BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

1. PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

Kuesioner Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

PADA SAYURAN LALAPAN KEMANGI

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

OLEH VICKY WULAN DARI NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan


KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak, untuk bekerja, dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit. Dalam menjalankan fungsinya makanan mengandung senyawa-senyawa zat gizi yang berguna bagi tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun kantin yang mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004). Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, angka kuman Escherichia coli pada makanan yang diperbolehkan adalah 0 per gram contoh makanan. Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan, karena keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Adanya bakteri Escherichia coli bisa 9

2 dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan, air yang tercemar (Chandra, 2006). Sayuran merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat, dimana di dalamnya banyak sekali terkandung zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral. Sayuran biasanya diolah atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Namun, ada juga beberapa jenis sayuran yang dikonsumsi langsung (sebagai lalapan) tanpa harus dimasak sebelumnya, seperti kol yang biasa dijadikan lalapan pada menu ayam penyet. Ayam Penyet merupakan salah satu makanan yang mudah di dapat dan harganya relatif mudah dijangkau. Pedagang ayam penyet sangat mudah ditemukan, salah satunya di Kecamatan Medan Selayang yang merupakan tempat yang penduduknya padat dan salah satu tempat wisata kuliner di Medan. Berdasarkan penelitian Tindry dkk (2015) di kota Manado didapatkan bahwa di rumah makan yang berada di Jalan Pierre Tandean Boulevard Kota Manado sebanyak 87,5 % proses pengelolaan lalapan kemangi dan kol langsung disajikan secara mentah, 62,5 % menggunakan air tidak mengalir dengan cara ditampung dalam ember untuk mencuci lalapan kemangi dan kol, 100 % warung makan menyajikan lalapan kemangi dan kol dengan menggunakan tangan secara langsung tanpa menggunakan alat untuk disajikan, dan 100 % rumah makan yang diteliti menggunakan wadah terbuka untuk tempat menyimpan lalapan kemangi dan kol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Srianna dkk (2012) di kota Medan didapatkan hasil bahwa sayur lalapan kol yang berasal dari pasar tradisional tidak 2

3 memenuhi syarat kesehatan karena lebih dari 0 dalam 1 gram sampel dimana Escherichia Coli pada sayur lalapan kol adalah 6,2 MPN, dan sayur lalapan kol yang berasal dari supermarket tidak memenuhi syarat kesehatan karena lebih dari 0 dalam 1 gram sampel dimana Escherichia coli pada sayuran kol adalah 3 MPN. Berdasarkan hasil pemeriksaan Escherichia Coli pada kol di rumah makan yang berada di Jalan Piere Tendean Boulevard Kota Manado melalui pemeriksaan laboratorium ditemukan 7 warung makan (87,5%) mengandung Escherichia coli pada kol sedangkan 1 warung makan (12,5%) negatif mengandung Escherichia coli. Sampel kol yang negatif tepatnya pada warung makan 2, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti warung makan 2 ini merupakan satusatunya warung makan yang menaruh kol dan kemangi pada wadah yang terpisah dibandingkan dengan warung makan yang lain yang menaruh kol dan kemangi dalam 1 wadah saja (Tindry dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan Sembiring, dkk (2005) pada kol dan selada yang diambil di 3 pasar yaitu Pasar Pringgan, Pasar Sumbu dan Pasar Sukaramai dan 3 rumah makan yaitu Rumah Makan Berkah, Rumah Makan Mama Arfa dan Rumah Makan Bundo Kanduang di Kota Medan dengan metode pengeceran ditemukan banyaknya kadungan Escherichia Coli pada sayur kol dimana sayur kol yang tedapat pada Pasar Pringgan sebanyak 2766 koloni, Pasar Sumbu sebanyak 4000 koloni dan Pasar Sukaramai sebanyak 3833 koloni. Sedangakan pada jenis sampel sayur selada yang berasal dari Rumah Makan Berkah sebanyak 582 koloni, Rumah Makan Mama Arfa sebanyak 955 koloni dan Rumah Makan Bundo Kanduang sebanyak 630 koloni, walaupun jumlah Escherichia coli yang 3

4 terdapat pada rumah makan mengalami penurunan namun masih melebihi batas maksimum cemaran Escherichia coli dalam sayuran mentah atau lalapan yaitu 102 koloni. Pencemaran mikroba dalam makanan dapat berasal dari lingkungan, bahan-bahan mentah, air, alat-alat yang digunakan dan manusia yang ada hubungannya dengan proses pembuatan sampai siap disantap. Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular (Kemenkes RI, 2011). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencacat bahwa insiden diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 %. Period prevalen diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%), penurunan Period prevalen yang tingi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat (Hasil Riskesdas, 2013). Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini 4

5 jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012) dan berdasarkan pencatatan di Puskesmas Kecamatan Medan Selayang pada tahun 2015 di Kecamatan Medan Selayang terjadi 317 kasus diare untuk semua kelompok umur. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis, bahwa pedagang ayam penyet yang berada di Kecamatan Medan Selayang menyediakan berbagai macam lalapan pada menu ayam penyet seperti kol, kemangi, selada, timun, terong dan sebagainya, namun lalapan yang paling banyak digunakan pedagang ayam penyet adalah lalapan kol, dimana dari 59 pedagang ayam penyet terdapat sebanyak 45 pedagang menggunakan kol sebagai lalapan untuk menu ayam penyet sedangkan pedagang yang tidak menggunakan kol sebagai lalapan untuk menu ayam penyet adalah sebanyak 14 pedagang. Ditemukan juga sebagian besar pedagang ayam penyet yang berada di Kecamatan Medan Selayang masih terlihat kurangnya kebersihan penjamah makanan dalam melakukan pengolahan makanan khususnya pada lalapannya seperti masih banyaknya tenaga penjamah yang menggunakan tangan langsung dalam penyajian lalapan tanpa alat penyajian, masker, celemek. Perilaku penjamah makanan yang meletakkan lalapan kol dalam wadah yang terbuka dan masih banyak penjamah makanannya yang tidak menggunakan air mengalir untuk mencuci bahan makanan. Selain itu, kondisi tempat pengolahan yang kurang 5

6 bersih seperti pewadahan sampah yang tidak tertutup dan kotor, tidak ada pemisah antara sampah organik dan sampah anorganik, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah dapat mengundang keberadaan vektor penyakit yang mampu mengontaminasi makanan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan hygiene pedagang dan sanitasi dengan keberadaan Escherichia coli pada lalapan kol sebagai menu lalapan ayam penyet. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penilitian ini adalah apakah ada hubungan antara hygiene pedagang dan sanitasi dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara hygiene pedagang dan sanitasi dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang tahun 2016. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui hygiene pedagang ayam penyet dalam penanganan makanan di kecamatan Medan Selayang 6

7 2. Mengetahui sanitasi tempat dan makanan pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang 3. Mengetahui keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet di kecamatan Medan Selayang 4. Mengetahui hubungan antara hygiene pedagang dan sanitasi dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut : 1. Ho : Tidak ada Hubungan Hygiene Pedagang Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 Ha : Ada Hubungan Hygiene Pedagang Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 2. Ho : Tidak ada Hubungan Sanitasi Tempat Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 Ha : Ada Hubungan Sanitasi Tempat Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 7

8 3. Ho : Tidak ada Hubungan Sanitasi Makanan Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 Ha : Ada Hubungan Sanitasi Makanan Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang 2. Menjadi acuan dalam praktek hygiene dan sanitasi yang baik dan benar khususnya dalam pengelolaan makanan. 3. Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang terkait dengan hygiene pedagang dan sanitasi makanan sesuai dengan standar kesehatan 4. Sebagai referensi untuk penelitian tentang Escherichia Coli selanjutnya 8