PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN ISI BERITA DI SURAT KABAR MELALUI METODE BERCERITA SISWA KELAS VI SD NEGERI 022 RIMBO PANJANG KECAMATAN TAMBANG

Desly Manalu, Tri Utami, Enda Puspitasari

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KARTIKA 1-4 PEKANBARU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V SD NEGERI DELI TUA

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BIG BOOK DI PPT TULIP SURABAYA

Pendahuluan. Wardani et all, Pendekatan Kontekstual...

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORY TELLING DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA DENGAN BERBAGAI KALANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUTIARA SINGARAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI KELAS V SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENCERITAKAN PERISTIWA MELALUI MODEL ARTIKULASI DI KELAS III SDN 2 BOTUBILOTAHU KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PEMBELAJARAN REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN ISI BERITA DI SURAT KABAR MELALUI METODE DRILL SISWA KELAS VI SD NEGERI 011 PAGARAN TAPAH DARUSSALAM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

K A R M I NIM. A53B111043

Efi Yenti Guru SDN Tarai Bangun Kampar

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4

Keywords: REIS techniques and storytelling abilities.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat kemampuan berpikir

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II SDN Nogosari 04 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MENGGUNAKAN AUDIO VISUAL DI SDN 29KELAS III PONTIANAK UTARA

`MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA KELOMPOK A

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 3 4 TAHUN DI KB WIDYA KUSUMA SURABAYA

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui. Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5 Tahun

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEAKSARAAN MELALUI MEDIA PERMAINAN KARTU HURUF PADA ANAK KELOMPOK A

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

Keywords: speaking skill, continous story telling technique, elementary school

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA VCD FILM KARTUN SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA KELAS IVB PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL CONCEPT SENTENCE

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

Abstrak. Kata Kunci : menyimak wawancara, model think pair share, penerapan model think pair share, peningkatan kemampuan menyimak wawancara.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMABACA TEKS

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PQ4R

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta yenisusanti Abstract

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL

Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode Bermain Peran Mikro Pada Kelompok B

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK B

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII C SMP PIRI NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN TEKNIK PARAFRASE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI MEMBACA BUKU CERITA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUK BASUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 2 Nomor 2 Edisi Maret 2017 (80-87)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Widi Prastiwi 1, Samidi 2, Lies Lestari 2 PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI KEGIATAN MAJALAH DINDING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE SINEKTIK UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI JLABAN

Joyful Learning Journal

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA DENGAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V DI SDN 10 TANJUNG PAOH TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

Oleh: Nurwahidah program studi pendidikan bahasa dan sastrajawa

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN METODE LATIHAN TERBIMBING DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI DISKUSI DENGAN METODE SCHOOL BULLYING KELAS XI SMA SANTUN UNTAN PONTIANAK

Transkripsi:

143 PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI 0852-6533-5335 TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai ABSTRACT This study aims to improve speaking skills of children aged 5-6 through methods Story Reading in TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai. The method used is a Class Action Research. Class actions that researchers do the research is to use the method Story Reading to improve speaking skills of children aged 5-6 years in TK Melati TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai, and is observed by the observer. Samples taken are TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai with the number of children of 20 people, consisting of 13 men and 7 women. Data collection techniques in this research is through observation of teachers and children as well as data capability speaking children aged 5-6 years with use of methods Story Reading. Hipotesis in this study is if the method will be applicable Story Reading can improve speaking skills of children aged 5-6 years in TK Melati/ ABA Pulau Balai 005 can be enhanced through storytelling. Results of the research data obtained by using the method Story Reading can improve the ability to speak of children aged 5-6 years in TK Melati / ABA 005 Pulau Balai. The percentage increase in the ability to speak the child at the age of 5-6 years using Story Reading methods in TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai, from initial data to the second cycle increased by 32.2%. The implication of this study is the use of methods Story Reading used properly, can improve speaking skills of children aged 5-6 years in TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai Keywords: story reading, speech PENDAHULUAN Pendidikan di taman kanak-kanak dikembangkan dengan berdasar teori-teori pembelajaran yang menggunakan prosedur dan strategi ilmiah untuk belajar, diantaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan di TK adalah metode yang sesuai untuk belajar anak usia dini. Dengan demikian, tidak semua metode pembelajaran yang berhasil diidentifikasi dan dikembangkan oleh para ahli pembelajaran dapat dipergunakan di taman kanak-kanak. Aspek pengembangan anak usia dini pada lembaga taman kanak-kanak sangat luas dan hal tersebut dapat dicapai dengan pendekatan yang beragam. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan bercerita sebagai implementasi metode bercerita. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak taman kanakkanak. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat beberapa aspek kemamapuan yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam mengajar, agar kegiatan belajar mengajar dapat efektif. Mengajar yang efektif tergantung pada tiga hal yaitu: kepribadian guru, strategi yang dipilih, dan pola tingkah laku dan kompetensi yang relevan. Dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal, guru harus berusaha agar proses belajar mengajar

