MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

dokumen-dokumen yang mirip
BILA SYA BAN TELAH TIBA

MENJAGA KEBERSIHAN JASMANI Bentuk Pengamalan Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam, Bag: 2

IKHLAS BERIBADAH. B e r i l m u S e b e l u m B e r k a t a & B e r a m a l. Booklet Da wah

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

TATA CARA MANDI WAJIB

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Seputar Mandi Jum'at

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Tata Cara Shalat Malam

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Membatalkan Shalat Witir

Syarah Istighfar dan Taubat

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Hukum Ucapan Fulan Mati Syahid

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

HUKUM MEMBAWA PERGI ANAK-ANAK KE TAMAN HIBURAN (PERMAINAN) RUMAHMU LEBIH BAIK BAGIMU

PRIA ADALAH PEMIMPINMU :

Cara Menyisir Rambut

Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI

BISAKAH KIRIM PAHALA?

BOLEHKAH AIR MUSTA'MAL DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI? Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

BULAN MUHARRAM BUKAN BULAN SIAL

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Kaidah Fikih. Semua Benda Najis Yang Sudah Berubah Total Menjadi Benda Suci, Apakah Hukumnya Menjadi Suci? Publication: 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

W A MUTIARA NASIHAT DI BULAN RAMADHAN

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

AGAR MARAH MENJADI TERARAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

KHITHBAH. Bahwa Nabi a melamar Aisyah i kepada Abu Bakar y HR. Bukhari Juz 5 : 4793.

5 HAL yang Mewajibkan MANDI. Publication: 1435 H_2014 M 5 HAL YANG MENYEBABKAN MANDI. Disalin dari Web

ADA APA DENGAN BULAN MUHARRAM?

PUASA DI BULAN RAJAB

FATWA-FATWA SEPUTAR SHALAT BERJAMAAH (BAG. 1)

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i

Panduan Lengkap I tikaf Ramadhan

DOA SUJUD TILAWAH, dan DOA SHALAT ISTIKHARAH

Hukum Bersiwak Bagi Yang Puasa Setelah Gelincir Matahari

Tips dalam Memahami Ilmu

Najis dan Cara Membersihkannya

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Dzikir Keluar Masuk RUMAH Serta Syarahnya

ADAB MEMAKAI SANDAL آداب التنعل. Penyusun : Majid bin Su'ud al Usyan. Terjemah : Muzafar Sahidu bin Mahsun Lc. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM. Copyright 1439 H/ 2018 M Untuk Umat Muslim


Hadits-hadits Shohih Tentang

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

PANDUAN I TIKAF RAMADHAN Oleh Nor Kandir ( edisi Ramadhan 1437 H)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

KEWAJIBAN AMANAH DALAM BEKERJA

Di Antara Kemungkaran Pakaian Wanita Dalam Pesta Perkawinan

Adab-adab Safar ADAB-ADAB SAFAR

HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

TUNTUNAN PRAKTIS WUDHU

B e r i l m u S e b e l u m B e r k a t a & B e r a m a l MENYOAL URUSAN GAIB

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

BILA HARI IED JATUH PAD HARI JUMAT

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

MUZARA'AH dan MUSAQAH

Bisakah Kirim Pahala BISAKAH KIRIM PAHALA

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

2. Tauhid dan Niat ]رواه مسلم[

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

SIMPANAN YANG TAK AKAN SIRNA

Hukum Mandi Hari Jum'at

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Dimanakah Allah Subhanahu Wa Ta ala?

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hukum Sodomi Terhadap Istri

Pasca Ramadhan, Saatnya Pembuktian as-sa di

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Transkripsi:

Booklet Da wah.: Jumat, 21 Shafar 1439 H / 10 November 2017 M 1 B e r i l m u S e b e l u m B e r k a t a & B e r a m a l MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA P ara pembaca, semoga rahmat Allah subhanahu wa ta ala senantiasa tercurahkan kepada kita semua. Pada edisi no. 9/II/VIII/1431 lalu telah dibahas sebab-sebab mandi wajib yang diistilahkan dengan mandi janabah. Pada edisi kali ini akan dibahas tentang hukum dan tata cara mandi janabah tersebut. HUKUM MANDI JANABAH Para ulama sepakat bahwa seorang yang junub wajib melakukan mandi wajib. Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta ala : و إ ن ك ن ت م ج ن ب ا ف اط ه ر وا Dan jika kalian junub, maka bersucilah (mandilah). (QS. Al- Maidah: 6) Begitu juga dengan wanita yang telah suci dari haidh atau nifasnya, diwajibkan mandi seperti mandinya orang yang junub. Berkata Al-Imam Al-Mawardi rahimahullah : Mandi seorang wanita dari haidh dan nifas seperti mandinya karena junub. (Al-Hawi Al-Kabir, 1/226) TATA CARA MANDI JANABAH Mandi janabah/mandi wajib memiliki dua cara: 1. Cara yang sederhana. 2. Cara yang sempurna. Pertama: Cara yang sederhana Jangan dibaca saat Adzan berkumandang atau Khatib sedang Khutbah!

2 Booklet Da wah Cara mandi janabah yang sederhana namun mencukupi/sah adalah cukup dengan berniat dalam hati, kemudian mengguyurkan air ke seluruh tubuh secara merata hingga mengenai seluruh rambut dan kulitnya. (Lihat Al- Minhaj, 3/228) Kedua: Cara yang sempurna Mandi janabah/wajib yang sempurna terdiri dari: 1. Niat Sebelum memulai mandi janabah, maka wajib berniat dalam hati. Karena niat merupakan pembeda antara mandi biasa dengan mandi wajib. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: إ ا ا اا ن ات Setiap amalan tergantung pada niatnya. (HR. Al-Bukhari no. 1, Muslim no. 3530 dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu anhu) 2. Mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air Hal ini sebagaimana diceritakan Aisyah radhiyallahu anha: ب ف ك ان ا اا اا و م إ ا اا ت اا ن اا Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila hendak mandi karena junub, memulai dengan mencuci kedua telapak tangan. (HR Al-Bukhari no. 240, Muslim no. 474) Mencuci kedua telapak tangan dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Disebutkan dalam riwayat lain dari Maimunah radhiyallahu anha: ف ك ر و ا Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencuci kedua telapak tangannya sebanyak dua atau tiga kali, kemudian beliau memasukkannya ke dalam wadah air. (HR. Muslim no. 476) 3. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri Dari Maimunah radhiyallahu anha:

Booklet Da wah ا ف ف ر ج ر ا ن Kemudian Rasulullah menuangkan air pada kemaluannya lalu mencucinya dengan tangan kirinya. (HR. Muslim no. 476) 4. Menggosokkan telapak tangan kiri ke tanah Dari Maimunah radhiyallahu anha, ia berkata: ض ر ب ا ش ا ا ض ف ك ه ا ك ا ش ا Kemudian beliau menggosokkan telapak tangan kirinya ke tanah dengan sungguh-sungguh. (HR. Muslim no. 476) 5. Berwudhu Mayoritas ulama berpendapat bahwa berwudhu saat mandi junub hukumnya sunnah, tidak wajib. Mereka berpandangan bahwa berwudhu saat mandi junub semuanya hanyalah diriwayatkan dari perbuatan Nabi. Sedangkan semata-mata perbuatan nabi, tidaklah menjadikan sebuah hukum menjadi wajib. Demikian pendapat yang dipilih oleh Al-Imam An-Nawawi, Ibnu Batthal, Asy-Syaukani dan para ulama lainnya. (Lihat Nailul Authar, 1/273) Adapun tata cara berwudhu ketika hendak mandi janabah, para ulama juga berbeda pendapat. Mayoritas ulama berpendapat sunnahnya mengakhirkan pencucian kedua telapak kaki saat berwudhu ketika mandi janabah. Demikian menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah. (Lihat Nailul Authar, 1/271) Namun jika menilik berbagai hadits yang ada, maka kita dapati bahwa ternyata berwudhu ketika mandi janabah memiliki beberapa cara, yaitu: Pertama: Berwudhu secara sempurna seperti wudhu ketika hendak shalat. Dalilnya adalah hadits Maimunah radhiyallahu anha, ia berkata: ض و ض ل ة Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya ketika hendak shalat. (HR. Muslim no. 476) 3

