PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA UBI SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN UBI JALAR PUTIH SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANFAATAN SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG

PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Keywords: Batang pisang, batang jagung, bibit F2, Pertumbuhan Miselium

BAB I PENDAHULUAN. baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang umumnya tidak memiliki nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

MULTIPLIKASI JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA BERBAGAI MEDIA TANAMAN

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA BIJI LAMTORO DAN BIJI MILLET DARI F0 UBI JALAR KUNING

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA TANAM BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN UBI JALAR PUTIH, UBI JALAR KUNING, DAN SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF POTATO DEXTROSE AGAR (PDA) UNTUK PERTUMBUHAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA MEDIA BIJI SORGUM DAN KACANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FORMULASI MEDIA PRODUKSI BIBIT F2 JAMUR TIRAM PUTIH SEED PRODUCTION MEDIA FORMULATIONS F2 WHITE OYSTER MUSHROOM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM TALAS PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

PEMANFAATAN BIJI KLUWIH SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM PUTIH DAN JAMUR MERANG

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

TUGAS AKHIR SB091358

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

TEKNOLOGI MEMBUAT MEDIA PDA Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

Nadia Merisya, Nurmiati *) dan Periadnadi

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MEDIA TUMBUH DALAM PEMBUATAN BIBIT INDUK JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

Yuni Ida Alfisyah Agus Sutanto. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia


PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIAALANG ALANG DAN AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

REKAYASA MEDIA TANAM MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG DAN DEDAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) ABSTRACT

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A005. PEMANFAATAN LIMBAH ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

PENGARUH PENAMBAHAN KARDUS DAN AIR LERI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) YANG DITANAM PADA BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TAKARAN SUKROSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Transkripsi:

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA UBI SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: Fitri Cahyaningsih A 420 130 003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA UBI SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF Abstrak Media pertumbuhan bibit jamur pada umumnya menggunakan PDA. Ubi singkong banyak mengandung karbohidrat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti kentang dalam pembuatan bibit F0 jamur. Ubi singkong juga dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur tiram dan jamur merang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan, warna miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ubi singkong. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu melakukan percobaan secara langsung dengan membuat media ubi singkongdengan berat(150 g, 200 g, dan 250 g) untuk pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter miselium bibit F0 untuk jamur tiram yang tercepat adalah pada media dengan berat 200 g(j1m2) yaitu 3.7 cm dan yang terlambat adalah media dengan berat 150 g(j1m1) yaitu 2.6 cm. Sedangkan pertumbuhan pertumbuhan miselium bibit F0 jamur merang yang tercepat pada media dengan berat 250g(J2M3) yaitu 4.5 cm dan yang terlambat adalah media dengan berat 150 g(j2m1) yaitu 0.8 cm. Miselium bibit F0 Jamur tiram berwarna putih kompak, sedang pada jamur merang putih tidak kompak. Kata Kunci :indukan jamur tiram, indukan jamur merang, media ubi singkong Abstract The commontly medium used for fungus growth is PDA. Cassava is one food that has a high carbohydrate content that can be used as a substitute for potatoes in the manufacture of seeds F0 mushrooms. Cassava can also be used as a medium for the growth of oyster mushroom and mushroom. The purpose of this research is to know the growth rate, color of mycelium seeds F0 oyster mushroom and mushroom on cassava media. Method of this research uses experimental method that is experiment directly by making cassava media in weight (150 g, 200 g, 250 g) for growth of mycelium seeds F0 oyster mushroom and mushroom. The results showed that the speed of growth of mycelium seeds of F0 for the fastest oyster mushroom was on medium with weight 200 g (J2M1) which was 3.7 cm and the latter was on medium with concentration 150 g (J1M3) that was 2.6 cm.while the growth speed of mycelium seeds of F0 mushroom is the fastest in the medium with weight 250 g (J2M3) which is 4.5 cm and the late is medium with weight 250 g (M1J2) that is 0.8 cm. Mycelium seeds F0 Oysters are compact and white oyster, while white fungus is not compact. Keywords : Media cassava, Oyster mushroom, Mushroom. 1. PENDAHULUAN Jamur merupakan komoditas yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Menurut Mayun 2007 dalam (Gustam), kebutuhan jamur dipasaran dalam negeri mempunyai prospek yang baik. Kebutuhan jamur untuk jakarta, bogor, bandung, dan sekitarnya membutuhkan rata-rata 15 ton untuk setiap harinya. Hal ini dipertegas oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliani (2007) bahwa, kebutuhan jamur di daerah: jakarta, bogor, bandung membutuhkan rata-rata 15 ton 1

per harinya, sedangkan di malaysia membutuhkan rata-rata 15 ton per minggunya, maka hal tersebut membuat jamur menjadi komoditas yang potensial untuk dibudidayakan. Jamur merang dan jamur tiram mempunyai banyak manfaat karena memiliki kandungan gizi yang baik untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan tubuh. Menurut Agromedia (2010), jamur merang setiap 100 gram memiliki kandungan 25,9 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 4 gram karbohidrat. Kandungan gizi yang dimiliki jamur tiram dalam 100 gram terdapat 27 gram protein, 1,6 gram lemak, dan 58 gram karbohidrat. Manfaat yang diperoleh dari mengkonsumsi jamur merang dan jamur tiram baik untuk kesehatan maka kebutuhan jamur merang dan jamur tiram meningkat dan perlu adanya budidaya jamur merang dan jamur tiram. Dalam budidaya jamur ada 4 tahapan yaiti tahap f0, f1, f2, dan f3. F0 merupakan tahap awal pada budidaya jamur yaitu isolasi spora atau bagian tubuh jamur kedalam media dalam keadaan steril, spora kemudian berkecambah dan membentuk hifa yang semakin kompleks dan kemudian akan membentuk misellium (Nurjanah, 2016). Pembibitan F0 dipilih karena kualitas bibit merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya jamur karena bibit F0 adalah tahapan awal dalam budidaya jamur. Menurut Patmasari (2007), bibit harus berasal dari biakan murni, bebas dari kontaminasi, dan memiliki sifat unggul. Untuk membuat bibit jamur dapat dilakukan oleh tenaga terlatih dan berpengalaman, dengan demikian terbuka peluang usaha budidaya jamur dengan standar mutu yang menjamin keberhasilan jamur berkualitas Media pertumbuhan bibit jamur pada umumnya menggunakan PDA, media padat dengan komposisi: kentang, gula dan agar. Kentang memiliki harga yang cukup mahal sehingga diperlukan bahan pengganti kentang, selain dari harga ubi singkong yang relatif lebih murah daripada singkong, maka pengganti kentang adalah ubi singkong. Pemilihan ubi singkong dikarenakan bahan mudah ditemukan dan memiliki potensial. Menurut Departemen Pertanian 2009 dalam (Antari), produksi ubi kayu di indonesia mengalami peningkatan dari 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun 2009 atau mengalami peningakatan sebesar 11,32%. BPOM 2011 dalam (Richana, 2012) menjabarkan, setiap 100 gram kentang mempunyai kandungan karbohidrat sebanyak 17 gram, sedangkan kandungan karbohidrat dari singkong sebanyak 34,70 gram. Artinya, ubi singkong memiliki kandungan karbohidrat tidak jauh berbeda dari kentang. Semakin banyak kandungan nutrisi yang masuk seperti fosfat, gula, bahan organik, selulosa, dan lignin pada media maka berat basah yang akan dihasilkan akan semakin tinggi. Kandungan karbohidrat yang tinggi maka baik digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Berdasarkan penelitian dari Ismawati (2016), tentang pemanfaatan ubi jalar putih, ubi jalar kuning, dan singkong sebagai media alternatif PDA mendapatkan hasil singkong dapat menumbuhkan misellium jamur 2

