RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

PROFIL RESILIENSI MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba, BNN, Lido)

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan

RESILIENSI PADA REMAJA PENDERITA KANKER PAYUDARA SKRIPSI. Oleh : Ratih Nuarita Saraswati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang membutuhkan perangkat empirik untuk mengindai secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB III METODE PENELITIAN

(Bryman, 2006; Tashakkori& Teddlie, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman tentang realitas di lapangan. Karena metode kualitatif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Tugas akhir atau yang sering disebut skripsi merupakan gerbang terakhir yang

BAB II KAJIANPUSTAKA. (penderitaan) lainnya (Smet, 1990 dalam Desmita, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya. dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Resiliensi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

Profil Resiliensi Kepala Keluarga yang Menjadi Korban Banjir di Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Dyah Titi S; Detri Sefianmi; Angeria Mentari

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.1, November ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya data yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RESILIENSI RELAWAN DI PENGUNGSIAN KONFLIK SAMPANG. Oleh: Arianingsih Intan Rahmawati Ika Herani. Abstract

Support Group Therapy Untuk Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga Single Parent di Kota Malang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

RESILIENSI REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANGTUA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. dalam setiap pelaksanaan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun

3. METODE PENELITIAN

STUDI MENGENAI RESILIENSI REMAJA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Disusun Oleh. Dian Sartika Sari

BAB III METODE PENELITIAN. melainkan berupa gambaran dan kata-kata. 1

Menurut Benard (1991), resiliensi memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan Penelitian; (B) Subjek dan Objek Penelitian ; (C) Lokasi Penelitian; (D)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Fokus Penelitian. Hardiness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hardiness yang diartikan. B.

BAB III METODE PENELITIAN

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. keluarga telah mencapai resiliensi sebagaimana dilihat dari proses sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambaran dari tujuh keterampilan yang ada dalam teori yaitu: emotion regulation,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitanya terhadap orang-orang yang berada

TINGKAT RESILIENSI MASYARAKAT DI AREA RAWAN BENCANA. The Level of Community Resilience in Disaster Prone Area

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Mahasiswa Perantau

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB II KAJIAN TEORI. kurang dari 40% dari tingkat tinggi mengalami kelelahan. Didunia kerja,

Transkripsi:

JURNAL MEDIAPSI VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2015, HAL 51-58 RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG Bima Pusaka Semedhi, Sumi Lestari, Nur Hasanah bimapusakasemedhi@yahoo.com Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi dari pengungsi konflik Sampang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan wawancara dan observasi sebagai metode untuk mengumpulkan data dan menggunakan metode analisis tematik data dengan subjek yang berjumlah 2 orang pengungsi konflik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pengungsi resilien terhadap tekanan dan permasalahan yang terjadi di tempat pengungsian dimana hal itu di buktikan dengan adanya sumber resiliensi yaitu faktor I am, I have, dan I can serta 7 kemampuan resiliensi yaitu kemampuan regulai emosi, pengendalian impuls, analisis kausal, efikasi diri, optimisme, empati, dan reaching out pada kedua subjek. Kata kunci : Resiliensi, Konflik Syiah-Sunni, Pengungsi Konflik merupakan permasalahan yang sehari-hari ditemui oleh manusia dimana konflik bisa terjadi akibat adanya perbedaan yang seringpula ditemui dalam kehidupan. Salah satu daerah Indonesia yang rawan terjadi konflik adalah daerah Madura. Hal ini bisa dilihat dari karakteristik masyarakatnya, menurut Syamsudin (2007) dan juga Ali (2010) dimana masyarakat Madura secara umum memiliki karakter yang keras dan mudah tersulut apabila menyinggung permasalahan agama, tahta dan wanita. Masyarakat kota Sampang, tidaklah jauh berbeda dengan karakter masyarakat Madura pada umumnya dimana karakter masyarakat Sampang adalah masyarakat yang sangat religius dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Masyarakat Islam di Sampang terbagi dari beberapa golongan, dimana secara garis besar dibagi kedalam dua golongan yaitu golongan Sunni dan golongan Syiah. Permasalahan konflik Sampang yang terjadi berkali-kali antara golongan Sunni dan Syiah telah menyebabkan korban jiwa, menyebabkan pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk melakukan relokasi terhadap seluruh penganut Syiah dimana pada saat itu mayorias penganut Syiah tidak menginginkan relokasi, mereka memilih untuk tinggal di Sampang. Banyak sumber menyebutkan bahwa relokasi ini hanya bersifat sementara namun hingga saat ini sekitar 200-an pengungsi Syiah warga dusun Karang Gayam tetap tertahan tinggal di rumah susun di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang dipilih Pemerintah daerah sebagai tempat relokasi. Nasib para pengungsi konflik Sampang saat ini sangat bergantung kepada bantuan dari masyarakat dan juga dari BPBD Jatim dan pemerintah setempat. Keinginan yang kuat dari masyarakat Sampang yang menjadi korban konflik untuk kembali pulang belum mendapatkan respon dari pemerintah yang berwenang dikarenakan perjanjian perdamaian belum ada kejelasan dan 51

Resiliensi Pengungsi Konflik Sampang belum jelasnya kondisi Sampang menyebabkan pemerintah melarang para pengungsi untuk kembali pulang. Selain itu, belum adanya kepastian dan jaminan keamanan para pengungsi untuk pulang menyebabkan para pengungsi merasa takut untuk kembali ke Sampang meskipun mayoritas pengungsi ingin pulang. Permasalahan lain yang dialami oleh pengungsi hingga saat ini adalah belum adanya kejelasan akan nasib harta benda mereka yang telah mereka tinggalkan di Sampang dimana para warga disana memiliki rumah dan tanah serta harta benda namun tidak legal secara hukum melainkan kepemilikan sejak dahulu secara turun temurun sehingga menyebabkan banyak sekali rumah dan tanah dari para pengungsi yang diambil dan ditempati oleh orang lain sehingga tuntutan para pengungsi Syiah Sampang kepada pemerintah terus dilakukan namun hingga saat ini tidak ada kejelasan akan nasib mereka. Tekanan-tekanan yang terjadi menyebabkan banyak konflik yang ada dalam diri para pengungsi konflik sampang ini yang menyebabkan mereka harus terus beradaptasi dengan apa yang terjadi atau bahkan menerima kondisi apapun yang mereka alami sehingga dibutuhkan adanya cara bagi para pengungsi untuk terus bertahan dalam kondisi penuh dengan tekanan dan ketidakpastian tersebut. Proses dan cara pengungsi Syiah dalam menghadapi tekanan saat konflik dan saat di pengungsian merupakan salah satu gambaran dari resiliensi. Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan, bertahan dalam keadaan tertekan dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma yang dialami dan kehidupannya. Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out. Regulasi emosi merupakan kemampuan untuk tetap tenang dalam kondisi yang penuh tekanan. Individu yang resilien menggunakan serangkaian keterampilan yang telah dikembangkan untuk membantu mengontrol emosi, atensi dan perilakunya, Kontrol impuls berkaitan erat dengan kemampuan regulasi emosi. Individu dengan kontrol impuls yang kuat, cenderung memiliki regulasi emosi yang tinggi. Optimisme adalah keyakinan individu bahwa semua yang terjadi pada dirinya akan menjadi lebih baik dan memiliki keyakinan masa depan akan lebih baik. Analisis kausal merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada kemampuan individu untuk secara akurat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari permasalahan mereka. Empati menggambarkan sebaik apa seseorang dapat membaca petunjuk dari orang lain berkaitan dengan kondisi psikologis dan emosional orang tersebut. Self-efficacy menggambarkan keyakinan seseorang bahwa ia dapat memecahkan masalah yang dialaminya dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, kemampuan yang terakhir adalah Reaching out menggambarkan kemampuan seseorang untuk mencapai keberhasilan. Resiliensi merupakan sumber untuk mencapai reaching out, karena resiliensi memungkinkan kita untuk meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupan. JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 52

SEMEDHI, LESTARI, & HASANAH Grotberg (2002), mengemukakan faktor-faktor resiliensi yang diidentifikasikan berdasarkan sumbersumber yang berbeda. Untuk kekuatan individu, dalam diri pribadi digunakan istilah I Am, untuk dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, digunakan istilah I have, sedangkan untuk kemampuan interpersonal digunakan istilah I Can. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana resiliensi para pengunsi Sampang yang menghadapi konflik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian adalah bagaimana gambaran resiliensi pengungsi konflik Sampang. METODE Partisipan dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi. Frost (2011) mengatakan penelitian fenomenologi adalah untuk mengungkap pengalaman seseorang yang dialaminya sendiri dan pengalaman tersebut mampu mempengaruhi kehidupan seseorang baik itu secara psikis maupun sosial. Teknik pemilihan subjek adalah menggunakan non-probability sampling yaitu Purposive Sampling. Partisipan penelitian ini adalah dua orang pengungsi yang berasal dari Sampang yang menjadi korban dari konflik antara Sunni dan Syiah yang yang terjadi sejak tahun 2012 sebagai subjek primer. Pengambilan data dilakukan di bulan Juni-September 2014. Subjek sekunder dari penelitian ini adalah anggota BPBD, relawan-relawan dan sesama pengungsi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana menurut Banister (1994) penelitian kualitatif adalah suatu studi intepretatif pada spesifik isu atau permasalahan dimana peneliti adalah sebagai instrumen pengambil data. Peneliti menentukan area yang akan ditelitinya dimana peneliti dalam penelitian ini menemukan gejala, aspek atau fenomena yang bisa menjadi refleksi dari studi yang akan diteliti yaitu gejala psikologis. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti menggunakan panduan wawancara dan panduan observasi dengan berdasarkan teori sumber resiliensi Grotberg (2002) yaitu faktor i am, i have, i can dan tujuh kemampuan resiliensi Reivich dan Shatte (2002) yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out. Hasil dari pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan metode analisis tematik Boyatsiz (1998) dimana merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema tersebut, atau hal-hal diantara atau gabungan dari yang telah disebutkan.penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Setelah tema ditemukan (seeing), dilakukan klasifikasi atau mengencode pola tersebut (seeing as) dengan memberi label, definisi deskripsi (Poerwandari,2007).Validitas dan reabilitas penelitian menggunakan triangulasi sumber data dimana triangulasi sumber data dilakukan dengan mengumpulkan data dan mengecek keabsahan informasi melalui sumber yang berbeda (Bachri,2010) dan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 53

Resiliensi Pengungsi Konflik Sampang untuk, mendapatkan data yang sama (Bachri,2010). HASIL Hasil Analisa Data Hasil analisa data menggunakan analisis tematik gambaran reesiliensi pengungsi konflik Sampang ditampilkan dalam tabel dibawah ini Tabel 1. Hasil Analisa Data Subjek Z Subjek Z Sumber Resiliensi 1. Faktor I am Subjek Z memiliki keyakinan yang berasal dari Tuhan, Ajaran Agamanya dan Usahanya 2. Faktor I have Subjek Z memiliki keluarga, teman-teman di pengungsian, relawan, anggota pemerintah dan saudara di Sampang yang membantu subjek resilien. 3. Faktor I can Subjek memiliki kemampuan memecahkan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan skala prioritas dan mampu mengkomunikasikan apabila membutuhkan bantuan Kemampuan Resiliensi 1. Regulasi Emosi Subjek mampu mengekspresikan emosi secara tepat dan objek kemarahannya hanya berkisar pada kejadian apabila pemerintah melakukan kebijakan yang tidak benar kepada 2. Pengendalian Impuls pengungsi Subjek mampu menahan dorongan-dorongan yang bersifat negatif yang bisa mengganggu orang lain dan berusaha menghindar dan menenangkan diri bila sedang marah. 3. Analisis Kausal Subjek mampu menjelaskan secara kronologis permasalahan konflik hingga akhirnya di pengungsian, serta mampu menganalisis masalah yang terjadi dan juga mampu memberikan solusi. 4. Empati Subjek mengetahui perasaan dan tekanan yang sama dari orang lain di pengungsian karena subjek mendengar langsung keluhan dari para pengungsi dan karena adanya kesamaan nasib dengan para pengungsi. 5. Efikasi Diri Subjek yakin masalah yang dihadapinya bisa diatasi bila pasrah dengan Tuhan dan terus berusaha. 6. Optimisme Subjek optimis jika masalah konflik ini akan berakhir dan akan ada solusi besar dari pemerintah terkait nasib mereka meskipun subjek tidak optimis dengan pemerintah baru. 7. Reaching Out Subjek mampu mengambil hikmah dari konflik dan memutuskan untuk belajar dan berkuliah di jurusan Hukum untuk membantu dan melindungi saudarasaudaranya nanti setelah dia lulus. Tabel 2. Hasil Analisa Data Subjek SR Subjek SR Sumber Resiliensi 1. Faktor I am Subjek SR memiliki sumber keyakinan dari keterpurukan yang berasal dari dirinya sendiri 2. Faktor I have Subjek SR memiliki keluarga, teman-teman di pengungsian,teman-teman disekolah, relawan, anggota BNPB yang membantu subjek resilien. 3. Faktor I can Subjek memiliki kemampuan memecahkan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan skala prioritas dan mampu mengkomunikasikan apabila membutuhkan bantuan namun berusaha untuk mandiri untuk tidak mudah meminta bantuan. Kemampuan Resiliensi JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 54