4 Booklet Da wah Kedua: Berwudhu seperti ketika hendak shalat, dengan mengakhirkan mencuci kedua kaki setelah mandi. Juga dari Maimunah radhiyallahu anha, ia berkata: ض و ض ل ة ا ر ج Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya ketika hendak shalat, tanpa mencuci kedua telapak kaki. (HR. Al-Bukhari no. 272) Ketiga: Berwudhu seperti wudhu ketika hendak shalat, tanpa mengusap kepala. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ia berkata: و ت ن ش ق و ي ض ض و و ج ه و ا ح ت إ ا ا ي Kemudian beliau berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, lalu memasukkan air ke dalam hidung sekaligus ke dalam mulut dengan berkumur-kumur, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya masing-masing sebanyak tiga kali, hingga ketika sudah masuk bagian kepala beliau tidak mengusapnya. (HR. An-Nasa i no. 419. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan An-Nasa i no. 420 bab tidak mengusap kepala dalam wudhu ketika mandi janabah). Nampak dari hadits-hadits di atas, bahwa ketiga cara tersebut semuanya sunnah untuk dilakukan. Karena masing-masingnya didasari oleh hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Demikianlah salah satu bentuk penggabungan (jama ) terhadap hadits-hadits diatas yang dilakukan Al-Imam As-Sindi rahimahullah dalam Syarh Sunan An-Nasa i (1/225), karya beliau. 6. Menyela-nyela pangkal rambut dengan jari-jemari hingga kulit kepala terasa basah Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: اا ع ا ا ف خ ب ا ا ش ع ر

Booklet Da wah 5 Kemudian beliau memasukkan jari-jemarinya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambutnya dengan jari-jari tersebut (hingga terasa basah). (HR. Al-Bukhari no. 240) 7. Menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: ل ب ث ا ر ف ا Kemudian beliau menuangkan air ke atas kepala beliau sebanyak tiga kali dengan kedua tangannya. (HR. Al- Bukhari no. 240) Caranya, tuangan air yang pertama untuk bagian kanan kepala, kemudian tuangan yang kedua untuk bagian kiri kepala, lalu yang ketiga untuk bagian tengah kepala. Cara ini disebutkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha: ف ا ك ف ب ا ش ق ا ي ا ر ف اا ب ا و Kemudian beliau mengambil air dengan tangannya, yang pertama beliau tuangkan air pada bagian kanan kepalanya, kemudian setelah itu bagian yang kiri, lalu terakhir bagian tengah kepalanya. (HR. Al-Bukhari no. 250, Muslim no. 478) Inilah cara yang dipilih oleh sebagian ulama besar seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Qurthubi, As-Sinji, Asy-Syaukani, dan yang lainnya (Lihat Nailul Authar, 1/270) 8. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: ف اض اا ر ج Kemudian beliau mengguyurkan air ke seluruh tubuh beliau. (HR. Muslim no. 474) 9. Mencuci kedua kaki Jika air sudah diguyurkan secara merata ke seluruh tubuh, maka yang terakhir adalah mencuci kedua kaki. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha: ا ج

6 Booklet Da wah Kemudian terakhir beliau mencuci kedua kakinya. (HR. Muslim no. 474) Demikian urutan tata cara mandi janabah yang sempurna. Jika seorang yang junub, atau wanita yang selesai dari haidh atau nifas telah selesai melakukannya, maka ia telah suci dari hadats besar. Hendaknya orang yang mandi janabah memperhatikan bagian-bagian tubuh yang rawan tidak terkena air, seperti ketiak, pusar, bagian dalam telinga, dan bagian-bagian lainnya. MANDI BAGI WANITA YANG TELAH SUCI DARI HAIDH DAN NIFAS Mandi bagi wanita yang telah suci dari haidh dan nifas tata caranya sama dengan tata cara mandi janabah. Namun disunnahkan bagi mereka untuk mewangikan bagian/daerah mengalirnya darah, baik dengan minyak wangi atau dengan jenis wewangian lainnya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Ummu Athiyyah radhiyallahu anha: و ن ا ن ا ل به ر إ ا اا ت إ ح ا ض ه ا ب ة ف ك ا ف Dan sungguh kami diberi keringanan ketika salah seorang dari kami mandi dari haidh untuk memakai wangi-wangian. (HR. Al-Bukhari no. 302) Mewangikan bagian tubuh tempat mengalirnya darah berlaku untuk semua wanita, baik wanita yang berstatus sebagai istri atau gadis. Hal ini tujuannya adalah untuk menghilangkan aroma yang tidak sedap. Demikian menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar, dan juga An-Nawawi (Lihat Fathul Bari 3/239, Al-Minhaj 4/14) Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: Bila wanita yang mandi haidh tidak memakai wewangian pada daerah tempat mengalirnya darah padahal memungkinkan baginya untuk memakainya, maka hukumnya makruh. (Lihat Al- Minhaj 4/14) HUKUM MENGURAI RAMBUT YANG DIIKAT/DIJALIN SAAT MANDI

