan. Dengan demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang secara individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, dan proses pencarian. Sedangkan posisi film dalam bidang pendidikan adalah sebagai media edukatif. Ini merupakan salah satu respon dari tuntutan gerakan reformasi tahun 1998 yaitu diadakannya reformasi dalam bidang politik dan kebudayaan, termasuk dalam bidang perfilman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan arus distribusi informasi begitu cepat berpengaruh pada perubahan paradigma tentang film. Film bukan hanya sebagai media hiburan dan alat propaganda politik saja, tapi memiliki peran kultural dan pendidikan.
x FILM; Sebagai Media Belajar Paradigma baru inilah yang kemudian mengantarkan film masuk ke ruang-ruang kelas di sekolah, atau perguruan tinggi. Film sebagai karya seni budaya yang terbentuk berdasarkan kaidah sinematografi merupakan fenomena kebudayaan. Oleh karena itu, film menjadi salah satu alternatif media dan model pembelajaran. Film adalah hasil proses kreatif para sineas yang memadukan berbagai unsur seperti gagasan, sistem nilai, pandangan hidup, keindahan, norma, tingkah laku manusia, dan kecanggihan teknologi. Dengan demikian film tidak bebas nilai karena di dalamnya terdapat pesan yang dikembangkan sebagai karya kolektif. Di sini, film menjadi alat pranata sosial. Film sebagai institusi sosial memiliki kepribadian, mengusung karakteker tertentu dengan visi dan misi yang akan menentukan kualitas. Ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi atau kualifikasi, dedikasi para sineas, kecanggihan teknologi yang digunakan, serta sumber daya lainnya. Film sebagai karya seni budaya dan sinematografi dapat dipertunjukkan dengan atau tanpa suara. Ini bermakna bahwa film merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan-gagasan penting yang disampaiakn kepada masyarakat dalam bentuk tontonan. Meski berupa tontonan, namun film memiliki pengaruh yang besar. Itulah sebabnya film mempunyai fungsi pendidikan, hiburan, informasi, dan pendorong tumbuhnya industri kreatif lainnya. Dengan demikian film menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Film menjadi sangat efektif sebagai media pembelajaran dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur, pesan moral, unsur didaktif, dan lain-lain. Menurut kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media disebut juga alat-alat audio visual,