FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) SKRIPSI



dokumen-dokumen yang mirip
PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

Munakahat ZULKIFLI, MA

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB IV WALI NIKAH PEREMPUAN HASIL PERNIKAHAN SIRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Undang-undang perkawinan di Indonesia, adalah segala

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

PERKAWINAN BEDA AGAMA PERSPEKTIF MAHMÛD SHALTÛT (Studi Analisis Kitab al-fatâwâ)

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN BAGI PEGAWAI NEGERI PADA POLRI. sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Quran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. UU Perkawinan dalam Pasal 1 berbunyi Perkawinan adalah ikatan lahir batin

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati)

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

Pasal 3 Pasal 3 Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

P U T U S A N. Nomor : 033/Pdt.G/2012/PA.DGL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy) Oleh: AZZA FAIQ HAMAM NIM 21108023 JURUSAN SYARI AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013

KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiga.ac.id Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si Dosen STAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Saudara Azza Faiq Hamam Kepada Yth, Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu alaikum Wr.Wb Setelah Kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini Kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Azza Faiq Hamam NIM : 21108023 Jurusan : Syari ah Program studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : Fasilitasi Perkawinan Beda Agama Oleh Lembaga Sosial (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Salatiga, 19 Februari 2013 Pembimbing, Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si NIP. 197909302003121001

SKRIPSI FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Studi Kasus Terhadap Percik Salatiga) DISUSUN OLEH AZZA FAIQ HAMAM NIM: 21108023 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari ah, Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 6 Maret 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Syari ah Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I Penguji II Penguji III : Drs. Miftahudin, M.Ag : Muna Erawati, M.Si : Drs. Mubadirun, M.Ag : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag : Ilyya Muhsin, S.H.I, M.Si, Salatiga, 6 Maret 2013 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.1958082719830310002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Azza Faiq Hamam NIM : 21108023 Jurusan : Syari ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, Februari 2013 Yang Menyatakan, Azza Faiq Hamam 21108023

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO " Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain " ( HR. Bukhari ). Persembahan Untuk Bapak dan ibuku Untuk Saudara-Saudaraku Untuk temen-teman terbaikku,

ABSTRAK Faiq Hamam, Azza. 2013. Fasilitasi Perkawinan Beda Agama Oleh Lembaga Sosial (Studi Kasus Terhadap Percik Salatiga). Skripsi. Jurusan Syari ah. Program Studi Ahwal Al-Syakhsyiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kata kunci: Fasilitasi, Perkawinan, beda agama, dan Percik. Perdebatan hukum tentang perkawinan beda agama sudah berlangsung sejak lama sehingga menimbulkan pemikiran yang baru tentang keabsahan suatu perkawinan. Melalui Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa keabsahan suatu perkawinan tergantung pada agama. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 40 dan 41 telah melarang adanya perkawinan beda Agama namun jika perkawinan tersebut tetap dilakukan maka perkawinan itu akan menjadi rusak / batal (fasad) sesuai dengan pasal 75. Adanya peraturan yang tegas tentang perkawinan beda agama ternyata belum mampu membendung pelaku-pelaku perkawinan beda agama. Persoalanpersoalan tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang perkawinan dan ternyata ada sebuah lembaga sosial yang bisa memfasilitasi adanya perkawinan beda agama, lembaga tersebut bernama Percik (Persemaian Cinta Kemanusiaan). Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Mengapa Lembaga Percik memfasilitasi perkawinan beda agama? (2) Bagaimana proses perkawinan beda agama yang difasilitasi oleh Lembaga Percik Salatiga? (3) Bagaimana pandangan tokoh agama terhadap perkawinan beda agama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Peneltian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu data yang terkumpul diuraikan secara logis dan sistematis selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah Fasilitasi yang dilakukan oleh Percik terhadap pasangan beda agama diasumsikan sebagai pintu darurat yang berusaha memberikan tempat / ruang (mempermudah) untuk melakukan perkawinan beda agama. Fasilitasi yang dilakukan Percik yaitu dengan cara menghubungkan dan menjadi mediator dengan para tokoh agama, lembaga dan instansi pemerintah terkait, yang diperlukan untuk memperoleh pendampingan dalam pelaksanaan perkawinan beda agama. Pandangan Tokoh Agama terhadap perkawinan beda agama pun berbeda, ada yang melihat dalam perkawinan beda agama hal itu boleh saja karena untuk menghormati has asasi manusia namun ada juga tokoh agama yang berpendapat lain bahwa perkawinan beda agama itu tidak ideal karena dalam perkawinan beda agama kebanyakan memiliki banyak persoalan dalam perjalanan hidupnya.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Penelitian... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Kegunaan Penelitian... 5 E. Penegasan Istilah... 7 F. Telaah Pustaka... 8 G. Metode Penelitian... 11 H. Sistematika Penulisan... 15 BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM BERBAGAI PERSEPEKTIF A. Perkawinan 1. Pengertian a. Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974... 17 b. Perkawinan menurut KHI... 18 c. Perkawinan menurut Fikih... 18 2. Rukun dan Syarat Perkawinan a. Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan... 19 b. Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut KHI... 22 c. Rukun dan Syarat Perkawinan Menurut Fikih... 24 3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan a. Tujuan Perkawinan... 26 b. Hikmah Pernikahan... 27 B. Nikah Beda Agama Menurut UUP... 28 C. Nikah Beda Agama Menurut KHI... 29 D. Nikah Beda Agama Menurut Fikih... 29 1. Perkawinan Orang Islam Dengan Bukan Islam a. Kaum musrikin dengan ahli kitab... 29

b. Non-Muslim Memeluk Islam... 34 c. Wanita islam dengan laki-laki bukan islam... 34 E. Nikah Beda Agama Dalam Pandangan HAM... 34 BAB III PROFIL PERCIK DAN PELAKU PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Alasan Percik Memfasilitasi Perkawinan Beda Agama... 38 1. Gambaran Umum Lembaga Percik Salatiga... 38 a. Sejarah dan Latarbelakang Berdirinya Lembaga Percik... 38 b. Visi dan Misi... 39 c. Struktur Kepengurusan... 41 d. Profil Kegiatan Lembaga Percik... 43 2. Kegiatan Penelitian... 43 3. Seminar, Diskusi dan Loka Karya (Workshop)... 48 4. Kegiatan Advokasi... 49 5. Pengembangan Unit Penunjang... 50 6. Pengembangan Relasi dan Kerjasama... 51 7. Pengembangan Kampoeng Percik... 51 8. Sejarah Percik Memfasilitasi Perkawinan Beda Agama... 52 B. Proses Perkawinan Beda Agama Oleh Percik... 54 1. Profil Pelaku Pasangan Perkawinan Beda Agama... 54 a. Pasangan DH (Kristen) AD (Islam)... 54 b. Pasangan AR (Kristen) RW (Katolik)... 59 c. Pasangan LM (Kristen) AL (Islam)... 63 d. Pasangan SW (Kristen) DJ (Islam)... 69 e. Pasangan Gama (Katolik) Chinda (Islam)... 71 2. Proses Perkawinan Beda Agama Oleh Percik... 79 a. Proses Perkawinan di Kantor Catatan Sipil... 79

b. Prosedur Perkawinan Yang di Fasilitasi Percik... 81 C. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Pekawinan Beda Agama... 87 BAB IV FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH PERCIK A. Alasan Percik Memfasilitasi Perkawinan Beda Agama... 99 1. Perspektif UUP... 99 2. Perspektif KHI... 100 3. Perspektif Agama... 100 4. Persepektif HAM... 102 B. Proses Fasilitasi Perkawinan beda Agama Oleh Percik... 103 C. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Perkawinan Beda Agama... 110 1. Setuju... 110 2. Tidak Setuju... 115 3. Netral... 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 121 B. Saran... 124

KATA PENGANTAR ÉO ŠÏm 9$#Ç`»uH q 9$#«! $#ÉO ó Î0 Puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW berikut keluarganya, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Fasilitasi Perkawinan Beda Agama Oleh Lembaga Sosial (Studi Kasus Terhadap Percik Salatiga). Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ahwal Al Syahsyiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini disadari oleh Penulis masih jauh dari harapan dan masih banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain : 1. Dr. Imam Sutomo M.Ag Selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Drs. Mubasirun, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syariah 3. Ilyya Muhsin, S.H.I, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal Al Syahsyiyah dan sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah menyempatkan waktu dan kesempatanya demi terselesainya skripsi ini. 4. Dr. Prajarta Dirdjosanjoto, Selaku Direktur Lembaga Percik Salatiga. 5. Seluruh Staff lembaga Percik Salatiga yang telah meluangkan waktunya demi terselesainya skripsi ini.

6. Kepala dan Pegawai Kantor Catatan Sipil (KCS) Salatiga yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh anggota Tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Ahwal Al Syahsyiyah Di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 8. Seluruh staf Program studi yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan administrasi-administrasi selama perkuliahan. 9. Bapak Ibuku yang selalu memberi dukungan dan doa yang tiada henti. 10. Semua Dosen-dosen Syari ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 11. Semua teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu. 12. Semua teman, sahabat dan kerabat yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para Pembaca. Salatiga, Februari 2013 Penulis

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pelaku Perkawinan Beda Agama......12 Tabel 1.2 Tokoh Agama......13 Table 1.3 Pengurus Percik......13 Tabel 4.1 Proses Perkawinan Rumah Tangga Beda Agama......91 Tabel 4.2 Latar Belakang Keluarga Subjek Penelitian......95 Tabel 4.3 Pandangan Tokoh Agama Terhadap Perkawinan Beda Agama... 110

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Bagan Prosedur Pencatatan Beda Agama dikcs......87 Gambar 4.2 Bagan Perkawinan Beda Agama Yang di Fasilitasi Percik.....93

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3 Lembar Konsultasi Lampiran 4 Berkas-berkas Persyaratan Administrasi Perkawinan Beda Agama Lampiran 5 Dokumentasi Pelaku Perkawinan Beda Agama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai masyarakat yang sangat majemuk, baik dari segi budaya, ras, etnik maupun agama. Sehingga karena kemajemukannya sering terjadi lalu lintas antar suku, ras, dan agama yang tidak bisa dihindari. Salah satu fenomena yang tidak dapat dihindari dari lalu lintas kemajemukan adalah perkawinan beda agama, karena perkawinan beda agama bukanlah sesuatu hal yang baru dalam masyarakat Indonesia. Dahulu orang Hindhu menikah dengan orang Islam, orang Budha dengan orang Kristen. Hal ini merupakan hal yang wajar dan manusiawi karena cinta dan kasih antar manusia bisa melewati etnis, budaya dan agama (Tim Percik, 2009: 1). Indonesia memiliki dasar hukum perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP). Menurut UUP pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. UUP memandang sah apabila perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya sesuai dengan pasal 2 UUP.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan dianggap sah jika sesuai dengan agamanya. Indonesia mengakui 6 agama yang dipercayai. Agama tersebut adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Menurut KHI BAB II Pasal 2, perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaaqon ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melakukanya merupakan ibadah. Perkawinan menurut agama Kristen dan Katholik adalah suatu ikatan cinta kasih tetap dan taat yang menggambarkan, melahirkan dan mewujudkan hubungan cinta Kristus dengan Gerejanya. Sebagaimana yang diatur dalam kitab kejadian 1-26 sampai 30, 2.7 sampai 25 juga Perjanjian Baru episus V: 21 sampai 33 (Sastroatmodjo dan Aulawi, 1975:27). Perkawinan menurut agama hindu adalah hubungan yang sakral dan hanya yang sah bila sudah dilakukan menurut agama tersebut (Sastroatmodjo dan Aulawi, 1975:25). Perkawinan menurut agama budha adalah ikatan yang fleksibel karena selalu mengadaptasi adat-adat yang hidup dalam masyarakat (Sastroatmodjo dan Aulawi, 1975:26). Dari pengertian perkawinan di atas mengandung beberapa prinsip diantaranya: 1. Agama Kristen dan Khatolik menghendaki agar penganutnya kawin dengan orang yang seagama. Karena tujuan utama perkawinan adalah untuk mencapai kebahagiaan sehingga kebahagiaan itu akan sulit tercapai kalau suami istri tidak seiman (Nurkhalis dan Baso, 2010:34). 2. Agama Islam menganut prinsip perkawinan harus dilakukan dengan orang yang seagama karena secara teoritis perbedaan agama akan berpotensi

menimbulkan konflik (Pamungkas, 2008:44). Dalam Al Qur an surat Al Baqoroh:221 ditegaskan, öqs9ur 7px.ÎŽô³ B `ÏiB Žöyz îpoyïb s B ptbv{ ur 4 `ÏB sム4Ó Lym ÏM»x.ÎŽô³ ßJø9$# (#qßs Å3Zs? Ÿw ur `ÏiB Žöyz í` ÏB s B Ó ö7yès9ur 4(#qãZÏB sム4Ó Lym tûüï.îžô³ ßJø9$# (#qßs Å3Zè? Ÿw ur 3öNä3 Gt6yf ôãr&. ÏpŸyf ø9$# n<î)(#þqã ô tƒª! $#ur( Í $ Z9$# n<î)tb qã ô tƒy7 Í»s9'ré&3 önä3t6yf ôãr&öqs9ur78 ÎŽô³ B Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanitawanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga. (Depag, 1976:53). KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang notabene merupakan hukum positif bagi umat Islam di Indonesia melarang adanya praktik perkawinan beda agama. Pasal 40 KHI menyebutkan dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan tertentu: (c) seorang wanita yang tidak beragama Islam. Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam (pasal 44 KHI). Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tidak megatur adanya perkawinan beda agama, namun secara tersirat melarang adanya praktek perkawinan beda agama yang tertuang dalam pasal 2 ayat 1 perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dari prinsip di atas seharusnya seorang yang beragama Islam harus menikah dengan orang yang beragama Islam pula. Sedangkan orang yang

beragama Kristen ataupun Katolik dalam kepercayaannya juga tidak diperbolehkan menikah dengan orang yang berbeda agama. Adanya peraturan yang melarang perkawinan beda agama ternyata belum mampu mencegah perkawinan beda agama dalam masyarakat. Aturan dalam KHI dan UU Perkawinan di Indonesia seharusnya mampu menjadi pedoman yang bisa ditegakkan. Dalam penelitian ini peneliti menemukan sebuah lembaga yang yang bisa memfasilitasi perkawinan beda agama. Lembaga tersebut adalah Percik (Persemaian Cinta Kemanusiaan). Percik, merupakan lembaga independen yang diperuntukan bagi penelitian sosial, demokrasi dan keadilan sosial. Lembaga ini didirikan pada awal tanggal 1 Februari 1996 oleh sekelompok ilmuwan di Salatiga yang terdiri dari sejumlah peneliti sosial, pengajar universitas, serta aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang bantuan hukum serta pengorganisasian masyarakat. Kesenjangan yang muncul antara peraturan hukum dengan praktek yang terjadi inilah yang menarik minat peneliti untuk meneliti bagaimana perkawianan beda agama di Lembaga Percik Salatiga. Sehingga Penulis memberi judul penelitian skripsi : FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Studi Kasus terhadap Percik Salatiga).

B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, dengan demikian fokus penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Mengapa Lembaga Percik memfasilitasi perkawinan beda agama? 2. Bagaimana proses perkawinan beda agama yang di fasilitasi oleh Lembaga Percik Salatiga? 3. Bagaimana pandangan tokoh agama terhadap perkawinan beda agama? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang menjadi target skripsi ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui alasan Lembaga Percik memfasilitasi perkawinan beda agama. 2. Mengetahui proses perkawinan beda agama di Lembaga Percik Salatiga. 3. Mengetahui pandangan tokoh agama terhadap perkawinan beda agama. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang perkawinan beda agama dan khazanah keislaman pada umumnya dan khususnya jurusan Syariah program studi ahwal-alsyakhsiyyah.

2. Secara Praktis a. Bagi Masyarakat 1) Bagi pelaku nikah agama Terhadap masyarakat khususnya bagi pelaku nikah beda agama agar lebih mempertimbangkan akibat yang akan diterima jika akan melakukan perkawinan beda agama. 2) Bagi tokoh agama Agar para tokoh agama lebih gencar lagi menyiarkan agamanya khususnya tentang masalah perkawinan untuk meminimalisir angka perceraian akibat dari perkawinan beda agama. b. Bagi Program Studi Al Ahwal Al Syakhsiyyah Dengan adanya penelitian terhadap lembaga yang memfasilitasi perkawinan beda agama diharapkan dapat menambah wawasan bagi Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah sehingga dari Program Studi dapat menjadikannya sebagai bahan diskusi dan memantau perkembangan produk hukum mengenai perkawinan beda agama tersebut. c. Bagi Percik Hasil dari penelitian tentang perkawinan beda agama ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Percik sebagai lembaga yang memfasilitasi perkawinan beda agama untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat ketika menghadapi calon mempelai yang akan melakukan perkawinan beda agama.

E. Penegasan Istilah Sebelum memulai menyusun skripsi ini perlu penulis sampaikan bahwa judul skripsi adalah FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Studi Kasus di Lembaga Percik Salatiga). Untuk menghindari kesalahfahaman pengertian, maka penulis kemukakan pengertian serta sekaligus penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: Fasilitasi adalah sarana atau segala sesuatu untuk memudahkan atau melancarkan pelaksanaan (KBBI, 2010:t.h). Perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan menurut KHI adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (KHI Pasal 2). Perkawinan yang dimaksud peneliti adalah akad antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang sah menurut agama baik dicatatkan di KUA atau Kantor Catatan Sipil. Beda adalah sesuatu yg menjadikan berlainan (tidak sama) (KBBI, 2010:t.h). Agama adalah ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dengan pergaulan manusia (KBBI, 2010:t.h).

Perkawinan Beda Agama yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah Perkawinan yang dilakukan oleh pemeluk Agama yang berbeda pada saat aqad perkawinan. Lembaga adalah badan (organisasi) yang bermaksud melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha (Soeryadarminta, 2006:685). Sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat (Soeryadarminta, 2006:1141). Jadi yang dimaksud Lembaga sosial adalah suatu badan (organisasi) yang bermaksud melakukan suatu penyelidikan keilmuan, berkaitan dengan masyarakat. Dengan demikian Fasilitasi perkawinan beda agama oleh lembaga sosial adalah suatu usaha yang dilakukan oleh badan (organisasi) berkaitan dengan perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita dengan ajaran atau kaidah-kaidah yang berbeda dalam pelaksaan perkawinan sebelum dilangsungkanya perkawinan hingga sesudah perkawinan dilaksanakan. F. Telaah Pustaka Penelitian tentang perkawinan beda agama sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Diantara penelitian-penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Maftuhul Fuadi yang berjudul Nikah Beda Agama Perspektif Ulil Abshar Abdalla. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Ulil Abshar Abdalla tentang nikah beda

agama. Menurut Fuadi, dalam beragama, Ulil Abshar Abdalla tidak lagi memandang bentuk, tetapi isi. Keyakinan dan praktek keislaman yang dianut oleh orang-orang yang menamakan diri sebagai umat Islam hanyalah baju dan formal, menurutnya yang pokok adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Setiap agama menunjuk pada nilai keadilan, oleh karena itu setiap agama sama. Karena setiap agama sama maka dihalalkan nikah beda agama (Fuadi, 2006). Skripsi Auwenda Fauzi yang berjudul Perkawinan Campuran Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam Syafi i Tentang Perkawinan Campuran) menjelaskan dua hal pokok pemikiran Imam Syafi i tentang perkawinan campuran. Pertama, perkawinan antara perempuan muslim dan laki-laki bukan muslim adalah haram hukumnya. Kedua, laki-laki muslim diharamkan mengawini perempuan bukan muslim. Pendapat ini lebih didasarkan pada pertimbangan menolak mafsadat demi menjaga keutuhan umat dari akibat buruk yang ditimbulkan oleh perkawinan campuran (Fauzi, 2004). Adapun penelitian selanjutnya adalah Skripsi Sri Nikmah yang berjudul Perkawinan Lintas Agama dalam Tinjauan Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia, Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, 2011. Penelitian tersebut menjelaskan mengenai kehidupan masyarakat pelaku perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel Salatiga. Tujuan penelitian tersebut diantaranya untuk mengetahui praktek perkawinan lintas agama dilakukan di Kelurahan Bugel, mengetahui faktor-

faktor perkawinan lintas agama dapat terjadi di Kelurahan Bugel, mengetahui cara pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan beda agama. Dalam penelitian tersebut ada dua pola perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, yaitu perkawinan yang dilakukan di KUA dan di KCS. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel meliputi, pandangan tertentu tentang agama dan keberagamaan, perempuan tidak memiliki kemandirian hidup, tradisi perkawinan lintas agama, kurangnya pengetahuan agama dan kristenisasi pihak luar ( Nikmah, 2011). Peneliti-peneliti terdahulu tersebut, meskipun memiliki tema yang sama yaitu tentang perkawinan beda agama, namun memiliki perbedaan dengan fokus penelitian ini. Perbedaan-perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu diantaranya adalah sebagai berikut : pertama, Skripsi yang disusun oleh Maftuhul Fuadi yang berjudul Nikah Beda Agama persepektif Ulil Absar Abdalla. menitik beratkan pada literatur tentang pemikiran tokoh sedangkan penulis yang dibahas disini adalah study lapangan. Kedua, Skripsi Auwenda Fauzi yang berjudul Perkawinan Campuran Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam Syafi i Tentang Perkawinan Campuran). Menitik beratkan pada pemikiran tokoh sedangkan penulis bahas disini adalah study lapangan. Ketiga Skripsi Sri Nikmah yang berjudul Perkawinan Lintas Agama dalam Tinjauan Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia.

Memiliki kesamaan dengan penelitian, yaitu sama-sama penelitian lapangan. Sedangkan perbedaanya terdapat pada pelakunya. Jika Skripsi Sri Nikmah pelaku perkawinan beda Agama hakikatnya tidak menikah beda agama karena pada saat akad perkawinan pasangan pindah keagama calon pasangannya setelah prosesi akad pasangan pindah ke Agama semula. Adapun dalam penelitian ini, pelaku perkawinan beda agama dalam melangsungkan akad tetap pada agamanya masing-masing. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari kasus yang akan diteliti, menggunakan pendekatan normatif dan sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui status hukum perkawinan beda agama dan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui bagaimana perkawinan beda agama yang dipraktekkan di Lembaga Percik Salatiga dan bagaimana pandangan tokoh agama maupun masyarakat terhadap perkawinan beda agama. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama karena peneliti secara langsung mengumpulkan data di lapangan. Status peneliti dalam mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dengan informan.

3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Percik Salatiga yang beralamat di Jl. Patimura Km. 1 Kampung Percik, Turusan-Salatiga. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer; yaitu hasil temuan data di lapangan melalui wawancara dengan pengurus Lembaga percik, tokoh Agama, pelaku nikah beda agama. 1). Pelaku Perkawinan Beda Agama Tabel 1.1 Pelaku Perkawinan Beda Agama No Suam i Agama Istri Agama Kawin Tahun Tempat Perkawinan 1 AD Islam DH Kristen 2005 Percik dan GKJ Sidomukti 2 Gereja AR Kristen RW Katolik 2005 Kristen 3 AL Islam LM Kristen 2005 Percik dan GKJ Sidomukti 4 GKJ Rumah Istri DJ Islam SW Kristen 2007 Sidomukti 5 Gama Katolik Cinda Islam 2012 dan Gereja Kristus Raja dan Rumah Suami

2) Tokoh Agama Tabel 1.2 Tokoh Agama No Nama Agama Keterangan 1 K.H. Anshori Jawadi Islam Kyai 2 Pdt. Eben Heizer L Kristen Pendeta 3 Pdt. Sari F Kristen Pendeta 4 Prof. Zuhri Islam Pakar hukum Islam 5 K.H. Atiq Afifudin Islam Tokoh NU 6 K. Mustain Islam Ta mir masjid 3) Pengurus Percik Tabel 1.3 Pengurus Percik No Nama Keterangan 1 Agung Waskito A Staff Advoksi 2 Muhammad Akbar Staff Peneliti b. Sumber data sekunder; yaitu data yang diperoleh dari literatur bukubuku, perundang-undangan tentang perkawinan dan kepustakaan ilmiah lain yang menjadi referensi maupun sumber pelengkap penelitian. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan. Dalam hal ini adalah para pengurus maupun anggota Lembaga Percik Salatiga, pendeta, tokoh Agama Islam, pelaku nikah beda agama, dan pegawai Kantor Catatan Sipil.

b. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis atas pelaksanaan perkawinan beda agama di Lembaga Percik Salatiga, Kantor Catatan Sipil dan GKJ Sidomukti. c. Dokumentasi Adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2004:23). Adapun dokumen-dokumen yang diperoleh adalah Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), foto copy kutipan Akte Perkawinan dan foto copy berkas N1-N4 dari kelurahan. d. Analisis Data Data yang diperoleh, baik dari studi lapangan maupun studi pustaka pada dasarnya merupakan data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul diuraikan secara logis dan sistematis dan selanjutnya ditarik kesimpulan. e. Pengecekan keabsahan Data Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Pengecekan keabsahan data

dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis. Pengecekan dilakukan denga cara membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan informan satu dengan informan lain, maupun membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. H. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disajikan secara keseluruhan menjadi lima bab, terdiri dari bab pertama yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka dan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan sistematika Penulisan. Bab dua berisi pernikahan beda agama dalam berbagai perspektif yaitu perspektif UUP, KHI dan HAM Bab tiga adalah profil percik dan pelaku pasangan perkawinan beda agama. kedua sub bab ini, yang pertama mengenai gambaran umum Lembaga Percik Salatiga, yang berisi tentang sejarah dan latar belakang Lembaga Percik, visi misi, kepengurusan, tugas dan kewajiban, program dan kinerja Lembaga percik. Sub yang ke dua tentang profil pelaku perkawinan `beda agama. Bab empat adalah Fasilitasi perkawinan beda agama oleh percik yang berisi tentang alasan percik memfasilitasi perkawinan beda agama, proses

fasilitasi perkawinan beda agama oleh percik, dan pandangan tokoh agama terhadap fasilitasi perkawinan beda agama. Bab lima yaitu penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM BEBAGAI PERSEPEKTIF A. Perkawinan 1. Pengertian a. Perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pengertian perkawinan dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Ada beberapa hal dari rumusan tersebut di atas yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Ikatan lahir diartikan keterikatan antara kedua belah pihak secara formal baik dalam hubungan antara satu sama lain maupun mereka dengan masyarakat luas. Ikatan batin diartikan adanya satu tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Untuk itu dalam sebuah perkawinan tidak bisa dipisahkan antara ikatan lahir dan ikatan batin, karena memang keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. 2) Seorang pria dengan seorang wanita mengandung arti bahwa perkawinan itu hanyalah antara jenis kelamin yang berbeda. Hal ini