Booklet Da wah 7 Tidak wajib bagi wanita melepaskan ikatan rambutnya ketika mandi janabah. Hal ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu anha yang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: اا :, إ ا ا اا, إ ا ر ة ة ش ب ض ر ف ض اا ن اا ي ا ا ف ت ل ه ر ك ي ن ي ث ح ا ف ت ض Wahai Rasulullah, aku adalah wanita yang mengikat kuat rambutku, apakah aku harus melepaskan ikatan tersebut saat mandi janabah? Rasulullah menjawab: Tidak. Cukup bagimu menuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga tuangan. Kemudian menyiramkan air secara merata ke seluruh tubuhmu. Maka dengan begitu engkau telah suci. (HR. Muslim no. 330) Namun beda halnya ketika mandi haidh atau nifas. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum melepaskan ikatan rambut ketika mandi haidh. Sebagian ulama berpendapat wajib. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri, Thawus, Ibnu Hazm, Ahmad bin Hambal, dan yang lainnya. (Lihat Nailul Authar, 1/275) Adapun mayoritas ulama berpendapat hukumnya mustahab (sunnah), tidak wajib. Disebutkan dalam riwayat lain dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, ketika ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: إ ا ر ة ة ش ب ض ر ف ض ح ض و اا ن اا اا إ ا ك ي ن ي ث ح ا ف ت Aku adalah wanita yang mengikat kuat rambutku, apakah aku harus melepaskan ikatan tersebut saat mandi haidh dan janabah? Rasulullah menjawab: Tidak. Namun cukup bagimu menuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga tuangan. (HR. Muslim no. 497) Adapun hadits yang memerintahkan wanita melepaskan ikatan rambutnya ketika bersuci, dihukumi dha if (lemah) oleh ulama pakar hadits. Sehingga tidak bisa dijadikan sebagai hujjah. Demikian pendapat yang dipilih Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi i, Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab, Ibnu Baz, dan yang lainnya (Lihat Taudhihul Ahkam, 1/401)

8 Booklet Da wah Berkata Al-Imam Asy-Syafi i rahimahullah: Bila si wanita memiliki rambut yang diikat, maka tidak wajib baginya melepaskan ikatan rambutnya tersebut saat mandi janabah. Mandi wajib dari haidh sama hukumnya dengan mandi janabah, tidak berbeda. (Lihat Al-Umm, 1/56) HUKUM BERWUDHU SETELAH MANDI JANABAH Seorang yang telah selesai dari mandi janabah tidak wajib baginya berwudhu, baik ia melakukan mandi janabah dengan cara yang sederhana atau cara yang sempurna. Karena ia telah suci dari hadats besar, maupun dari hadats kecil. Berdalil dengan hadits Aisyah radhiyallahu anha: ك ان ا اا اا و م ت ض ا ع ا Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak berwudhu setelah selesai mandi (janabah). (HR. At-Tirmidzi no. 107. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Al-Misykah no. 445) Berkata Ibnu Abdil Barr rahimahullah: Ulama sepakat, seseorang yang telah selesai melakukan mandi janabah, tidak perlu mengulangi wudhu. (Lihat Al-Istidzkar, 1/303) Hal ini jika tidak batal wudhunya sewaktu ia mandi. Jika batal, maka wajib mengulangi wudhunya. Wallahu a lam. [Buletin Islam AL ILMU Edisi: 14/IV/VIII/1431] Sumber: http://buletin-alilmu.net/2010/03/20/mandi-janabah-hukumdan-tata-caranya/ و ع اا م ل اب و اا ب ا عع Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna. Penasihat: Al-Ustadz Hasan bin Rosyid, Lc Kritik dan saran hubungi: 0852 4185 5585 Berlangganan hubungi: 0813 3963 3856 Website: www.ahlussunnahkendari.com Join Channel Telegram: https://telegram.me/salafykendari Berikan kesempatan kepada yang lain untuk membaca buletin ini!!