144 mencerminkan komunikasi dua arah. Hal ini menuntut guru untuk mampu memilih strategi mengajar yang tepat. Salah satu aspek perkembangan yang ingin dicapai oleh anak usia dini terutama melalui pembelajaran dengan metode bercerita adalah aspek kemampuan berbicara. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur misalnya kemampuan anak mengulang kembali penjelasan ataupun pembicaraan yang didengarnya dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sesuai sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Oleh karena itu, diperlukan latihan, praktek serta pembisaaan yang rutin. Pentingnya dikembangkan kemampuan berbicara anak usia dini karena kegiatan ini memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan model kemampuan berbahasa yang sudah baik. Berdasarkan pengamatan penelitian di lapangan TK Melati / ABA 005 Pulau Balai ditemukan berbagai permasalahan anak yang berkaitan dengan kemampuan berbicara diantaranya : 1. Kemampuan berbicara anak yang masih membutuhkan banyak bimbingan. Hal ini terlihat ketika anak ditanya mengenai suatu cerita yang dibacakan oleh guru anak tidak dapat menjawab siapa tokoh dalam cerita ataupun dimana kejadian tersebut berlangsung, mengapa suatu peristiwa terjadi dan sebagainya. Hal ini dapat diketahui dari 20 orang anak dalam kelas hanya 2 atau 3 orang saja yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. 2. Dari 20 orang anak dalam kelas hanya 5 sampai 7 orang yang dapat menceritakan pengalamannya ataupun aktivitasnya sehari-hari. 3. Dari 20 orang anak dalam kelas hanya 4 sampai 5 orang anak yang mampu berbicara dengan jelas dan sulit dipahami oleh temannya. Dari fenomena-fenomena atau gejala-gejala tersebut, terlihat rendahnya kemampuan anak dalam menyimak cerita. Keadaan di atas menurut penulis dipengaruhi oleh metode atau cara mengajar guru yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru cenderung melaksanakan pembelajaran dengan ceramah atau penugasan sehingga membuat anak kurang aktif dan kualitas pembelajaran terkesan rendah. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menyimak cerita. Oleh karena itu, peneliti mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Metode Story Reading untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun di TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai. Berbicara merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh semua orang untuk menyampaikan pesan atau maksud kepada orang lain. Berbicara merupakan salah komponen kemampuan dalam berbahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Henry (2008:1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: a. Keterampilan menyimak b. Keterampilan berbicara c. Keterampilan membaca d. Keterampilan menulis Lebih lanjut Henry (2008:1-3) mengatakan bahwa setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, bisaanya kita memulai suatu hubungan melalui urutan