SEMEDHI, LESTARI, & HASANAH 1. Regulasi Emosi 2. Pengendalian Impuls Subjek mampu mengekspresikan emosinya dimana subjek seringkali marah dan tertekan apabila terkait masalah pemerintah dan pengungsi serta orang yang mengambl keuntungan dari pengungsi. Subjek berusaha menahan dorongan-dorongan emosi yang dipendamnya dan hingga saat ini subjek hanya secara verbal akan melakukan sesuatu tapi tidak pernah melakukannya. 3. Analisis Kausal Subjek mampu menjelaskan secara kronologis masalah yang terjadi di pengungsian 4. Empati Subjek mengetahui perasaan orang lain karena mendengar langsung pembicaraan bersama para pengungsi. 5. Efikasi Diri Subjek bisa bangkit dari keterpurukan karena dirinya sendiri lah yang menggerakkan dirinya sendiri untuk bangkit. 6. Optimisme Subjek optimis jika mereka akan kembali ke Sampang dan yakin jika pemerintah akan menemukan solusi untuk menyelesaikan konflik mereka. 7. Reaching Out Subjek mampu mengambil hikmah dari konflik ini dan bisa tetap bersekolah dan terus membantu pengungsi yang sakit serta juga mengajar pengungsi yang buta huruf. Hasil analisis data ditemukan bahwa kedua subjek penelitian memiliki ketiga sumber resiliensi yaitu faktor i am,i have, dan i can dan memiliki ketujuh kemampuan resiliensi yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out. DISKUSI Kemampuan resiliensi seperti dalam teori milik Reivich dan Shatte (2002) pada Subjek Z memiliki regulasi emosi dimana subjek mampu mengekspresikan emosi dirinya secara tepat dan mampu mengatur emosinya sehingga dirinya mampu mengatur emosinya. Regulasi emosi itu berkaitan dengan pengendalian impuls, subjek Z memiliki ketahanan dan mampu mengendalikan dorongan impulsnya. Kemampuan analisis kausal, subjek Z mampu dan memiliki kemampuan tersebut sehingga dirinya mampu menjelaskan secara kronologis terkait konflik Syiah di Sampang hingga saat ini di Puspo Agro. Selain itu subjek Z juga mampu menganalisis cara dan solusi apa yang harus mereka lakukan. Kemudian subjek Z memiliki efikasi diri yang berasal dari keyakinan subjek Z terhadap tuhannya sehingga subjek Z yakin bahwa masalah yang dialaminya pasti bisa diatasi. Kemampuan berikutnya yaitu optimisme dimana subjek Z optimis jika masalah mereka pasti akan selesai dan mereka akan kembali pulang ke Sampang. Kemampuan Empati subjek Z dimana subjek Z memahami perasaan dan masalah yang dialami oleh para pengungsi karena subjek Z merasa bahwa memiliki kesamaan nasib dengan pengungsi. Kemampuan terakhir yaitu reaching out dimana subjek Z memiliki kemampuan reaching out dimana subjek Z mampu menembus dan mengambil hikmah dari konflik yang dialaminya ini. Sumber resiliensi subjek Z ditinjau dari 3 faktor Grotberg (2000) yaitu faktor i am dimana subjek Z memiliki sumber I am yang berasal dari keyakinannya terhadap Tuhannya sehingga subjek yakin semua masalahnya pasti bisa teratasi. Faktor kedua yaitu i can dimana subjek mampu JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 55

