I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAN ETIL ASETAT BATANG SEMU PISANG KLUTUK

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

Kata Kunci : Benih Ikan Nila, Ekstrak Pelepah Pisang Ambon, Kelangsungan Hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAN ETIL ASETAT BATANG SEMU PISANG KLUTUK

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Antibakteri pada Getah Pelepah Pisang Manggala (Musa X Paradisiaca L.) dengan Metode Bioautografi Kontak

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH KAPULAGA (Amomum compactum Soland. ex Maton) TERHADAP Escherichia coli DAN Streptococcus pyogenes

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DIPA FAKULTAS MIPA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak sekali faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan global yang marak dihadapi akhir akhir ini adalah resistennya bakteri terhadap antibiotik. Hal ini terjadi baik pada negara berkembang maupun negara maju. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mengurangi masalah ini. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh para peneliti adalah mengatur penggunaan antibiotik, mengembangkan berbagai penelitian untuk lebih mengerti mekanisme resistensi secara genetik dan penemuan obat baru baik yang diperoleh secara sintetik maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). Sejak lama tumbuhan telah menjadi sumber alami untuk menjaga kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang. Menurut WHO sekitar 80 % penduduk di negara berkembang masih menggunakan pengobatan tradisional (Dalter, 2003). Sekarang ini pengobatan tradisional banyak digunakan dibandingkan obat obatan medis modern karena dinilai lebih aman dan efek samping yang didapatkan jauh lebih kecil dibandingkan obat modern (Hastari, 2012). Penyakit yang secara umum diakibatkan oleh bakteri biasanya diobati dengan menggunakan antibiotik. Pada saat ini masalah yang timbul adalah bakteri yang semakin resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan pada masyarakat luas (Ningsih dkk., 2013). Penelitian yang telah dilakukan oleh Refdanita dkk. (2004) menunjukkan beberapa jenis 1

2 bakteri patogen seperti Pseudomonas sp., Klebsiella sp., Escherichia coli, Staphylococcus haemolyticus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus memiliki resistensi yang tinggi (60 100%) terhadap ampisilin, amoksilin, penisilin G, tetrasiklin dan kloroamfenikol. Perkembangan resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik sangat dipengaruhi oleh intensitas bakteri tersebut terpapar antibiotik di suatu wilayah. Tidak terkendalinya penggunaan penggunaan antibiotik akan meningkatkan resistensi suatu bakteri yang semula sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Penggunaan antibiotik di Indonesia yang cukup dominan ialah turunan tetrasiklin, penisilin, kloroamfenikol, eritromisin dan streptomisin. Pola penggunaan antibiotik tersebut telah mencapai tingkat yang berlebihan dan sering ditemui penggunaannya secara tidak tepat (Hilda dan Berliana, 2015). Manfaat dari tanaman pisang bukan hanya sebagai bahan pangan. Tanaman pisang juga memiliki fungsi lain, yaitu getahnya yang terdapat pada batang semu dapat digunakan sebagai pengobatan luka luar. Telah banyak masyarakat pedesaan yang memanfaatkan getah yang terdapat pada batang semu pisang sebagai obat luar, dengan cara mengoleskan getah pada bagian yang terluka (Ningsih dkk., 2013). Pelepah pisang diketahui mengandung metabolit sekunder seperti saponin, flavonoid dan tanin (Priosoeryanto dkk., 2008). Getah pohon pisang diketahui mengandung senyawa saponin, antrakuinon dan kuinon yang memiliki kegunaan sebagai senyawa antibakteri dan penghilang rasa

3 sakit. Selain kandungan tersebut terdapat juga tanin yang bersifat antiseptik dan kalium yang bermanfaat untuk melancarkan air seni, serta saponin yang memiliki khasiat untuk mengencerkan dahak. B. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dkk. (2013), mengenai pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kental tanaman pisang kepok kuning terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan menggunakan pelarut etanol 96% didapatkan hasil ekstrak kental tanaman pisang kepok kuning baik dari akar, bonggol, pelepah daun, jantung pisang maupun buahnya memiliki potensi sebagai aktibakteri terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Ekstrak kental bonggol pisang kepok kuning memiliki diameter daerah hambat bakteri tertinggi terhadap S. aureus (2,039 cm) dan terhadap E. coli (1,896 cm). Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2012), mengenai pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak etanolik batang pisang klutuk dengan perbedaan konsentrasi terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa didapatkan hasil ekstrak etanolik batang pisang klutuk (Musa balbisiana Colla) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dengan diameter penghambatan paling besar pada konsentrasi 80% (1,337 cm dan 1,208 cm). Penelitian yang dilakukan oleh Ramdan dkk. (2015), mengenai identifikasi senyawa yang memiliki kemampuan antibakteri pada getah

4 pelepah pisang manggala dengan menggunakan metode bioautografi kontak dengan masetasi bertingkat dengan pelarut n-heksana (MH), etil asetat (MEa) dan etanol 70 % (MEt). Masing masing ekstrak diuji dengan menggunakan metode sumuran. Hasil yang didapatkan ekstrak dengan pelarut MH dan MEt pada konsentrasi 5, 10, 15 dan 20 % tidak terbentuk zona hambat. Sebaliknya ekstrak yang didapatkan dengan pelarut MEa, memiliki luas zona hambat sebesar 0,854 cm 2 (5 %), 1,35 cm 2 (10 %), 1,245 cm 2 (15 %) dan 1,190 cm 2 (20 %). Penelitian yang dilakukan oleh Apriasari dkk. (2013), mengenai pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol batang pisang mauli terhadap Streptococcus mutans didapatkan hasil bahwa ekstrak batang pisang mauli konsentrasi 6,25, 12,5 dan 25 % dapat menghambat pertumbuhan S. mutans. Konsentrasi 25 % (8 koloni bakteri tumbuh) memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 6,25 % (14 koloni bakteri tumbuh), 12,5 % (10 koloni bakteri tumbuh) dan kontrol tanpa perlakuan apapun. Penelitian yang dilakukan oleh Hastari (2012), mengenai pengujian aktivitas antibakteri dengan menggunakan ekstrak pelepah dan batang tanaman pisang ambon terhadap Staphylococcus aureus didapatkan hasil ekstrak pelepah batang dengan konsentrasi 12,5 % ekstrak batang tidak memiliki efek penghambatan yang berbeda dengan konsentrasi 6,25 %. Konsentrasi 6,25 % (17 koloni bakteri tumbuh) ekstrak pelepah memiliki efek antibakteri yang lebih baik dibandingkan ekstrak batang dengan

5 konsentrasi 6,25 % (69 koloni bakteri tumbuh). Konsentrasi 12,5 dan 25 % kedua jenis ekstrak memiliki aktivitas yang sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. C. Permasalahan Penelitian 1. Kandungan fitokimia apakah yang terkandung dari ekstrak metanol dan etil asetat batang semu pisang klutuk? 2. Pelarut manakah yang menghasilkan ekstrak batang semu pisang klutuk yang mempunyai aktivitas antibakteri yang terbaik? 3. Berapakah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yang dihasilkan dari ekstrak batang semu pisang klutuk? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak metanol dan etil asetat batang semu pisang klutuk. 2. Mengetahui pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antibakteri terbaik terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis. 3. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak batang semu pisang klutuk terhadap bakeri uji Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis.

6 E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi masyarakat umum dan komunitas ilmiah. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kegunaan pisang klutuk (Musa balbisiana Colla) memiliki kemampuan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis.