REGULASI ENTITAS SYARIAH KURNIAWAN STRUKTUR REGULASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH HUKUM SYARIAH HUKUM POSITIF FATWA DSN UU ATAU ATURAN DARI LEMBAGA TERKAIT 2 1
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN NON BANK LEMBAGA KEUANGAN BANK Asuransi Pegadaian Bank Umum BPR Multifinance Pasar Modal 3 Banking Capital Market Social UU No. 21 Th 2008 Perbankan Syariah UU No. 19 Th 2008 SBSN Micro Finance UU No. 20 Th 2008 UMKM Social Sector UU No. 41Th 2004 Wakaf UU No. 23Th 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Insurance Pension Funds Finance Companies Uu Pawn Shop??? Fiscal and Real Sector UU Perpajakan Dalam Proses Amandemen????????? 4 2
REGULASI PERBANKAN SYARIAH Dasar Hukum UU No.40 Thn 2007 ttg Perseroan Terbatas UU No.21 Thn 2008 ttg Perbankan Syariah No.11/3 ttg Bank Umum Syariah No.11/23 ttg Bank Pembiayaan Syariah Peraturan Bank Indonesia No.11/10 ttg Unit Usaha Syariah No.11/15 ttg Konversi Bank Konvensional menjadi Bank Syariah No.11/33 ttg GCG bagi BUS dan UUS SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan telah mengenalkan istilah Bank Bagi Hasil (Tahap Pengenalan) PP No.72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil yang dijabarkan dalam PBI no 25 UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang telah mengijinkan bank beroperasi dengan prinsip syariah sepenuhnya atau dengan membuka cabang khusus syariah (Tahap Pengakuan) UU No 3 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia yang merupakan perubahan UU No. 23 Tahun 1999 memberikan wewenang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral menjalankan tugas sesuai dengan prinsip syariah 3
SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2004 BI menerbitkan PBI No. 6 tentang Bank Pengkriditan Rakyat Syariah (BPRS) yang melahirkan 5 BPRS baru Tahun 2006 diberlakukan kebijakan office chaneling dengan PBI No.8 Tahun 2007 BI mengeluarkan PBI No. 9 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah yang dinilai berdasarkan 2 kelompok yaitu penilaian peringkat faktor keuangan (CAELS) dan penilaian faktor manajemen baik manajemen umum, resiko, dan kepatuhan SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2008 disyahkan UU No, 21 tentang Perbankan Syariah (Tahap Purifikasi) Dampak UU No, 21 tersebut adalah mendorong proses konversi UUS ke BUS karena BU Konvesional yang memiliki UUS yang memiliki aset 50% dari induk atau 15 tahun sejak berlakukanya UU Perbankan Syariah maka BU Konvensional harus memisahkan UUS menjadi BUS 4
SEJARAH REGULASI PERBANKAN SYARIAH Tahun 2008 BI mengeluarkan PBI No 10 bahwa produk perbankan syariah merupakan obyek yang bukan dikenakan pajak pertambahan nilai sebagaimana diatur dalam PP No. 144 tahun 2000 tentang Jenis dan Barang yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai AMANAH UU NO 21/2008 Pembentukan Komite Perbankan Syariah (KPS) untuk menyusun peraturan Bank Indonesia dalam rangka mengimplementasikan fatwa Majelis Ulama Indonesia KPS beranggotakan para ahli dalam bidang syariah dan ekonomi, keuangan serta perbankan yang bertugas membantu Bank Indonesia dalam menafsirkan fatwa MUI terkait perbankan, memberikan masukan atas implementasi fatwa, melakukan pengembangan industri perbankan syariah Anggota KPS terdiri dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat lainnya dengan komposisi berimbang yang berjumlah 11 orang Unsur BI yang masuk dalam KPS adalah Direktur Direktorat Perbankan Syariah dan Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter 5
ISU-ISU BARU DALAM UU PERBANKAN SYARIAH DEFINISI Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 9 BPRS = Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 25 Definisi Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli (ijarah muntahiya bittamlik); c. transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istishna ; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh; e. transaksisewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BS/UUS dan pihak lain yang dibiayai/menerima fasilitas dana dan wajib dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 6
ASAS PERBANKAN SYARIAH Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.(pasal 2) Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur Riba, Maisir, Gharar, Haram, Zalim. Yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan. Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. TUJUAN PERBANKAN SYARIAH Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.(pasal 3) Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada Prinsip Syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah). 7
PERIZINAN BANK SYARIAH UU No.10 Th 1998, Pasal 16 UU Perbankan Syariah, Pasal 5 Setiap pihak yg melakukan Setiap pihak yg akan melakukan kegiatan menghimpun dana kegiatan usaha BS/UUS wajib masyarakat berupa simpanan, terlebih dahulu memperoleh izin wajib terlebih dahulu usaha sebagai BS/UUS dari BI. memperoleh izin usaha sebagai BU/BPR dari BI. Pasal 22 Setiap pihak dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah tanpa izin terlebih dahulu dari BI, kecuali diatur dalam UU lain. SPIN OFF Pasal 16, ayat (1) UUS dapat menjadi BUS tersendiri setelah mendapat izin dari BI. Pasal 17, ayat (2) Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan BS dengan Bank lainnya,bank hasil penggabungan atau peleburan tersebut wajib menjadi BS. 8