Resiliensi Pengungsi Konflik Sampang mengatasi permasalahan yang dialaminya dan mampu untuk mengkomunikasikan kepada orang lain apabila dirinya membutuhkan bantuan. Sedangkan faktor ketiga yaitu I have yaitu subjek Z memiliki orang-orang yang selalu siap memberikan dukungan dan bantuan kepada subjek sehingga subjek mampu resilien. Subjek SR memiliki 7 kemampuan resiliensi, dimana kemampuan pertama yaitu regulasi emosi, subjek mampu memiliki dan mengatur emosinya serta mampu mengekspresikan emosinya. Subjek memiliki kemampuan pengendalian impuls dimana subjek mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang merugikan dirinya serta pengungsi. Kemudian subjek juga memiliki kemampuan analisis kausal dimana subjek mampu menjelaskan secara jelas masalah yang terjadi di pengungsian dan juga mampu mencari solusi dari masalah tersebut. Kemampuan keempat yaitu efikasi diri dimana subjek memiliki keyakinan yang berasal dari dirinya sendiri sehingga subjek yakin bisa mengatasi masalah yang dialaminya dan masalah yang terjadi di pengungsian dan kemampuan kelima yaitu optimisme dimana subjek yakin bahwa masalah yang dialami pasti bisa diatasi dan nantinya para pengungsi bisa kembali pulang ke Sampang. Kemampuan keenam adalah empati dimana subjek mengetahui perasaan dan permasalahan yang dialami subjek karena subjek sering mendengar permasalahan mereka secara langsung. Kemampuan terakhir yang dimiliki oleh subjek SR adalah kemampuan reaching out dimana subjek mampu mengambil hikmah dari masalah yang dialaminya. Sumber resiliensi subjek SR ditinjau dari 3 faktor yaitu faktor i am dimana subjek SR memiliki sumber I am yang berasal dari keyakinannya yang berasal diri sendiri sehingga subjek yakin semua masalahnya pasti bisa teratasi. Faktor kedua yaitu i can dimana subjek mampu mengatasi permasalahan yang dialaminya dan mampu untuk mengkomunikasikan kepada orang lain namun dirinya pemilih untuk menerima bantuan karena dirinya tidak mudah percaya kepada orang lain hanya kepada orang tertentu subjek akan meminta bantuan apabila dirinya membutuhkan bantuan. Sedangkan faktor ketiga yaitu I have yaitu subjek SR memiliki orang-orang yang selalu siap memberikan dukungan dan bantuan kepada subjek sehingga subjek mampu resilien. KESIMPULAN Kedua pengungsi konflik Sampang yaitu subjek Z dan R merupakan individu yang resilien dimana hal itu digambarkan dari para pengungsi memiliki ketujuh kemampuan resiliensi tersebut yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, analisis kausal, self eficacy, optimisme, empati dan reaching out serta memiliki ketiga sumber resiliensi yaitu faktor i am, i have dan i can sehingga para pengungsi bisa mengatasi tekanan dan mampu mengatasi masalah di pengungsian. Perbedaan kemampuan serta sumber resiliensi subjek Z dan subjek SR adalah pada sumber I Am dimana subjek Z memiliki sumber I am yang berasal dari keyakinannya terhadap tuhannya sedangkan pada subjek SR bangkit dari keterpurukannya berasal dari dirinya sendiri untuk bangkit dari keterpurukan. Perbedaan yang kedua adalah pada kemampuan analisis kausal dimana subjek Z mampu menjelaskan secara kronologis dan mampu menganalisis masalah yang dialaminya serta mencari solusinya JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 56

SEMEDHI, LESTARI, & HASANAH sedangkan pada subjek SR hanya mampu menjelaskan secara kronologis saja. Penelitian ini mengungkap cara bagaimana 2 orang pengungsi mampu untuk resilien setelah menghadapi konflik yang belum usai. Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini mampu menjadi rekomendasi pemerintah terkait dengan cara penanganan konflik dan pengungsi. Kemudian hasil dari penelitian ini bagi masyarakat adalah untuk memberikan pengetahuan baru terkait dengan konflik yang ada disekitar kita, dan memberikan wawasan agar masyarakat mampu untuk bergerak dan berkontribusi dalam membantu penyelesaian konflik. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. (2010). Akomodasi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Madura Mengenai Penyelesaian Carok dalam Hukum Pidana. Yogyakarta : Jurnal Hukum No.1 Volume 17 UII. Bachri, B.S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan Banister, P. (1994). Qualitative Methods in Psychology Research Guide. Buckingham : Open University Press Bernard, (2000). Social research methods: qualitative and quantitative approaches. Sage Publications Boyatsiz R.. (1998) Transforming Qualitative Information Thematic Analysis and Code Development Thousand Oak: Sage publications Carpenter, A.C.(2014). Community Resilience to Sectarian Violence in Bagdadh. New York City: Springer Frost, Nollaig, (2011)Qualitative research Methods in Psychology, The McGraw-Hill Company, Berkshire Grotberg. (2002). Origins of resilience.clinic@4.washington.e du diakses pada tanggal 12 Agustus 2014. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu- Ilmu Sosial. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta. McAslan, A. (2010). Community resilience: Understanding the concept and its application.adelaide: The Torrens Institute. Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya. Poerwandari E.K.(2007).Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Manusia. Jakarta : LPSP3 Reivich, K. dan Shatte, A. (2002). The Resiliency Factor : 7 Keys to Finding YourInner Strength and Overcoming Life s Hurdles. New York: Three RiversPress. Schoon, Ingrid. (2006). Risk and Resilience. New York: Cambridge University Press Siebert, al. (2005). The Advantage Resiliency.New York: Cambridge University Press[Online] diakses pada tanggal 19 Agusutus 2012. JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 57

Resiliensi Pengungsi Konflik Sampang Syamsudin, M. (2007).Agama, Migrasi Dan Madura. Aplikasia Jurnal Aplikasi Ilmu Agama Anonim, (2012), Laporan Investigasi dan Pemantauan Kasus Syiah Sampang. Kontras : Surabaya. JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 58