BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan..i. Kata Pengantar.ii. Daftar Isi..v. Daftar Tabel ix. Daftar Bagan...x. Daftar Lampiran...xi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang ini kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dari anak kecil sampai orang dewasa mempunyai kegiatan atau aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi individu, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tergolong tinggi, sehingga para petugas kesehatan seperti dokter,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap

DATA PRIBADI. 2. Menurut anda kesulitan dalam mempelajari Fisika A. Ada, yaitu. B. Tidak ada, alasan..

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis institusi, salah satunya adalah institusi rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR BAGAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di alam bebas (Out Door s Activity), berupa mendaki gunung,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cukup, bahkan bercita-cita untuk lebih dari cukup untuk memenuhi semua

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang asuransi. Selama tahun 2007, total pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

LAMPIRAN I KUESIONER DATA PENUNJANG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan tinggi di Indonesia mengalami pergantian bentuk kurikulum, seperti di Fakultas psikologi yang berubah dari ajaran kurikulum tahun 2008 menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas pendidikan dan kebudayaan, 2014). Kurikulum KKNI adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pencapaian pembelajaran sesuai standar yang ditetapkan dan juga disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan khusus, yang khas bagi Indonesia untuk menyelaraskan sistem pendidikan dan pelatihan dengan sistem karir di dunia kerja. Dimana dirancang untuk menyesuaikan dan menyetarakan dengan perubahan kurikulum di negara-negara lain. serta secara global bertujuan untuk menyatarakan kurikulum ini pada beberapa negara yang mengacu pada adanya pengimplementasian kurikulum KKNI tersebut. (surat keputusan dikti Kepmen nomor 045/U/2011). Dalam kurikulum KKNI itu sendiri memiliki karakteristik deskripsi kualifikasi pencapaian pembelajaran yang terdiri atas 6 unsur yaitu berupa ilmu pengetahuan itu sendiri berupa sistem dasar dari pengetahuan yang ada dalam diri seseorang. Pengetahuan (knowledge) berupa pemahaman dari pengetahuan yang diperoleh individu. Keahlian (know how) berupa penguasaan dari bidang pengetahuan yang dimilikinya. Keterampilan (skill) berupa kemampuan psikomotorik dari bidang yang dikuasainya. Afeksi berupa sikap seseorang dari aspek yang ada pada kehidupannya dari pembelajaran yang dialaminya. 1

2 Pencapaian pembelajaran berupa internalisasi total dari apa yang didapat individu dalam pembelajarannya (surat keputusan dikti Kepmen nomor 045/U/2011 Di Bandung terdapat salah satu institusi pendidikan yang mulai menerapkan kurikulum KKNI tersebut, salah satunya adalah Fakultas X di universitas Y. Universitas Y memiliki beberapa fakultas ( kedokteran dan Psikologi ) yang menggunakan bentuk kurikulum KKNI/blok. Fakutas psikologi mulai menerapkan kurikulum KKNI ditahun 2013. Diharapkan dari adanya kurikulum KKNI, dengan perubahan berupa jadwal perkuliahan yang panjang dan aturan yang ketat dapat membuat mahasiswa lebih menjadi mandiri serta dapat menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dalam dunia kerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam kurikulum KKNI di Fakultas X, tuntutan terhadap mahasiswa menjadi lebih banyak. Apabila Kurikulum tahun ajaran 2008 lebih cenderung berpusat pada dosen, tetapi KKNI lebih berpusat pada mahasiswa. Dimana setelah selesai melakukan kegiatan belajar mengajar oleh dosen, mahasiswa diberikan waktu untuk membentuk kelompok dengan membahas materi/tugas dari materi yang telah diajarkan agar pemahaman mereka lebih mendalam. Untuk dapat memahami materi tersebut mereka dapat mencari sumber lain yang telah disediakan dalam kelas maupun dari luar kelas, diantaranya berupa internet, buku referensi yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran, buku-buku yang ada dalam perpustakaan. Setelah melakukan diskusi mereka diminta membuat sebuah laporan terkait dengan tugas atau materi yang telah didiskusikan. Kemudian mereka mempresentasikan tugas yang sudah dikerjakan tersebut. Perbedaan cara belajar yang terjadi antara siswa SMA dengan perguruan tinggi yaitu apabila pada masa SMA mereka lebih banyak dibimbimbing oleh guruguru yang ada disekolah sedangkan apabila pada saat perguruan tinggi mahasiswa

3 lebih mandiri dan lebih aktif dalam menjalankan perkuliahannya sehingga dibutuhkan adanya penyesuan diri dalam pelaksanaannya (Lilis Ratna Purnamasari, 2012). Keyakinan akan kemampuan diri sangat dibutuhkan ketika menjalani proses akademik dalam kurikulum KKNI. Dengan adanya keyakinan akan kemampuan diri yang kuat mereka berani bertanya dengan pertanyaan yang terstruktur dan lugas mengenai materi yang dijelaskan oleh temannya begitu pula memberikan komentar ataupun sanggahan ketika salah satu temannya menjelaskan. Tetapi bila keyakinan akan kemampuan diri lemah maka mereka tidak akan berani dan mencoba untuk bertanya tetapi hanya mendengarkan saja apa yang dijelaskan oleh temannya dalam kelompok itu dan belum tentu pula mahasiswa tersebut memahami materi itu dengan baik. Berdasarkan proses wawancara dan observasi terhadap 5 orang yang dilakukan dalam kelas KKNI, didapatkan hasil bahwa beberapa hambatan yang mempengaruhi keyakinan diri mereka, berupa waktu perkuliahan yang sangat panjang dan berat sehingga sulit dijalani, lalu kesulitan memahami buku referensi berupa bahasa inggris yang disediakan dalam kelas, serta manajemen waktu dalam perkuliahan yang sulit untuk diterapkan dan disesuaikan dengan kurikulum KKNI. Keyakinan akan kemampuan diri itulah yang disebut dengan self-efficacy Self-Efficacy merupakan suatu keyakinan akan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mengatur sumber-sumber tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan hingga masa dewasa akhir ( Bandura, 2002). Bandura (2002) membagi aspek self-efficacy kedalam 4 aspek, aspek pertama adalah pilihan usaha yang dibuat berupa pilihan yang ditentukan oleh individu sesuai dengan pencapaian pembelajarannya. Aspek kedua adalah usaha yang dikeluarkan berupa bentuk usaha yang dikerahkan saat kesulitan atau rintangan itu muncul.

4 Aspek ketiga adalah daya tahan menghadapi hambatan berupa frekuensi intensitas individu dalam bertahan ketika kesulitan atau rintangan tersebut muncul. Aspek keempat adalah penghayatan perasaan menghadapi hambatan berupa reaksi fisik dan psikologis dari individu saat menghayati setiap kesulitan atau rintangan itu datang secara bergantian. Apabila tidak yakin diri, mahasiswa merasa malas dan tidak merasa yakin dapat mengerjakan pekerjaannya dan menjalankan perkuliahan dengan baik sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tuntutan yang diberikan. Apabila merasa yakin diri, mahasiswa akan sungguh-sungguh dan yakin dalam mengerjakan segala sesuatunya sesuai dengan tuntutan yang diberikan. Pada dasarnya keyakinan diri sangat mempengaruhi mahasiswa dalam menjalankan rutinitas perkuliahannya. (Bandura, 2002) Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada lima belas mahasiswa yang mengikuti KKNI di Fakultas X, sebanyak 4 dari lima belas orang mahasiswa sebesar (26,67%) menghayati bahwa dirinya merasa kurang yakin dapat mengikuti kurikulum perkuliahan KKNI saat ini, karena waktu perkuliahan yang begitu panjang. Dia mengatakan merasa berat dalam menjalani perkuliahan walaupun mereka sudah melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kejenuhan tersebut. Sebanyak 4 dari lima belas orang mahasiswa sebesar (26,67%) menghayati bahwa dirinya kurang yakin dapat mengikuti kurikulum KKNI saat ini ketika menerjemahkan dan memahami buku referensi berbahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Mereka tetap merasa tidak yakin dapat mengatasi kesulitan itu walaupun sudah mencoba menerjemahkan bersama teman atau menggunakan Google translate yang disediakan dari internet.

Sebanyak 4 dari lima belas orang mahasiswa sebesar (26,67%) menghayati dirinya kurang yakin dapat mengikuti kurikulum KKNI saat ini ketika harus 5 mengatur waktu antara perkuliahan kurikulum KKNI yang dijalaninya dengan kegiatan sehari-hari diluar kampus. Mereka mengungkapkan walaupun sudah berusaha mengatur waktu kuliah namun hal itu tetap tidak mengatasi ketidakyakinan dirinya bahwa mereka dapat kuliah dan menjalankan kegiatan sehari-hari secara seimbang. Sebanyak 1 dari lima belas orang mahasiswa sebesar (6,66%) menghayati bahwa dirinya yakin dapat menyelesaikan kurikulum KKNI yang saat ini dijalaninya. Mereka mengatakan kurikulum yang dialami ini sama saja dengan saat SMA sehingga mereka tidak kesulitan dan tidak merasa kaget saat memasuki perkuliahannya, dari adanya durasi waktu perkuliahan yang begitu panjang sehingga mereka dapat mengatur waktu yang ada dengan teratur untuk dapat dijalankan dan memberikan hasil yang maksimal. Mereka juga mengatakan memahami buku referensi dalam bahasa Ingris tidak begitu sulit karena pada saat SMA pernah melakukan hal yang sama dan merasa yakin dapat menjalankannya serta menyelesaikaan perkuliahan kurikulum KKNI ini dengan tepat waktu sesuai dengan tujuan yang sudah mereka tentukan. Sebanyak 2 dari lima belas orang mahasiswa sebesar (13,33%) menghayati bahwa dirinya merasa ragu-ragu dapat menjalani dan menyelesaikan kurikulum KKNI saat ini. Mereka merasa yang dijalankan saat kuliah tidak sama dengan SMA. Sehingga saat menjalani jam perkuliahan yang panjang kadang terasa berat dan kadang terasa senang. Dalam mengatur strategi belajar dengan buku referensi yang ditawarkan berupa bahasa inggris terkadang ada yang dapat dipahami dan ada juga

6 yang tidak dapat dipahami walaupun sudah mencoba bantuan teman yang sudah fasih bahasa inggris tetap masih menimbulkan keraguan dalam menjalankannya. Dalam menenentukan pilihan dan mengambil keputusan mahasiswa harus berani untuk mengambil keputusan akan hal yang sudah direncanakan sebelumnya dan merealisasikannya. Maka dari itu, mereka membutuhkan adanya Self-Efficacy. Kurangnya keyakinan mahasiswa akan kemampuan untuk menjalakan perkuliahan KKNI ini dapat mempengaruhi capaian belajarnya (Bandura, 2002). Oleh karena itu, keadaan ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai self-efficacy pada mahasiswa angkatan 2014 yang saat ini menjalani kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Peneliti ingin mengetahui seperti apakah gambaran self-efficacy pada mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Untuk memperoleh gambaran derajat pilihan usaha yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan menghadapi hambatan, dan penghayatan perasaan pada mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung.

7 1.3.2. Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan informasi gambaran mengenai derajat Self-Efficacy pada mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. 1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis Memberikan masukan pada bidang Psikologi pendidikan mengenai Self-Efficacy pada mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut serta menambah wawasan dan informasi, khususnya informasi mengenai Self-Efficacy pada mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi pada Fakultas mengenai Self-Efficacy, agar dapat mendukung mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. Memberikan informasi mengenai derajat Self-Efficacy mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X kota Bandung. Informasi ini diharapkan dapat membantu pihak Fakultas untuk membimbing para mahasiswanya guna meningkatkan keyakinan diri mereka.

8 1.5 Kerangka Pemikiran Mahasiswa yang mengikuti kurikulum KKNI adalah remaja yang berada pada rentang usia antara usia 19-21 tahun. Menurut Steinberg (2002) remaja tersebut berada pada tahap remaja akhir. Dalam tahap perkembangan kognitifnya, remaja berada pada tahap formal operational (Stenberg, 2002). Pola berpikir remaja pada tahap ini adalah mereka mampu membayangkan situasi yang akan dihadapinya di masa yang akan datang, mampu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari tindakanya tersebut atau mengolah proposisi abstrak dan mampu berpikir logis. Selain itu, remaja pun kompeten dalam pengambilan keputusan, salah satunya adalah keputusan memilih pendidikannya (Steinberng, 2002). Pendidikan berbasis KKNI adalah konsep pendidikan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi atau kompetensi tertentu. Dalam KKNI sendiri kegiatan yang dijalankan yaitu mempresentasikan materi yang telah didiskusikan dalam kelompok, mendiskusikan materi dalam bentuk kelompok yang didampingi oleh dosen maupun asisten, membuat laporan pada setiap pertemuan dalam bentuk tugas harian yang harus dikumpulkan. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Kurikulum KKNI tidak terlepas dari adanya keyakinan diri saat akan memulai kegiatan apapun terutama dalam hal akademis. Tetapi dalam penerapannya terkadang muncul rintangan atau kesulitan tertentu berupa, mengatur waktu belajar diluar perkuliahan untuk memahami materi, menentukan strategi belajar untuk memahami materi perkuliahan, mencapai target kelulusan S1. Oleh karena itu untuk mengikuti setiap perkuliahannya diperlukan adanya self-efficacy.

9 Dalam pelaksanaannya self-efficacy diperlukan dan dibutuhkan dalam diri mahasiswa untuk menghadapi rintangan yang dihadapi dalam permasalahan akademisnya menyangkut hal pengaturan waktu belajar diluar perkuliahan, menentukan strategi belajar untuk memahami materi perkuliahan, dan mencapai target kelulusan S1. Oleh karena itu self-efficacy menjadi faktor penting bagi mahasiswa. Bandura (2002) mengatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatur sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi di masa akan datang. Bandura (2002), mengungkapkan bahwa Self- Efficacy terdiri dari 4 aspek. Aspek yang pertama adalah pilihan usaha yang dibuat / ditentukan. Aspek ini berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang dan berbagai macam tindakan yang mereka inginkan dalam menjalankan aktivitas akademik ketika menjalani perkuliahannya. Pertama, yakin mampu menentukan waktu belajar diluar perkuliahan untuk memamahami materi, seperti mahasiswa dapat meluangkan waktu untuk mengulang materi selama beberapa jam. Kedua, yakin mampu menentukan strategi belajar untuk memahami materi perkuliahan seperti dapat menggunakan cara bertanya, mencatat, merangkum dalam memahami materi agar dapat membantu saat presentasi dalam kelas. Ketiga, yakin mampu mencapai target waktu kelulusan S1 seperti membuat rancangan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan dalam perkuliahan, mengikuti kehadiran perkuliahan KKNI tepat waktu untuk dapat mencapai target kelulusannya. Bandura (2002) mengatakan aspek yang kedua adalah usaha yang dikeluarkan berkaitan dalam pelaksanaan pilihan yang telah ditentukan. Mahasiswa KKNI ketika mengalami kesulitan dalam perkuliahannya memiliki keyakinan untuk

10 mencari jalan keluar agar dapat menjalankannya. Pertama, yakin mampu berusaha mengatasi hambatan untuk belajar pada waktu yang sudah ditentukan untuk memahami materi seperti saat mahasiswa mengalami kesulitan dalam meluangkan waktu untuk belajar selama beberapa jam lalu berusaha mencari jalan keluar. Kedua, yakin mampu berusaha mengatasi hambatan untuk memahami materi perkuliahan yang ditentukan seperti mahasiswa saat merangkum materi atau bertanya pada teman untuk memahami materi mengalami kesulitan lalu mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Ketiga, yakin mampu berusaha mengatasi hambatan untuk menjalankan perkuliahan untuk mencapai target waktu kelulusan S1 seperti mahasiswa saat menjalankan perkuliahan dia mengalami kesulitan untuk menjalankan rancangan kegiatan-kegiatan yang sudah ditentukan agar dapat lulus dan mencari jalan keluar dari masalahnya. Aspek yang ketiga adalah daya tahan menghadapi hambatan berkaitan dengan seberapa besar ia dapat berusaha untuk bertahan saat menghadapi hambatan dalam aktivitas akademiknya. Mahasiswa KKNI saat mengahadapi hambatan berusaha bertahan dari kesulitan yang dihadapinya. Pertama, yakin mampu berusaha bertahan untuk mengatasi hambatan yang muncul saat belajar diluar perkuliahan untuk memahami materi seperti mahasiwa ketika meluangkan waktu dalam memahami materi selama beberapa jam menghadapi hambatan lalu berusaha bertahan untukmenjalankannya. Kedua, yakin mampu berusaha bertahan untuk mengatasi hambatan yang muncul saat memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan seperti mahasiswa ketika menggunakan strategi untuk memahami materi yang ada dengan cara bertanya dan merangkum menghadapi hambatan lalu tetap berusaha bertahan untuk menjalankan strateginya. Ketiga, yakin mampu berusaha bertahan untuk mengatasi hambatan yang muncul saat mencapai target waktu

11 kelulusan S1 seperti mahasiswa saat mengikuti rancangan kegiatan perkuliahan yang ditetapkan menghadapi hambatan demi mencapai kelulusan S1 namun tetap berusaha bertahan dalam menjalankan kegiatannya. Bandura (2002) mengatakan aspek yang keempat adalah penghayatan perasaan menghadapi hambatan. Hal ini berkaitan dengan pola pikir dan reaksi emosional seseorang ketika menghadapi kesulitan dalam proses akademik ketika menjalani perkuliahannya dan menghayati reaksi emosional sebagai dorongan. Pertama, yakin mampu untuk belajar pada waktu yang telah ditentukan untuk memahami materi walaupun dalam kondisi cemas/stress seperti saat mahasiswa dalam meluangkan waktunya untuk belajar selama beberapa jam merasa berat dalam menjalaninya dalam keadaan mendesak dan dia termotivasi untuk mengikutinya walaupun merasa cemas. Kedua, yakin mampu untuk memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan walaupun dalam kondisi cemas/stress seperti mahasiswa dalam merangkum atau bertanya saat memahami salah satu materi merasakan kesulitan namun dengan adanya kesulitan itu membuat dirinya termotivasi untuk menjalani walaupun kondisi cemas. Ketiga, yakin mampu untuk mencapai target waktu kelulusan S1 walaupun dalam kondisi cemas/stress. seperti mahasiswa saat mengikuti rancangan kegiatan dalam perkuliahan merasakan keberatan menjalaninya namun dengan hal itu membuat dirinya ternotivasi agar dapat lulus namun tetap dijalankan walaupun kondisi cemas. Bandura (2002) mengatakan bahwa 4 aspek diatas secara kognitif akan diproses dalam diri individu itu dan saling berkaitan satu sama lain akan mempengaruhi self-efficacy individu. oleh karena itu self-efficacy belief dalam diri individu juga tidak lepas dari dalam diri mahasiwa dalam pengaplikasiannya seharihari terkait tuntutan ataupun masalah yang dialaminya aada saat belajar. Selanjutnya

12 dalam self-efficacy ada pula sumber-sumber yang mempengaruhi self-efficacy yaitu mastery experiences, vicarious experiences,verbal persuasion, psychological and affective states. Sumber yang pertama adalah mastery experiences, merupakan sumber self- Efficacy yang timbul karena adanya sebuah pengalaman berhasil dalam mempelajari atau mengerjakan sesuatu hal, sehingga mahasiswa belajar dari pengalaman tersebut dan menggunakan pengalaman tersebut untuk mempertajam kemampuan yang dimiliki ketika menghadapi suatu hambatan. Kegagalan yang didapat akan diolah sebagai pembelajaran ke depan agar dapat menjadi lebih baik, serta menguasai permasalahan dengan jalan keluar yang baik. Bila mahasiswa memiliki pengalaman berhasil dalam bidang akademik saat SMA, maka keberhasilan ini akan membangun keyakinan diri ketika menjalani KKNI. Mahasiswa KKNI apabila Self-Efficacy tinggi, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya akan tetap mengacu pada keberhasilan yang telah dilakukannya pada saat SMA. Ketika menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya dia akan berusaha untuk tetap bertahan dan berusaha menjalankan cara yang sebelumnya pernah dilakukan untuk menjalani waktu belajar yang ditetapkannya serta mengikuti strategi belajar yang ada untuk dapat berhasil mencapai target S1. Dalam kondisi cemas atau stresspun akan dijalaninya dengan cara yang sama. Mahasiswa KKNI dengan Self-Efficacy rendah, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya tidak akan mengacu pada keberhasilan yang telah dilakukannya dahulu pada saat SMA. Dan ketika menghadapi hambatan dalam pelaksanaan, mereka tidak akan berusaha untuk tetap bertahan dan berusaha menjalankan cara yang sebelumnya pernah dilakukan untuk menjalani waktu belajar