KEGIATAN USAHA BPRS UU No. 7/1992 dan UU No.10/1998, Pasal 13 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yg ditetapkan BI. Menempatkan dana dalam SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain. UU Perbankan Syariah, Pasal 21 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: simpanan berupa tabungan atau yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad wadi ah atau akad lain yg tdk bertentangan dengan prinsip syariah; dan investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: pembiayaan bagi hasil (mudharabah/musyarakah), pembiayaan transaksi jual beli(murabahah, salam, istishna ), pinjaman (qardh), pembiayaan sewa menyewa (ijarah) atau sewa beli (Ijarah MBT), dan pengambilalihan utang(hawalah). Menempatkan dana pada BS lain dalam bentuk: titipan (akad wadi ah) atau investasi (akad mudharabah) dan/atau akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip syariah. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yg ada di BUS/BUK/UUS. Menyediakan produk/melakukan kegiatan usaha BS lainnya sesuai prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI. KEGIATAN USAHA BPRS YANG DILARANG UU No. 7/1992, Pasal 14 UU Perbankan Syariah, Pasal 25 Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. Melakukan penyertaan modal. Melakukan usaha perasuransian. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan izin BI. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS. Melakukan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. 9
Pasal 26, ayat (4) dan (5) KOMITE PERBANKAN SYARIAH Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia (PBI), BI membentuk Komite Perbankan Syariah (KPS). Penjelasan: Komite Perbankan Syariah beranggotakan unsur-unsur dari BI, Departemen Agama dan unsur masyarakat dengan komposisi berimbang, memiliki keahlian di bidang syariah dan berjumlah paling banyak 11 orang. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan dan tugas Komite Perbankan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan PBI. DEWAN PENGAWAS SYARIAH Pasal32, ayat(1), (2), (3) dan(4) Dewan Pengawas Syariah (DPS) wajibdibentuk di BS dan BUK yang memiliki UUS; DPS diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI; DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip syariah; Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS diatur dengan PBI, yang sekurang-kurangnya meliputi: Ruang lingkup, tugas dan fungsi DPS Jumlah anggota DPS Masa kerja Komposisi keahlian Maksimal jabatan rangkap Pelaporan DPS 10
Pasal 52, ayat (3) TAMBAHAN WEWENANG DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan, BI berwenang: Memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang terkait dengan Bank; Memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari setiap pihak yang menurut penilaian BI memiliki pengaruh terhadap Bank; dan Memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening simpanan maupun rekening pembiayaan. Pasal 55, ayat (1) dan (2) PENYELESAIAN SENGKETA Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama; Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad. Penjelasan Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad adalah upaya sebagai berikut: Musyawarah; mediasi perbankan; Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; Melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Umum. 11
KETENTUAN PERALIHAN JANGKA WAKTU PENYESUAIAN Pasal 67, ayat (1) dan (2) Bank Syariah/UUS yang telah memiliki izin usaha pada saat UU ini mulai berlaku dinyatakan telah memperoleh izin usaha berdasarkan UU ini. Bank Syariah/UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini paling lama 1 tahun sejak mulai berlakunya UU ini. Pasal 68, ayat (1) dan (2) KETENTUAN PERALIHAN SPIN OFF WAJIB Dalam hal BUK memiliki UUS yang nilai asetnya telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini, maka BUK dimaksud wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi BUS. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan dan sanksi bagi BUK yang tidak melakukan pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PBI. 24 12
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN PP NO.39 TAHUN 2005 tentang Penjamin Simpanan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah REGULASI ASURANSI SYARIAH Asuransi syariah masih belum memiliki UU tersendiri sebagaimana Perbankan Syariah Asuransi syariah masih diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang masih dalam proses amandemen Asuransi syariah beroperasi berdasarkan PP dan PMK serta FATWA DSN PMK no 18 Tahun 2010 tentang penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah 13
REGULASI SBSN UU 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) PP 56 tahun 2008 tentang perusahaan penerbit SBSN REGULASI MULTIFINANCE SYARIAH UU Multifinance masih dibahas RUU-nya Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK 012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Per 03/BL/2007 tentang Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Perturan Ketua BAPEPAM-LK per 04/BL/2007 tentang Akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah Segala bentuk pembinaan dan pengawasan berada dalam wewenang Menteri Keuangan 14
REGULASI ZAKAT DAN WAKAF UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat PP No. 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf PP No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaa UU No. 41/2004 REGULASI KOPERASI SYARIAH DAN LEMBAGA MIKRO SYARIAH UU No. 17 Tahun 2012 pasal 87 Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah yang diatur dalam peraturan pemerintah UU No 20 Tahun 2008 tentang UMKM 15
Sekian Terima Kasih 16