REGULASI ENTITAS SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

Undang-Undang dan Pengaturan Perbankan Syariah

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

Ikhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Perbankam. BI. Prinsip Syariah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94)

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

ANALISIS KOMPARASI UKURAN BANK PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP KINERJA BPRS DI INDONESIA Oleh : Ridwansyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 3 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

c. pinjaman... I. UMUM II.

Administrasi Pajak Bisnis Lembaga Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Seluk Beluk PERBANKAN SYARIAH Kelembagaan, Produk, Pengawasan & Peraturan Perundang-Undangan

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN SYARIAH (OFFICE CHANNELING) PADA BTN UNIT USAHA SYARIAH (UUS)

OPERASIONAL BANK SYARIAH

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya. Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan ini dapat menyediakan dana bagi pengusaha-pengusaha swasta atau

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

SISTEM KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SEKILAS ULASAN UU PERBANKAN SYARIAH Oleh: Arief R. Permana, S.H., M.H. 1 dan Anton Purba, S.H., LL.M 2

Transkripsi:

REGULASI ENTITAS SYARIAH KURNIAWAN STRUKTUR REGULASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH HUKUM SYARIAH HUKUM POSITIF FATWA DSN UU ATAU ATURAN DARI LEMBAGA TERKAIT 2 1

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN NON BANK LEMBAGA KEUANGAN BANK Asuransi Pegadaian Bank Umum BPR Multifinance Pasar Modal 3 Banking Capital Market Social UU No. 21 Th 2008 Perbankan Syariah UU No. 19 Th 2008 SBSN Micro Finance UU No. 20 Th 2008 UMKM Social Sector UU No. 41Th 2004 Wakaf UU No. 23Th 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Insurance Pension Funds Finance Companies Uu Pawn Shop??? Fiscal and Real Sector UU Perpajakan Dalam Proses Amandemen????????? 4 2

REGULASI PERBANKAN SYARIAH Dasar Hukum UU No.40 Thn 2007 ttg Perseroan Terbatas UU No.21 Thn 2008 ttg Perbankan Syariah No.11/3 ttg Bank Umum Syariah No.11/23 ttg Bank Pembiayaan Syariah Peraturan Bank Indonesia No.11/10 ttg Unit Usaha Syariah No.11/15 ttg Konversi Bank Konvensional menjadi Bank Syariah No.11/33 ttg GCG bagi BUS dan UUS SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan telah mengenalkan istilah Bank Bagi Hasil (Tahap Pengenalan) PP No.72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil yang dijabarkan dalam PBI no 25 UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang telah mengijinkan bank beroperasi dengan prinsip syariah sepenuhnya atau dengan membuka cabang khusus syariah (Tahap Pengakuan) UU No 3 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia yang merupakan perubahan UU No. 23 Tahun 1999 memberikan wewenang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral menjalankan tugas sesuai dengan prinsip syariah 3

SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2004 BI menerbitkan PBI No. 6 tentang Bank Pengkriditan Rakyat Syariah (BPRS) yang melahirkan 5 BPRS baru Tahun 2006 diberlakukan kebijakan office chaneling dengan PBI No.8 Tahun 2007 BI mengeluarkan PBI No. 9 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah yang dinilai berdasarkan 2 kelompok yaitu penilaian peringkat faktor keuangan (CAELS) dan penilaian faktor manajemen baik manajemen umum, resiko, dan kepatuhan SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2008 disyahkan UU No, 21 tentang Perbankan Syariah (Tahap Purifikasi) Dampak UU No, 21 tersebut adalah mendorong proses konversi UUS ke BUS karena BU Konvesional yang memiliki UUS yang memiliki aset 50% dari induk atau 15 tahun sejak berlakukanya UU Perbankan Syariah maka BU Konvensional harus memisahkan UUS menjadi BUS 4

SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2008 BI mengeluarkan PBI No 10 bahwa produk perbankan syariah merupakan obyek yang bukan dikenakan pajak pertambahan nilai sebagaimana diatur dalam PP No. 144 tahun 2000 tentang Jenis dan Barang yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai AMANAH UU NO 21/2008 Pembentukan Komite Perbankan Syariah (KPS) untuk menyusun peraturan Bank Indonesia dalam rangka mengimplementasikan fatwa Majelis Ulama Indonesia KPS beranggotakan para ahli dalam bidang syariah dan ekonomi, keuangan serta perbankan yang bertugas membantu Bank Indonesia dalam menafsirkan fatwa MUI terkait perbankan, memberikan masukan atas implementasi fatwa, melakukan pengembangan industri perbankan syariah Anggota KPS terdiri dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat lainnya dengan komposisi berimbang yang berjumlah 11 orang Unsur BI yang masuk dalam KPS adalah Direktur Direktorat Perbankan Syariah dan Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter 5

ISU-ISU BARU DALAM UU PERBANKAN SYARIAH DEFINISI Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 9 BPRS = Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 25 Definisi Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli (ijarah muntahiya bittamlik); c. transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istishna ; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh; e. transaksisewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BS/UUS dan pihak lain yang dibiayai/menerima fasilitas dana dan wajib dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 6

ASAS PERBANKAN SYARIAH Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.(pasal 2) Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur Riba, Maisir, Gharar, Haram, Zalim. Yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan. Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. TUJUAN PERBANKAN SYARIAH Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.(pasal 3) Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada Prinsip Syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah). 7