13 yang ditetapkannya serta kurang mengikuti strategi belajar yang ada untuk dapat berhasil mencapai target S1. Dalam kondisi cemas ataupun stress tidak akan menjalani cara yang sebelumnya berhasil dilakukan dan terpaku pada ketidakmampuan dirinya. Faktor kedua adalah vicarious experience yaitu pengalaman yang dapat diamati dari seorang model sosial. Melihat orang yang serupa dengan dirinya mengalami sukses melalui usaha yang terus menerus dapat meningkatkan kepercayaan bahwa mereka juga dapat memiliki kemampuan untuk menguasai aktivitas yang kurang lebih sama dalam mencapai sukses. Bila dia melihat orang yang seusia dengan dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya akan meningkatkan keyakinan diri. Mahasiswa KKNI dengan Self-Efficacy tinggi, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya akan mengobservasi dan melihat teman seusianya yang menjadi model bagi dirinya sendiri dan akan mengikutinya. ketika dia melihat teman yang seusia menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya, akan mengikuti dan berusaha untuk tetap bertahan serta menjalankan apa yang dilakukan teman seusianya untuk menjalani waktu belajar yang ditetapkan serta mengikuti strategi belajar yang ada untuk dapat berhasil mencapai target S1. dalam kondisi cemas atau stress akan dijalani dengan cara yang sama dengan temannya. Mahasiswa KKNI dengan Self-Efficacy rendah, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya tidak akan mengobservasi dan melihat teman seusianya menjadi model bagi dirinya sendiri namun lebih kepada ketidak yakinan dirinya. Begitu pula ketika menghadapi hambatan dalam menjalaninya, dia akan terpaku pada ketidakyakinan dirinya

sehingga tidak berusaha dan tetap bertahan seperti apa yang teman seusia dirinya lakukan walaupun dalam kondisi cemas/stress. 14 Faktor ketiga adalah Verbal persuasion, merupakan cara yang dapat menguatkan keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Mahasiswa yang dipersuasi secara verbal akan memiliki motivasi bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk dapat menjalaninya dengan baik dan cenderung menggerakkan usaha yang lebih besar dan mempertahankan saran tersebut daripada mereka yang terpaku pada ketidakmampuan diri saat menghadapi masalah. Bila dia diberikan saran-saran yang positif untuk membantu perkuliahannya maka akan dapat meningkatkan keyakinan dirinya. Mahasiswa KKNI dengan Self- Efficacy tinggi, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya akan lebih termotivasi dan tergerak ketika menjalaninya sesuai dengan saran-saran yang diberikan. ketika dia menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya, dia akan mengikuti dan berusaha untuk tetap bertahan serta berusaha menjalankan saran-saran yang telah dilontarkan yang menjadi feedback untuk menjalani waktu belajar yang ditetapkannya serta mengikuti strategi belajar yang ada untuk dapat berhasil mencapai target S1 dalam kondisi cemas atau stresspun akan dijalaninya sesuai dengan apa yang diberikan. Mahasiswa KKNI dengan Self-Efficacy rendah, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya tidak lebih termotivasi dan tergerak ketika menjalaninya sesuai dengan saran-saran yang diberikan. ketika dia menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya, dia akan tidak mengikuti dan berusaha untuk tetap bertahan serta berusaha menjalankan saran-saran yang telah dilontarkan yang menjadi feedback untuk menjalani waktu belajar yang ditetapkannya serta kurang mengikuti strategi belajar yang ada untuk dapat berhasil

15 mencapai target S1 dalam kondisi cemas atau stress tidak akan dijalaninya sesuai dengan apa yang diberikan. Faktor keempat adalah Physiological and Affective states dimana sebagian orang bergantung pada keadaan fisik dan emosional mereka dalam menilai kemampuan diri sendiri. Mereka menginterpretasikan reaksi stress dan ketegangan mereka sebagai tanda-tanda kerentanan terhadap hasil perkuliahan yang tidak memuaskan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa katarsis untuk melepaskan serangkaian beban emosional atau stress yang melanda dengan berbicara kepada orang yang dipercayai terhadap segala permasalahan yang dimiliki. Tindakan ini mendatangkan insight terhadap mahasiswa agar dapat berpikir lebih jernih terhadap permasalahan yang mungkin dihadapi. Bila dia menghayati dan mengolah kesulitan atau hambatan itu sebagai motivasi dapat meningkatkan keyakinan dirinya. Mahasiswa KKNI dengan Self- Efficacy tinggi, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya akan mencoba untuk menentukannya sendiri. ketika dia menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya, dia akan mengikuti dan berusaha untuk tetap bertahan serta berusaha menjalankannya sesuai dengan yang telah ditetapkannya. Begitupun dengan kondisi dirinya yang tidak mendukung dalam keadaan cemas atau stress tetap dia jalani. Mahasiswa KKNI dengan Self-Efficacy rendah, dalam menentukan waktu belajar diluar perkuliahan serta strategi belajar dalam pemahaman materinya tidak akan mencoba untuk menentukannya sendiri. Ketika dia menghadapi hambatan dalam pelaksanaanya, dia tidak akan akan mengikuti dan berusaha untuk tetap bertahan serta berusaha menjalankannya sesuai dengan yang telah ditetapkannya. Dalam kondisi dirinya yang tidak mendukung