145 yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya suatu kesatuan. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Henry (2008:28) untuk mengukur kemampuan berbicara seseorang, pada prinsipnya harus memperhatikan lima faktor, yaitu: a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (konsonan dan vokal) diucapkan dengan cepat? b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunya suara, serta tekanan suku kata memuaskan? c. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya? d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? e. Sejauh manakah kewajaran atau kelancaran tercermin bila seseorang berbicara? Santosa, dkk (2006:3.7) menyatakan bahwa berbicara adalah mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, berdialog, menyampaikan pesan, bertukar pengalaman, menjelasakan, mendeskripsikan, dan tanya jawab. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif. Keterampilan ini sebagai implementasi dari hasil simakan. Peristiwa ini berkembang pesat pada kehidupan anak-anak. Hal itu tampak dari penambahan kosa kata yang disimak anak dari lingkungan semakin hari semakin bertambah pula. Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dijelaskan bahwa berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan (ideide atau gagasan, maksud) dari seseorang kepada orang lain dalam bentuk bunyi bahasa. Dengan kata lain, berbicara tidak hanya sebatas pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar. Bila seseorang dapat menyampaikan ide atau pikirannya pada orang lain sehingga orang lain mengerti apa yang dibicarakannya, maka orang tersebut memiliki kemampuan berbicara yang baik. Bila dicermati kemampuan berbicara pada anak usia dini tersebut, diketahui bahwa anak telah mulai dilatih untuk berbicara atau berkomunikasi agar mereka dapat dapat berinteraksi dengan yang lainnya. Melalui kemampuan ini anak dapat menyampaikan pesan-pesan atau menerima pesan dari orang lain. Sehubungan dengan penelitian ini, maka dalam membahas tentang kemampuan berbicara anak dibatasi pada satu aspek saja yaitu anak dapat mnggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, berapa, dimana, mengapa, dan bagaimana secara sederhana. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dan waktu yang tersedia. Secara harfiah Story Reading diartikan sebagai cara menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bercerita melalui gambar (picture). Kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak melalui penyampaian pesanpesan pada anak. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Story Reading merupakan metode pembelajaran dengan membacakan cerita atau lebih dikenal dengan metode bercerita. Oleh sebab itu,

146 dalam pembahasan berikut akan dikemukakan tentang metode bercerita. Dalam pembelajaran berbicara banyak metode yang dapat dipergunakan dalam penyampaian materi pembelajaran. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara anak adalah melalui kegiatan bercerita. Metode bercerita adalah cara bertutur kata menyampaikan cerita atau memberikan penerangan pada orang lain secara lisan. Oleh sebab itu, tujuan metode bercerita adalah melatih daya tangkap anak, melatih daya pikir, melatih daya kosentrasi, membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab di dalam kelompok (Depdikbud, 2002). Henry (2008:6.5) menyatakan bahwa bercerita dapat diartikan menuturkan sesuatu hal misalnya terjadinya sesuatu, perbuatan, kejadian yang sesungguhnya maupun yang rekaan atau lakon yang diwujudkan dalam gambar. Sementara itu istilah cerita anak menurut Santosa, dkk (2006:8.3), mengatakan bahwa istilah cerita anak merupakan istilah yang umum untuk menyebut sastra anak yang semata-mata bergenre prosa, seperti dongeng, legenda, mite yang diolah kembali menjadi cerita anak dan tidak termasuk jenis puisi anak atau drama anak, sedangkan istilah bacaan anak lebih menekankan pada media tertulis, bahasa tulis dan bukan bahasa lisan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita adalah tuturan yang memaparkan bagaimana terjadinya suatu hal ataupun karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang dan sebagainya, baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka. Sehubungan dengan penelitian ini yang dimaksud dengan cerita adalah cerita anak seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Setiap metode atau model pembelajaran mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan metode lain. Begitu juga halnya dengan story reading memiliki ciri khas pembelajaran melalui kegiatan bercerita. Tadkiroatun Musfiroh dalam Henry (2008) kegiatan rinci dalam pelaksanaan bercerita dapat dilakukan dengan berpedoman pada tahapan berikut, namun pengembangan dan variasi kegiatan dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan. Gambaran tahapan tersebut adalah: a. Menyampaikan tujuan dan tema kegiatan bercerita kepada anak. b. Melakukan organisasi anak, terhadap: posisi dan tempat duduk, kegiatan yang dilakukan anak selama bercerita. c. Mengatur bahan, alat dan media yang diperlukan dalam bercerita. d. Membuka cerita: menggali pengalaman anak dan mengaitkannya dengan tema cerita dalam pembelajaran kegiatan ini dikenal dengan istilah apersepsi. e. Melaksanakan cerita dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar. f. Mengaktifkan anak dalam bercerita baik secara fisik, maupun emosional misalnya: memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat direspon langsung, memberikan stimulus agar mereka bergerak, melompat dan sebagainya. g. Mencari untuk mendapatkan balikan (feedback) dari anak mengenai pemahaman pesan dan pelaksanaan program penceritaan. h. Mengajak anak untuk menyimpulkan atau membuat ringkasan dari isi pesan cerita dan melakukan evaluasi. METODE PENELITIAN Tempat pelaksanaan penelitian ini di TK Melati / ABA 005 Pulau Balai. Jumlah siswa sebanyak 20 orang. Adapun waktu penelitian ini direncanakan selama empat

