Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan kehidupannya. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DAN KREATIF DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

Rapat Koordinasi Persiapan UN dan USBN

SOSIALISASI UJIAN SEKOLAH DAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2016/2017 SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. 1 Setiap

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar dan mengajar, dari data tingkat kelulusan untuk siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ujian akhir nasional (UAN) tahun pelajaran 2011/2012 semakin dekat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Depresi menjadi masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA N 3 MAGELANG Amanda Luthfi Arumsari 15010113120067 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMAN 3 Magelang. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional adalah kondisi atau keadaan individu yang merasa takut atau khawatir jika suatu hal buruk akan terjadi pada saat menghadapi Ujian Nasional. Dukungan sosial orangtua adalah persepsi seseorang terhadap bantuan yang diterima individu yang berasal dari orangtua baik secara emosional, penghargaan, informasi, dan materil, dimana sikap tersebut dapat membuat individu merasa berharga dan dicintai oleh orangtuanya. Efikasi diri akademik adalah keyakinan individu terhadap kemampuan akademiknya dalam melakukan tugas akademik dan menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan akademik yang diinginkan. Subjek penelitian 145 siswa kelas XII SMA N 3 Magelang dengan teknik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional (37 aitem, α =.915), Skala Dukungan Sosial Orangtua (37 aitem, α =.937), Skala Efikasi Diri Akademik (22 aitem, α =.889). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan uji korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial orangtua dan variabel efikasi diri akademik berhubungan negatif dan signifikan dengan variabel kecemasan menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA N 3 Magelang dengan rxy =.381 dan p =.000 (p <.05) dengan sumbangan efektif 13,3%. Variabel dukungan sosial orangtua tidak signifikan dengan variabel kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA N 3 Magelang, dengan rxy = -.109 dan nilai p =.199 (p >.05). Sedangkan variabel efikasi diri akademik berhubungan negatif dan signifikan dengan variabel kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA N 3 Magelang dengan rxy = -.380 dan p =.000 (p <.05). Kata kunci: Ujian Nasional, Kecemasan menghadapi Ujian Nasional, Dukungan Sosial Orangtua, Efikasi Diri Akademik, Siswa SMA

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan sebagai bentuk evaluasi belajar yang diberlakukan pada seluruh pelajar mulai dari jenjang SD dan Sederajat, SMP dan Sederajat, SMA dan Sederajat. Pada umumnya Ujian Nasional bertujuan untuk meningkatkan kompetensi belajar peserta didik. Sesuai dengan laporan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 ada dua kriteria kelulusan. Pertama, Ujian Nasional memiliki standar nilai rata-rata dari beberapa mata pelajaran yang diujikan sebagai kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik. Kedua, kriteria kelulusan juga dilihat dari nilai semua mata pelajaran, hal ini sebagai penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh sekolah atau madrasah atau penyelenggara program pendidikan kesetaraan. Bukan hanya standar nilai rata-rata saja yang dijadikan syarat untuk kelulusan, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2017 tentang penilaian hasil belajar oleh pemerintah dan penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan disebutkan ada tiga jenis ujian yang harus ditempuh peserta didik agar lulus dari satuan pendidikan, yakni Ujian Nasional (UN), Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), dan ujian sekolah (US).

2 Pada tahun 2017 mulai diadakan ujian sekolah yang bertajuk Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang juga menjadi salah satu penentu kelulusan. Mata pelajaran yang diujikan saat ujian sekolah biasanya hanya mata pelajaran yang juga diujikan pada Ujian Nasional namun, pada USBN ditambakan mata pelajaran yang diujikan seperti Agama, PPKN, Sejarah dan tiga mata pilihan seperti Fisika, Kimia, Biologi (untuk Program IPA) dan Ekonomi, Geografi dan Sosiologi (untuk Program IPS). Hal tersebut menjadi beban untuk pihak guru dan siswa, selain ditambahkan mata pelajaran yang diujikan, biasanya materi ujian sekolah hanya beberapa bab saja, sekarang menjadi keseluruhan bab dari kelas 10 hingga 12 (Harahap, 2017). Peserta didik diharapkan mendapat nilai yang baik, karena Ujian Nasional dapat menjadi tolok ukur kemampuan siswa-siswi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (perguruan tinggi). Usaha keras peserta didik untuk mendapatkan nilai yang baik bisa dengan berbagai cara seperti masuk dalam bimbingan belajar di luar sekolah, mengikuti tambahan pelajaran yang diberikan sekolah, mendatangkan guru les ke rumah, dan mengikuti try out yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Peserta didik juga diharuskan dapat menjaga kondisi tubuh, dengan persiapan tersebut para siswa akan siap menghadapi Ujian Nasional secara fisik maupun mental (Hakim, 2017). Tetapi, dalam pelaksanaannya terdapat peserta didik yang belum siap secara mental dalam menghadapi Ujian Nasional. Hal tersebut dipengaruhi oleh sistemik yang baru dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Berdasarkan laporan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa pada tahun 2016 dan 2017 akan diberlakukan

3 Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, reliabilitas, integritas, dan kehematan pelaksanaan ujian nasional (Maulipaski, 2016). UNBK tentu berbeda dengan Ujian Nasional tertulis, banyak siswa yang belum pandai mengaplikasikannya. Selain UNBK, hal lain yang menjadikan peserta didik tidak siap dalam menghadapi Ujian Nasional yaitu adanya tekanan-tekanan yang muncul dari berbagai pihak. Tekanan yang dialami siswa disebabkan oleh pihak sekolah dan orang tua menginginkan siswa dan anaknya dapat lulus dengan hasil yang memuaskan, selain itu terdapat juga tekanan dari pihak lain seperti media cetak berupa informasi jika banyak siswa yang tidak lulus ujian ditahun sebelumnya. Kondisi-kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional karena siswa ingin mendapat nilai yang memuaskan dan mendapatkan tempat pendidikan yang baik. Kecurangan yang terjadi pada Ujian Nasional tahun 2016 tercatat ada tujuh kecurangan yang dilaporkan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) di daerah Lampung, Pontianak, Medan, Jakarta, Surabaya, dan Cikampek. Kecurangan yang pertama yaitu laporan kecurangan sistemik di Lampung, atas perintah kepala sekolah, guru memasuki ruangan dan membantu siswa mengerjakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Kecurangan kedua yaitu adanya sindikat jual beli kunci jawaban Ujian Nasional di kalangan siswa SMA Pontianak dan Cikampek selain itu, sejumlah siswa melaporkan soal Ujian Nasional berbasis kertas atau (PBT) dengan soal UNBK dibuat sama. Kecurangan lainnya peserta UNBK dapat saling bertanya soal yang dikerjakan karena ada tiga sesi pengerjaan akibat keterbatasan jumlah komputer, dan paket soal UNBK diduga tidak mencapai 21

4 paket untuk satu ruang, sehingga peserta menyatakan mereka mendapat paket soal yang sama (Siswadi, 2016). Pada pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2017 ini terdapat kasus bunuh diri yang dilakukan oleh siswi di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Kasus bunuh diri ini disebabkan oleh oknum guru yang tidak terima karena siwi tersebut telah mengungkap adanya kecurangan Ujian Nasional di sekolahnya dengan memosting di media sosial jika telah terjadi kecurangan dalam pelaksaan Ujian Nasional di sekolahnya. Oknum guru yang tidak terima lantas mengintimidasi dan mengancam akan memberikan nilai jelek pada nilai Ujian Sekolah siswi tersebut yang membuat siswi tersebut menjadi ketakutan (Retaduari, 2017). Penyebab utama kecurangan-kecurangan pada Ujian Nasional disebabkan oleh siswa yang terlalu takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada saat pelaksanaan Ujian Nasional. Penyebab lain terjadinya kecurangan pada Ujian Nasional yaitu siswa tidak percaya diri jika dapat mengerjakan soal Ujian Nasional dengan baik. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Menurut Goleman (1997), terlalu cemas dan takut akan sesuatu hal yang buruk menjelang ujian, dapat mengganggu konsentrasi belajar, mengganggu kejernihan pikiran dan daya ingat. Jika kejernihan pikiran sudah terganggu, siswa dapat melakukan hal-hal negatif. Siswa mengambil jalan pintas agar mendapat hasil yang memuaskan dengan cara melakukan kecurangan pada Ujian Nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai kecemasan menghadapi Ujian Nasional pada 15 persen siswa SMA peserta Ujian Nasional 2012 dengan hasil 22.4 persen merasa sangat cemas, 56.0

5 persen merasa cemas, dan 21.6 persen merasa tidak cemas (Yakub, 2012). Kecemasan menghadapi Ujian Nasional jika tidak diminimalkan atau ditangani sejak awal akan berpotensi buruk pada psikologis dan kehidupan akademis, siswa akan cenderung menjadi sulit untuk berkonsentrasi dan menjadi tidak percaya diri. Kondisi tersebut merupakan gambaran mengenai kecemasan akademik pada siswa. Nevid, Rathus, dan Greene (2005), memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Pengertian tersebut mempunyai makna jika kecemasan merupakan bagian dari rasa khawatir akan kegagalan terhadap harapan yang diinginkan. Hal ini yang menyebabkan individu berfikiran secara tidak rasional dan emosional pada setiap aktivitas yang akan dilakukannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Banga (2014), menunjukkan bahwa persaingan akademik membuat siswa lebih cemas dan memengaruhi kesehatan mental. Siswa merasa jika kegiatan akademik adalah suatu hal yang berat, kondisi ini menjadi beban siswa saat melakukan kegiatan akademik di sekolah maupun di rumah. Kecemasan akademik akan terus berlangsung selama peserta didik berhubungan dengan hal yang berkaitan dengan sekolah. Jika kecemasan akademik tidak segera ditangani, dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti siswa melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas, berkinerja buruk pada pekerjaan sekolah, gagal dalam kelas dan menarik diri untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Shakir (2014), mengungkapkan bahwa kecemasan akademik yang dialami siswa umumnya adalah jenis kecemasan

6 yang terkait dengan bahaya yang akan datang dari lingkungan lembaga akademik termasuk guru di mata pelajaran tertentu seperti Matematika dan Bahasa Inggris. Dapat disimpulkan, siswa akan mengalami kecemasan akademik ketika berhadapan dengan hal yang berkaitan dengan sekolah seperti, persaingan akademik, guru dan mata pelajaran yang dianggap sulit. Jika kecemasan tersebut masih berlangsung dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis yang akan mempengaruhi pencapaian akademik. Hasil penelitian Nasution dan Fasti (2012), menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecemasan tinggi membuat perhatiannya mudah teralihkan dan menjadi kurang berkonsentrasi. Selain itu, siswa yang memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal buruk yang belum tentu terjadi menimbulkan distres fisologis seperti jantung berdetak cepat, keringat dingin dan tegang otot, oleh sebab itu siswa diharapkan mendapat dukungan sosial untuk meminimalkan kecemasan yang dialaminya, dukungan tersebut bisa berasal dari orangtua. Dukungan sosial yang diberikan orangtua kepada anaknya diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialami siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2010), menunjukkan adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dan kecemasan menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII Reguler SMA 1 Surakarta. Semakin tinggi dukungan sosial akan menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diterima siswa, maka semakin tinggi kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.

7 Sarafino (2012), mendefinisikan dukungan sosial yaitu mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok pada individu. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber seperti pasangan hidup, keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dan organisasi komunitas. Taylor (2009), dukungan sosial dapat diklasifikasikan dalam keluarga seperti orangtua. Menurut Taylor (2009), bentuk dukungan yang diberikan dapat berupa bantuan materil, dukungan informasi seperti saran dan nasehat, serta dukungan emosional seperti mendapat perhatian. Individu yang mendapat dukungan sosial akan merasa dilindungi oleh individu yang memberikan dukungan. Dukungan sosial yang dirasakan secara lebih konsisten mampu meningkatkan kesehatan psikis dan melindungi psikis dalam kondisi stres. Dukungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perceived support atau dukungan yang diterima dan dirasakan individu. Perceived support merupakan dukungan atau bantuan yang dirasakan oleh yang menerima dan berasal dari orangtua (Sarafino, 2012). Hasil penelitian tentang dukungan sosial dan kecemasan akademik yang dilakukan oleh Glozah (2013) di SMA Ghana menunjukkan bahwa hubungan interpersonal yang baik antara remaja, lingkungan sekolah yang ramah, keluarga yang harmonis dan rasa percaya diri yang tinggi dapat mengurangi stres akademik. Hasil penelitian dari Adawiah, Safree, dan Yasin (2009), mengemukakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan masalah psikologis, semakin tinggi dukungan sosial, maka akan semakin rendah masalah psikologis. Penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan kecemasan

8 menghadapi Ujian Nasional juga dilakukan oleh Fisabillia dan Abidin (2013), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial akan menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Dapat disimpulkan, dukungan sosial cukup besar pengaruhnya dalam menurunkan kescemasan menghadapi Ujian Nasional. Upaya untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional tidak hanya dengan menerima dukungan sosial, namun keyakinan diri dan rasa percaya diri siswa juga diperlukan dalam menghadapi Ujian Nasional. Keyakinan diri ini disebut dengan efikasi diri. Salah satu dimensi efikasi diri menurut Baron dan Byrne (2012) adalah efikasi diri akademik. Menurut Baron dan Byrne (2012) efikasi diri akademik adalah keyakinan individu akan kemampuannya melakukan tugas-tugas, mengatur kegiatan belajar mereka sendiri, dan hidup dengan harapan akademiknya sendiri dan orang lain. Constantinescu, Besu, dan Nevogan (2013), menyatakan bahwa efikasi diri berkorelasi dengan persepsi dukungan sosial yang diterima orang lain. Dalam penelitian ini tidak hanya memfokuskan dukungan sosial orangtua untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, namun peneliti juga tertarik untuk melihat hubungan efikasi diri akademik dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional. Efikasi diri akademik akan mempengaruhi pembelajaran dan prestasi individu (Bandura, Schunk, & Pajares, dalam Ormrod, 2008). Individu yang meyakini kemampuan akademiknya dalam melaksanakan suatu tugas dengan baik akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai prestasinya dengan baik, sedangkan individu yang tidak memiliki keyakinan diri

9 merasa tidak percaya diri dan merasa khawatir jika dapat melewati ujian dengan baik. Hal tersebut didukung dengan penelitian tentang hubungan efikasi diri dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional yang dilakukan oleh Rini (2013), bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional. Semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah kecemasannya dalam menghadapi Ujian Nasional, begitu pula sebaliknya, semakin rendah efikasi diri maka akan semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional. Kebaruan dalam penelitian ini adalah menggabungkan variabel dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik sebagai prediktor terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada tempat penelitian yang baru yaitu di SMA N 3 Magelang. Alasan peneliti menggabungkan variabel dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik sebagai prediktor terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional karena faktor yang memengaruhi kecemasan individu disebabkan oleh faktor lingkungan seperti, kurangnya dukungan sosial, selain itu, faktor kognitif juga merupakan faktor yang memengaruhi kecemasan individu seperti, rendahnya efikasi diri individu (Nevid dkk., 2005). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2017 dengan guru BK, didapatkan hasil jika rata-rata siswa kelas XII SMA N 3 Magelang mengeluhkan sistemik Ujian Nasional yang baru seperti, ada tiga jenis ujian yang harus ditempuh, banyaknya materi yang harus dikuasai pada ujian sekolah yaitu materi kelas X hingga kelas XII, adanya tambahan mata pelajaran yang diujikan pada USBN, dan mulai diberlakukannya UNBK. Hal tersebut membuat siswa merasa terbebani karena harus mempelajari lagi materi pada kelas X dan XI serta

10 takut jika pada pelaksanaan UNBK menemukan banyak kendala. Selain itu, masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dengan persiapannya dalam menghadapi Ujian Nasional karena merasa kurang menguasai materi yang akan diujikan dan kurang pandai dalam penggunaan komputer. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti dapat menarik dua kesimpulan. Pertama, apabila siswa tidak mendapatkan dukungan sosial dari orangtua, siswa akan merasa cemas dalam menghadapi Ujian Nasional, resah, pesimis dan mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Kedua, apabila siswa tidak memiliki efikasi diri akademik, maka siswa tidak akan yakin pada kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan tugas akademik. Siswa merasa tuntutan akademik seperti Ujian Nasional merupakan hal yang menakutkan, merasa tidak percaya diri jika dapat melewati ujian dengan baik, hal ini dapat meningkatkan kecemasannya dalam menghadapi Ujian Nasional. Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan peneliti mengenai fenomenafenomena mengenai Ujian Nasional diatas masih layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional. Penelitian ini tidak hanya melihat hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional, namun peneliti juga menambahkan variabel efikasi diri akademik sebagai prediktor terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar kontribusi variabel efikasi diri akademik dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional.

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan antara dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA N 3 Magelang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik dengan kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi khususnya pada Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sosial yang berkaitan dengan dukungan sosial orangtua dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional dan efikasi diri akademik dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian di bidang psikologi pendidikan selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa kelas XII, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada siswa mengenai pentingnya dukungan sosial orangtua dan efikasi diri akademik agar dapat mengelola kecemasan

12 dengan baik pada saat mengalami kecemasan akademik menghadapi Ujian Nasional. b. Bagi orangtua, penelitian ini dapat menambah pengetahuan pada orang tua dalam mendampingi serta membimbing putra-putrinya yang menghadapi Ujian Nasional. c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan agar pihak sekolah dapat memiliki gambaran mengenai dukungan sosial orangtua dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional dan memberi pengetahuan mengenai pentingnya efikasi diri akademik bagi siswa yang menghadapi Ujian Nasional.

xiv xiv