16 dalam keadaan cemas atau stress tidak akan dijalaninya sehingga lebih terpaku pada ketidakyakinan dirinya. Apabila tingkat self-efficacy tinggi, dalam pilihan usaha yang ditentukan maka dia yakin mampu untuk menentukan waktu belajar yang efektif yang telah ditentukan, yakin mampu untuk mentukan materi perkuliahan yang telah ditentukan, dan yakin mampu untuk menentukan target waktu kelulusan S1. Dalam usaha yang dikeluarkan maka dia yakin mampu untuk melaksanakan waktu belajar yang telah ditentukan, yakin mampu untuk memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan, dan yakin mampu untuk menjalankan perkuliahan untuk mencapai target waktu kelulusan S1. Dalam daya tahan menghadapi hambatan maka dia yakin mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul saat belajar pada waktu yang telah ditentukan, yakin mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul saat memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan, dan yakin mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul saat berupaya untuk mencapai target waktu kelulusan S1. Dalam penghayan perasaannya maka dia yakin mampu untuk belajar pada waktu yang telah ditentukan walaupun dalam kondisi cemas/stress, yakin mampu untuk memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan walaupun dalam kondisi cemas/stress, dan yakin mampu untuk mencapai target waktu kelulusan S1 walaupun dalam kondisi cemas/stress. Apabila tingkat self-efficacy rendah, dalam pilihan usaha yang ditentukan maka dia kurang yakin mampu untuk menentukan waktu belajarnya yang efektif yag telah ditentukan, kurang yakin mampu untuk menentukan materi yang telah ditentukan, dan kurang yakin mampu untuk menentukan target waktu kelulusan S1. Dalam usaha yang dikeluarkan maka dia kurang yakin mampu untuk melaksanakan waktu belajar yang telah ditentukan, kurang yakin mampu untuk memahami materi

17 perkuliahan yang telah ditentukan, dan kurang yakin mampu untuk menjalankan perkuliahan untuk mencapai target waktu kelulusan S1. Dalam daya tahan menghadapi hambatan maka dia kurang yakin mampu untuk mengatasi hambatanhambatan yang muncul saat belajar pada waktu yang telah ditentukan, kurang yakin mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul saat memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan, dan kurang yakin mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul saat berupaya untuk mencapai target waktu kelulusan S1. Dalam penghayatan perasaanya maka dia kurang yakin mampu untuk belajar pada waktu yang telah ditentukan walaupun dalam kondisi cemas/stress, kurang yakin mampu untuk memahami materi perkuliahan yang telah ditentukan walaupun dalam kondisi cemas/stress, dan kurang yakin mampu untuk mencapai target waktu kelulusan S1 dalam kondisi cemas/ stress.

18 Sumber-sumber self-efficacy: Masteryexperiences. vicarious experiences. verbal persuasion. psychological and affective states Mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti Kurikulum KKNI Di fakultas psikologi Bandung Self Efficacy tinggi Rendah Aspek-Aspek Self-efficacy: Pilihan usaha yang dibuat/ditentukan Usaha yang dikeluarkan Daya tahan menghadapi hambatan Penghayatan perasaan menghadapi hambatan Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 1. 6 Asumsi Mahasiswa yang mengikuti kurikulum KKNI memiliki tingkat Sel- Efficacy yang berbeda-beda Tingkat self-efficacy mahasiswa Fakultas X dapat dilihat berdasarkan aspekaspek yaitu, pilihan yang ditentukan, usaha yang dikeluarkan, daya tahan dalam

19 menghadapi hambatan, penghayatan dan juga perasaan ketika mengalami hambatan Sumber-sumber Self-Efficacy nantinya akan mendukung tingkat Self-Efficacy mahasiswa angkatan 2014 yang mengikuti kurikulum KKNI di Fakultas X Bandung yaitu mastery experiences,vicarious experiences,verbal persuasion, psychological and affective states.