147 bulan, terhitung mulai dari Januari 2012 hingga April 2012. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Arikunto (2006:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum peneliti melaksanakan siklus I, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan anak pada Januari 2012. Dari observasi tersebut kemampuan berbicara anak TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai kurang. Kurangnya kemampuan berbicara anak di TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai sebelum penerapan dapat dilihat pada tabel skor dasar atau data awal berikut ini. No 1 2 3 4 5 Tabel 1. Data Awal Kemampuan Berbicara Anak Indikator Data Awal Skor % Dapat menjawab pertanyaan tentang apa tema atau judul cerita, secara 33 55.0 sederhana. Dapat menjawab pertanyaan berapa jumlah tokoh dalam cerita tersebut, 30 50.0 secara sederhana. Dapat menjawab pertanyaan dimana terjadinya peristiwa tersebut, secara 29 48.3 sederhana. Dapat menjawab pertanyaan mengapa hal itu bias terjadi secara sederhana. 33 55.0 Dapat menjawab pertanyaan bagaimana hal tersebut terjadi secara sederhana 32 53.3 Jumlah rata-rata Kriteria Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat jumlah skor yang dicapai, yaitu hanya mencapai skor 157 poin atau 52,3%. Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti memutuskan untuk lebih mengoptimalkan kemampuan berbicara anak dengan menerapkan metode Story Reading. 157 261.7 31.4 52.3 Kurang Baik 1) Aktivitas Guru Situasi belajar mengajar sangat terkait erat dengan aktivitas guru. Dalam penggunaan metode Story Reading secara umum guru melakukan dengan kriteria kurang mampu. Hal ini sesuai hasil pengamatan dimana aktivitas guru memperoleh rata-rata persentase 16%.

148 No 1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tabel 2. Aktivitas Guru pada Siklus I Aktivitas Yang Diamati Menyampaikan tujuan dan tema kegiatan bercerita kepada anak Melakukan organisasi anak, terhadap: posisi dan tempat duduk, kegiatan yang dilakukan anak selama bercerita. Mengatur bahan, alat dan media yang diperlukan dalam bercerita Membuka cerita: menggali pengalaman anak dan mengaitkannya dengan tema cerita dalam pembelajaran kegiatan ini dikenal dengan istilah apersepsi. Melaksanakan cerita dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar. Mengaktifkan anak dalam bercerita baik secara fisik, maupun emosional misalnya: memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat direspon langsung, memberikan stimulus agar mereka bergerak, melompat dan sebagainya Mencari untuk mendapatkan balikan (feedback) dari anak mengenai pemahaman pesan dan pelaksanaan program penceritaan Mengajak anak untuk menyimpulkan atau membuat ringkasan dari isi pesan cerita dan melakukan evaluasi PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3 M KM TM M KM TM M KM TM 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 Jumlah 0 12 2 6 12 0 12 8 0 Skor Total 14 18 20 Persentase 58.3 75.0 83.3 Rata-rata 17.3 Kriteria Kurang Mampu Tabel 3. Aktivitas Guru Siklus II Aktivitas Yang Diamati Menyampaikan tujuan dan tema kegiatan bercerita kepada anak Melakukan organisasi anak, terhadap: posisi dan tempat duduk, kegiatan yang dilakukan anak selama bercerita. Mengatur bahan, alat dan media yang diperlukan dalam bercerita Membuka cerita: menggali pengalaman anak dan mengaitkannya dengan tema cerita dalam pembelajaran kegiatan ini dikenal dengan istilah apersepsi. Melaksanakan cerita dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar. PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3 M KM TM M KM TM M KM TM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Mengaktifkan anak dalam bercerita baik secara fisik, maupun emosional misalnya: memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat direspon langsung, memberikan stimulus agar mereka bergerak, melompat dan sebagainya 2 3 3 Mencari untuk mendapatkan balikan (feedback) dari anak mengenai pemahaman 2 3 3 pesan dan pelaksanaan program penceritaan Mengajak anak untuk menyimpulkan atau membuat ringkasan dari isi pesan cerita dan 2 2 3 melakukan evaluasi Jumlah 15 6 0 21 2 0 24 0 0 Skor Total 21 23 24 Persentase 87.5 95.8 100.0 Rata-rata 22.7 Kriteria Mampu