PERIZINAN BANK SYARIAH UU No.10 Th 1998, Pasal 16 UU Perbankan Syariah, Pasal 5 Setiap pihak yg melakukan Setiap pihak yg akan melakukan kegiatan menghimpun dana kegiatan usaha BS/UUS wajib masyarakat berupa simpanan, terlebih dahulu memperoleh izin wajib terlebih dahulu usaha sebagai BS/UUS dari BI. memperoleh izin usaha sebagai BU/BPR dari BI. Pasal 22 Setiap pihak dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah tanpa izin terlebih dahulu dari BI, kecuali diatur dalam UU lain. SPIN OFF Pasal 16, ayat (1) UUS dapat menjadi BUS tersendiri setelah mendapat izin dari BI. Pasal 17, ayat (2) Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan BS dengan Bank lainnya,bank hasil penggabungan atau peleburan tersebut wajib menjadi BS. 8

KEGIATAN USAHA BPRS UU No. 7/1992 dan UU No.10/1998, Pasal 13 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yg ditetapkan BI. Menempatkan dana dalam SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain. UU Perbankan Syariah, Pasal 21 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: simpanan berupa tabungan atau yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad wadi ah atau akad lain yg tdk bertentangan dengan prinsip syariah; dan investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: pembiayaan bagi hasil (mudharabah/musyarakah), pembiayaan transaksi jual beli(murabahah, salam, istishna ), pinjaman (qardh), pembiayaan sewa menyewa (ijarah) atau sewa beli (Ijarah MBT), dan pengambilalihan utang(hawalah). Menempatkan dana pada BS lain dalam bentuk: titipan (akad wadi ah) atau investasi (akad mudharabah) dan/atau akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip syariah. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yg ada di BUS/BUK/UUS. Menyediakan produk/melakukan kegiatan usaha BS lainnya sesuai prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI. KEGIATAN USAHA BPRS YANG DILARANG UU No. 7/1992, Pasal 14 UU Perbankan Syariah, Pasal 25 Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. Melakukan penyertaan modal. Melakukan usaha perasuransian. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan izin BI. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS. Melakukan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. 9

Pasal 26, ayat (4) dan (5) KOMITE PERBANKAN SYARIAH Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia (PBI), BI membentuk Komite Perbankan Syariah (KPS). Penjelasan: Komite Perbankan Syariah beranggotakan unsur-unsur dari BI, Departemen Agama dan unsur masyarakat dengan komposisi berimbang, memiliki keahlian di bidang syariah dan berjumlah paling banyak 11 orang. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan dan tugas Komite Perbankan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan PBI. DEWAN PENGAWAS SYARIAH Pasal32, ayat(1), (2), (3) dan(4) Dewan Pengawas Syariah (DPS) wajibdibentuk di BS dan BUK yang memiliki UUS; DPS diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI; DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip syariah; Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS diatur dengan PBI, yang sekurang-kurangnya meliputi: Ruang lingkup, tugas dan fungsi DPS Jumlah anggota DPS Masa kerja Komposisi keahlian Maksimal jabatan rangkap Pelaporan DPS 10

Pasal 52, ayat (3) TAMBAHAN WEWENANG DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan, BI berwenang: Memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang terkait dengan Bank; Memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari setiap pihak yang menurut penilaian BI memiliki pengaruh terhadap Bank; dan Memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening simpanan maupun rekening pembiayaan. Pasal 55, ayat (1) dan (2) PENYELESAIAN SENGKETA Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama; Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad. Penjelasan Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad adalah upaya sebagai berikut: Musyawarah; mediasi perbankan; Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; Melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Umum. 11

KETENTUAN PERALIHAN JANGKA WAKTU PENYESUAIAN Pasal 67, ayat (1) dan (2) Bank Syariah/UUS yang telah memiliki izin usaha pada saat UU ini mulai berlaku dinyatakan telah memperoleh izin usaha berdasarkan UU ini. Bank Syariah/UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini paling lama 1 tahun sejak mulai berlakunya UU ini. Pasal 68, ayat (1) dan (2) KETENTUAN PERALIHAN SPIN OFF WAJIB Dalam hal BUK memiliki UUS yang nilai asetnya telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini, maka BUK dimaksud wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi BUS. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan dan sanksi bagi BUK yang tidak melakukan pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PBI. 24 12

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN PP NO.39 TAHUN 2005 tentang Penjamin Simpanan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah REGULASI ASURANSI SYARIAH Asuransi syariah masih belum memiliki UU tersendiri sebagaimana Perbankan Syariah Asuransi syariah masih diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang masih dalam proses amandemen Asuransi syariah beroperasi berdasarkan PP dan PMK serta FATWA DSN PMK no 18 Tahun 2010 tentang penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah 13

REGULASI SBSN UU 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) PP 56 tahun 2008 tentang perusahaan penerbit SBSN REGULASI MULTIFINANCE SYARIAH UU Multifinance masih dibahas RUU-nya Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK 012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Per 03/BL/2007 tentang Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Perturan Ketua BAPEPAM-LK per 04/BL/2007 tentang Akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah Segala bentuk pembinaan dan pengawasan berada dalam wewenang Menteri Keuangan 14

REGULASI ZAKAT DAN WAKAF UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat PP No. 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf PP No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaa UU No. 41/2004 REGULASI KOPERASI SYARIAH DAN LEMBAGA MIKRO SYARIAH UU No. 17 Tahun 2012 pasal 87 Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah yang diatur dalam peraturan pemerintah UU No 20 Tahun 2008 tentang UMKM 15

Sekian Terima Kasih 16