1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

dokumen-dokumen yang mirip
Tarik Tindak-tindak Pidana Khusus dari RKUHP!

BAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Public Review RUU KUHP

Pernyataan Pers Indonesia Corruption Watch DELIK KORUPSI DALAM RKUHP, ANCAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPATKOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

Kasus Korupsi PD PAL

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

KEBIJAKAN FORMULASI PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Abstrak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Kapita Selekta Ilmu Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN. Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

BAB III HASIL PENELITIAN KESEIMBANGAN SANKSI PIDANA KURUNGAN SEBAGAI SANKSI PENGGANTI SANKSI PIDANA DENDA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

Pasal 5: Setiap orang dilarang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

Mutual Legal Assistance. Trisno Raharjo

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Mendamaikan Pengaturan Hukum Penyadapan di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : I Rapat ke :

Kuasa Hukum Antonius Sujata, S.H., M.H., dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 29 Mei 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Periode Sebelum dan Sesudah Berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, (Tesis Fakultas Hukum Indonesia:1999) hal.3.

Transkripsi:

Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana denda pada dasarnya bertujuan untuk mengembalikan kekayaan negara. Pidana denda yang dalam RKUHP justru lebih rendah dari UU TPK. Contoh: Pidana denda minimal: Pasal 2 UU TPK: Rp200.000.000 Pasal 687 RKUHP (Kategori II): Rp50.000.000 Pidana denda maksimal: Pasal 3 UU TPK: Rp1.000.000.000 Pasal 688 RKUHP (Kategori IV): Rp500.000.000 2. Beberapa rumusan pidana penjara lebih rendah daripada UU Tipikor Sebagai bentuk tindak pidana khusus, penjeraan melalui pidana penjara adalah salah satu kriteria pemidanaan tindak pidana korupsi. Hal tersebut tidak tercermin dalam beberapa rumusan delik korupsi dalam RKUHP Contoh: Pidana penjara minimal: Pasal 2 UU TPK: 4 tahun Pasal 687 RKUHP: 2 tahun Pidana penjara maksimal: Pasal 21 UU TPK: Minimal 3 tahun dan Maksimal 12 tahun Pasal 308 ayat (1) huruf c RKUHP: Hanya disebutkan maksimal 7 tahun 3. Pidana terhadap pelaku percobaan korupsi pada RKUHP lebih rendah daripada UU Tipikor Pidana bagi pelaku percobaan di RKUHP berbeda dengan UU TPK, padahal salah satu bentuk kekhususan UU TPK adalah pemberatan bagi para pelaku, itulah mengapa bentuk percobaan dalam UU TPK berbeda dengan KUHP, yaitu dipidana sama dengan pelaku pidana Pasal 15 UU TPK: Pelaku percobaan dipidana dengan pidana yang sama dengan pelaku pidana Pasal 17 ayat (3) RKUHP: Pelaku percobaan dipidana dengan pidana 2/3 dari ancaman pokok pidana

4. Pidana terhadap pelaku pembantuan korupsi pada RKUHP lebih rendah daripada UU Tipikor Pidana bagi pelaku pembantuan di RKUHP berbeda dengan UU TPK, padahal salah satu bentuk kekhususan UU TPK adalah pemberatan bagi para pelaku, itulah mengapa bentuk pembantuan dalam UU TPK berbeda dengan KUHP, yaitu dipidana sama dengan pelaku pidana Pasal 15 UU TPK: Pelaku pembantuan dipidana dengan pidana yang sama dengan pelaku pidana Pasal 22 ayat (3) RKUHP: Pembantuan untuk melakukan Tindak Pidana dikurang 1/3 dari ancaman pidana pokok yang diancamkan untuk Tindak Pidana yang bersangkutan 5. Pidana terhadap pelaku permufakatan jahat pada RKUHP lebih rendah daripada UU Tipikor Pidana bagi pelaku permufakatan jahat di RKUHP berbeda dengan UU TPK, padahal salah satu bentuk kekhususan UU TPK adalah pemberatan bagi para pelaku,itulah mengapa bentuk permufakatan jahat dalam UU TPK berbeda dengan KUHP, yaitu dipidana sama dengan pelaku pidana Pasal 15 UU TPK: Pelaku permufakatan jahat dipidana dengan pidana yang sama dengan pelaku pidana Pasal 13 ayat (3) RKUHP: Maksimum Pidana untuk permufakatan jahat melakukan Tindak Pidana adalah 1/3 dari ancaman pidana pokok untuk Tindak Pidana yang bersangkutan 6. RKUHP memungkinkan penghapusan pidana lewat pengembalian kerugian keuangan negara Tidak ada klausul pasal dalam RKUHP yang menjamin pengembalian kerugian negara tidak menghapus pidana. Sebagaimana diketahui, Pasal 4 UU Tipikor menyebutkan secara tegas bahwa pengembalian kerugian keuangan negara tidak menghapus pidana, namun klausul pasal tersebut tidak ada di dalam RKUHP, sehingga bukan tidak mungkin pelaku korupsi cukup mengembalikan kerugian keuangan Negara agar tidak diproses oleh penegak hukum. 7. RKUHP tidak mengenal bentuk pidana tambahan uang pengganti seperti yang ada di UU Tipikor Tidak ada pidana tambahan uang pengganti, padahal mekanisme pidana tambahan uang pengganti harus dipandang sebagai upaya pemulihan aset negara (asset recovery), sebagai salah satu bentuk dan kriteria penting dari tindak pidana korupsi o Pasal 18 ayat (1) UU TPK: perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi

penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana o Pasal 72 RKUHP: Pencabutan hak tertentu Perampasan barang tertentu dan/ atau tagihan Pengumuman putusan hakim Pembayaran ganti rugi Pencabutan izin tertentu Pemenuhan kewajiban adat setempat atau kewajiban menurut hukum yang hidup dalam masyarakat 8. Ketidakjelasan konsep core crimes dalam RKUHP Dalam rapat dengar pendapat yang dilakukan di DPR RI pada 30 Mei 2018, tim penyusun RKUHP menyebutkan bahwa delik korupsi yang dimasukkan ke dalam RKUHP adalah sebagai cantolan untuk penerapan Undang-Undang pidana lain di luar RKUHP. Konsep core crimes dikenal dalam Hukum Pidana Internasional yang dituangkan lewat Statuta Roma yang dapat disidangkan pada International Criminal Court (ICC), dan dibagi dalam 3 bentuk yaitu, kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang. Artinya, ada peraturan yang secara tegas menyebutkan bahwa ketiga jenis kejahatan tersebut adalah pidana asal dari yurisdiksi hukum tertentu. Permasalahannya, konsep tersebut tidak ada penjelasannya dalam hal memasukkan delik korupsi dalam RKUHP. Jika mengadopsi beberapa pasal dari UU Tipikor yang sudah ada dan mendaulatnya sebagai pidana asal, apa yang menjadi parameter? Mengingat, seluruh tindak pidana korupsi yang diatur dalam UU Tipikor adalah pidana asal dari tindak pidana korupsi. Dengan demikian, dimasukkannya delik korupsi dalam RKUHP patut dipertanyakan dengan kritis. Tidak ada dasar yuridis maupun teoritis yang cukup kuat untuk menjawab kebutuhan tersebut. Artinya, tim perumus sudah gagal mejustifikasi perlunya pasal 2 dan pasal 3 serta beberapa pasal suap dan gratifikasi, dianggap sebagai core crimes dan dapat dimasukkan dalam RKUHP. 9. Inkonsistensi penerapan delik-delik khusus dalam RKUHP Sebagaimana diketahui, salah satu tujuan kodifikasi hukum pidana nasional ini adalah untuk menyeragamkan peraturan-peraturan pidana yang bersifat umum (ketentuan umum) pada masing-masing undang-undang pidana, menjadi terintegrasi dan merujuk pada 1 (satu) ketentuan umum yang berlaku untuk keseluruhan tindak pidana, baik yang diatur di dalam maupun di luar RKUHP. Permasalahannya, RKUHP yang ada sekarang tidak juga mengakomodasi keseluruhan tindak pidana khusus yang tersebar pada undang-undang berbeda. Dari 22 jenis tindak pidana khusus yang diatur apda peraturan terpisah dari KUHP, hanya 14 tindak pidana khusus yang diatur di dalam RKUHP. Pertanyaannya adalah, jika memang bertujuan untuk membentuk sebuah kodifikasi ketentuan pidana, mengapa ada tindak pidana khusus yang tidak diakomodasi dalam RKUHP?

10. Penerapan delik korupsi di RKUHP memunculkan ketidakpastian penerapan hukum Jika pada akhirnya RKUHP tetap memuat pasal-pasal korupsi, maka akan muncul masalah terkait penerapan hukum antara KUHP dengan UU Tipikor. Hal ini diperburuk dengan perbedaan rancangan sanksi pidana penjara maupun denda di antara RKUHP dengan UU Tipikor. Perbedaan ini justru menambah diskresi yang besar bagi aparat penegak hukum dalam menerapkan Undang-Undang atau pasal terhadap tersangka korupsi. Dapat terjadi seorang tersangka disangkakan untuk tindak pidana yang sama (penyalahgunaan kewenangan Pasal 3 UU Tipikor atau Pasal 688 RKUHP), namun tidak ada kejelasan hukum mana yang akan diterapkan terhadapnya. Dapat terjadi, yang menentukan adalah aparat penegak hukum sendiri, sebagai wujud diskresi.

Lampiran II: Tindak-tindak pidana khusus yang diatur maupun tidak diatur di RKUHP Tindak Pidana di luar KUHP yang masuk RKUHP Tindak Pidana di luar KUHP yang tidak masuk RKUHP Korupsi Perpajakan Pencucian Uang Perikanan Narkotika dan psikotropika Perbankan Terorisme Pasar Modal Lingkungan Hidup Kepabeanan Pelanggaran Berat HAM Ketenagakerjaan Perdagangan Orang Penambangan Liar Pelayaran Pembalakan Hutan Liar HKI Pemilu Rumah Tangga Anak Konsumen Cyber Crime Data: KPK, 2018

Lampiran III: Pidana Denda menurun UU Tipikor RKUHP Pasal 2 Minimal 200 Juta Maksimal 1 Miliar Pasal 687 Maksimal 2 Miliar Pasal 3 Minimal 50 Juta Maksimal 1 Miliar Pasal 688 Pasal 5 Minimal 50 Juta Maksimal 250 Juta Pasal 689 Pasal 11 Minimal 50 Juta Maksimal 250 Juta Pasal 690 Pasal 13 Pasal 691 Maksimal 10 Juta Pasal 12B Minimal 200 Juta Maksimal 1 Miliar Pasal 692 Maksimal 500 Juta Data: KPK, 2018