149 Berdasarkan data di atas, aktivitas guru pada siklus II berada pada kategori mampu, dengan rata-rata 21 karena angka 22 berada pada interval 20-24 dengan kategori cukup baik. Aktivitas guru di ikuti dengan peningkatan aktivitas anak didik, berikut dijelaskan aktivitas anak didik saat dilaksanakan metode Story Reading. Aktivitas anak didik diukur dari 8 komponen, aktivitas anak didik pada siklus II ini mencapai skor 401 dengan kriteria baik, karena 401 poin berada diantara 374,3-480. Dari hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas belajar anak didik masih tergolong kurang mampu dengan skor 296 poin dengan rata-rata persentase 61,7%, sedangkan pada siklus II mencapai skor 401 poin dengan rata-rata persentase 83,5%. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada aktivitas anak didik hampir pada seluruh indikator. No Tabel 4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Anak Siklus I dan Siklus II Aktivitas Anak 1 Anak memperhatikan penjelasan guru tentang pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bercerita menggunakan media gambar. Siklus I Siklus II Skor % Skor % 37 62.2 57 95.0 2 Anak mengikuti pembelajaran secara klasikal. 40 66.7 50 82.8 3 Anak memperhatikan guru ketika menyiapkan 37 62.2 51 85.6 gambar untuk bercerita. 4 Anak memperhatikan guru memasang gambar di 37 61.7 53 87.8 papan planel. 5 Anak memperhatikan guru ketika membacakan 36 60.6 50 82.8 Judul cerita dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut. 6 Anak memperhatikan guru bercerita dengan gambar 35 58.3 49 81.7 seri. 7 Menanggapi pertanyaan dari guru berkaitan dengan cerita 36 60.0 46 77.2 8 Anak mendengarkan kesimpulan materi pelajaran 37 62.2 45 75.0 Jumlah 296.3 493.89 400.67 667.8 rata-rata 37 61.7 50 83.5 Kriteria Kurang mampu mampu Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dijelaskan peningkatan aktivitas anak didik dari siklus I ke siklus II, secara rinci diketahui bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan aktivitas belajar anak dari siklus I ke Siklus II. Kelemahan-kelemahan penerapan pada siklus I tersebut setelah diperbaiki pada siklus II ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar anak didik. Meningkatnya aktivitas belajar anak didik pada siklus II dibandingkan pada siklus I menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dibawakan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Artinya, perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai untuk mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas belajar anak didik yang terjadi di dalam kelas selama ini. Dengan peningkatan aktivitas belajar anak didik dari siklus I ke siklus II secara langsung meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai. Berikut dijelaskan peningkatan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun dari data awal ke siklus I.

Peraentase 150 No 1 2 3 4 5 Tabel 5. Rekapitulasi Kemampuan Berbicara Anak pada Data Awal Siklus I dan Siklus II Indikator Dapat menjawab pertanyaan tentang apa tema atau judul cerita, secara sederhana. Dapat menjawab pertanyaan berapa jumlah tokoh dalam cerita tersebut, secara sederhana. Dapat menjawab pertanyaan dimana terjadinya peristiwa tersebut, secara sederhana. Data Awal SIKLUS I SIKLUS II Skor % Skor % Skor % 33 55.0 43 71.1 52 86.7 30 50.0 39 65.0 53 87.5 29 48.3 41 67.8 50 82.5 Dapat menjawab pertanyaan mengapa hal itu bias terjadi secara sederhana. 33 55.0 41 68.9 49 81.7 Dapat menjawab pertanyaan bagaimana hal tersebut terjadi secara 32 53.3 37 62.2 42 70.0 sederhana Jumlah 157 262 201 335 245 408 rata-rata 31.4 52.3 40.2 67 49 81.7 Kriteria BM MM BSH Peningkatan kemampuan berbicara anak antara data awal, siklus I dan siklus II, juga ditampilkan batang berikut ini. dalam bentuk diagram SIKLUS II, 1, 89.4 SIKLUS II, 2, 91.1 SIKLUS II, 4, 82.8 SIKLUS II, 3, 86.1 SIKLUS I, 1, 71.1 SIKLUS I, 2, 65.0 DATA AWAL, 1, 55.0 DATA AWAL, 2, 50.0 SIKLUS I, 3, 67.8 SIKLUS I, 4, 68.9 DATA AWAL, 3, 48.3 DATA AWAL, 4, 55.0 SIKLUS II, 5, 73.9 SIKLUS I, 5, 62.2 DATA AWAL, 5, 53.3 Indikator Kemampuan Berbicara DATA AWAL Gambar 1. Histogram Kemampuan Berbicara Anak pada Data Awal, Siklus I dan Siklus II Keterangan : 1. Dapat menjawab pertanyaan tentang apa tema atau judul cerita, secara sederhana. 2. Dapat menjawab pertanyaan berapa jumlah tokoh dalam cerita tersebut, secara sederhana.

151 3. Dapat menjawab pertanyaan dimana terjadinya peristiwa tersebut secara sederhana. 4. Dapat menjawab pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi secara sederhana. 5. Dapat menjawab pertanyaan bagaimana hal tersebut terjadi secara sederhana Berdasarkan hasil pengamatan serta melihat rata-rata persentase kemampuan berbicara anak dari setiap siklus nya, menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat pada pada data awal penelitian, perolehan nilai rata-rata kemampuan berbicara anak dengan kriteria belum muncul, dengan skor 157 poin, angka ini berada pada rentang 100 167. Selanjutnya pada siklus I skor kemampuan berbicara anak adalah 201 poin yang berarti peningkatan kemampuan berbicara anak pada siklus ini mencapai 8,8% dan pada siklus II dengan jumlah kemampuan adalah 254 poin yang berarti pada siklus ini terjadi peningkatan sebesar 32,3%. Rendahnya perolehan angka pada data awal ini disebabkan guru belum menerapkan metode Story Reading anak usia 5 6 tahun di TK Melati / ABA 005 Pulau Balai. Selanjutnya pada siklus I setelah dilakukannya tindakan, kemampuan berbicara anak meningkat dari sebelumnya. Story Reading atau bercerita merupakan sarana penyampaian ide/pesan melalui serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran. Konsep dasar cerita terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Keterlibatan, 2) Berada dalam dunia anak (dunia fikir dan realita) dan 3) Memiliki nilai pesan. Dalam hal ini tujuan penelitian ini telah terjawab yaitu untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5 6 melalui metode Story Reading di TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai. Adanya peningkatan serta kemajuan dari perkembangan kemampuan berbicara anak pada anak ini juga tidak terlepas dari meningkatnya aktivitas guru yang menjadi lebih baik karena kedua hal tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan peningkatan aktivitas guru dapat juga meningkatkan aktivitas anak, seperti terlihat di tabel 8 yang menjelaskan bahwa pada siklus I aktivitas anak mencapai 296 poin atau 61,7 % dan pada siklus II meningkat menjadi 401 poin atau 83,5% dengan kriteria mampu. Peningkatan aktivitas anak didik ini diikuti pula oleh peningkatan kemampuan berbicara anak dari siklus I ke siklus II. Artinya adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dari siklus I ke siklus II. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan diperoleh simpulan terhadap hasil penelitian ini yaitu: 1. Dengan menggunakan metode story reading dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak pada usia 5-6 tahun di TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai. 2. Metode story reading yang menarik dengan warna-warni mencolok akan disukai anak-anak dan memberikan daya tarik untuk melihatnya, sehingga akan meningkatkan motivasi anak dalam belajar. 3. Persentase peningkatan kemampuan berbicara anak pada usia 5-6 tahun dengan menggunakan metode Story Reading di TK Melati / ABA 005 Pulau Balai, dari data awal ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 32,2%. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu diharapkan : 1. Pelaksanaan metode Story Reading tersebut dapat berjalan dengan baik,

152 maka sebaiknya guru lebih sering menerapkannya. 2. Guru perlu mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dapat memancing atau membangkitkan motivasi anak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Depdikbud. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara. Bandung. Angkasa Santosa Puji. (2006). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. UT.