dengan diameter 37.5 mm dengan lama inkubasi 72 jam. Berdasarkan penelitian Hawusiwa (2015), pasta singkong yang diberikan perlakuan konsentrasi berbeda yaitu :15%, 20%, dan 25% akan didapatkan hasil yang berbeda pada setiap konsentrasi, konsentrasi 25% memiliki total karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 90,16%. Jumlah kadar karbohidrat dan protein pada setiap media tanam yang berbeda menghasilkan kadar nutrien yang berbeda. Ditunjang oleh penelitian Nasution (2016), rata-rata karbohidrat dan protein yang dikultur pada serbuk kayu kemiri mempunyai ratarata 0,76% dan protein 9,5% sedangkan rata-rata karbohidrat dan protein pada serbuk kayu campuran mempunyai kadar karbohidrat 0,73% dan kadar protein 9,3%. Hal ini disebabkan. Menurut Chazali (2010), syarat untuk media pertumbuhan jamur harus cukup mengandung karbohidrat. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA UBI SINGKONG SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF sebagai langkah awal untuk mengetahui pengaruh dari berat ubi singkong terhadap pertumbuhan bibit F0 jamur tiram dan jamur merang. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode eksperimen.metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan percobaan secara langsung dengan membuat media ubi singkong dengan berat (150 g, 200 g, 250 g) untuk pertumbuhan diameter miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan untuk menjelaskan pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang (warna dan kecepatan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil penelitian tentang Pemanfaatan Ubi Singkong Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.1Rerata pertumbuhan diameter miselium bibit F0 jamur tiram danjamur merang selama 7 hari Media/jamur Pertumbuhan misellium Diameter Warna Hari 3 (cm) Hari 5 (cm) Hari 7 (cm) (cm) J 1 M 1 1,5* 3,25 5,25 2,6* Putih kompak J 1 M 2 1,8 4,75 6,75 3,7** Putih kompak J 1 M 3 1,5* 4 6 3 Putih kompak J 2 M 1 1,5* 1,75* 1,75* 0,8* Putih J 2 M 2 6,75 9** 9** 4,5** Putih J 2 M 3 9** 9** 9** 4,5** Putih Tabel 3.1 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan miselium bibit F0 tercepat pada hari ketiga adalah J2M3, sedangkan pertumbuhan terlambat pada J2M1, J1M1, J1M3. Pada hari kelima rata-rata pertumbuhan tercepat pada J2M3 dan pertumbuhan terlambat 3

1.5 1.8 1.5 1.5 1.75 3.25 4 3.5 5.25 4.75 6 6.75 6.75 9 9 9 9 9 pada J2M1. Sedangkan pada hari ketujuh rata-rata pertumbuhan tercepat pada J2M3 dan pertumbuhan terlambat pada J2M1. Selanjutnya berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa, kecepatan pertumbuhan miselium bibit F0 untuk jamur tiram yang tercepat adalah pada media dengan berat 200 g(j1m2), sedangkan yang paling lambat adalah pada media dengan berat 150 g (J1M3). Sedangkan kecepatan pertumbuhan miselium bibit F0 untuk jamur merang yang tercepat adalah pada media dengan berat 250 g (J2M3)dan kecepatan yang paling lambat adalah pada media dengan berat 250 g (J2M1). Selanjutnya terkait dengan parameter warna miselium bibit F0, berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa media dengan berat 200 guntuk pertumbuhan bibit F0 jamur tiram (J1M2)memiliki warna yang paling bagus yaitu putih kompak. Sedangkan media dengan berat 150 g untuk pertumbuhan bibit F0 jamur merang (J2M1)memiliki warna yang kurang bagus yaitu putih kekuningan 3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, ubi singkong sebagai media alternatif pertumbuhan bibit F0 dengan berat 150 g, 200 g, dan 250 g dapat digunakan untuk media alternatif. Pada gambar 4.1 perlakuan yang berbeda pada ubi singkong sebagai media alternatif pertumbuhan miselium bibit F0 jamur merang dan jamur tiram dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan miselium dalam waktu satu minggu. hari ke-3 hari ke-5 hari ke-7 M 1 J 1 M 2 J 1 M 3 J 1 M 1 J 2 M 2 J 2 M 3 J 2 Gambar 4.1pertumbuhan diameter miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ubi singkong dengan berat 150 g, 200 g, dan 250 gdari hari ke-3 sampai hari ke-7 Berdasarkan gambar 3.2 pertumbuhan miselium jamur tiram yang terbaik dengan media berat 200 g pada hari ke-7 didapatkan miselium tumbuh dengan diameter yang paling luas 6,75 cm, sedangakan bibit F0 pada jamur merang yang terbaik pada berat 200 g dan 250 g untuk hari ke-7 didapatkan miselium tumbuh dengan diameter terluas 9 cm. Hal ini terjadi mungkin karena pada berat 200 g dan 250 g terdapat kandungan nutrisi yang optimal untuk mencukupi pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang. Hal ini di dukung oleh Mufarrihah (2009) bahwa kandungan nutrisi yang semakin meningkat akan 4

0.8 2.6 3 3.7 4.5 4.5 mempengaruhi kinerja enzim untuk lebih aktif dalam mendegradasi senyawa-senyawa tersebut, sehingga akan menghambat pertumbuhan miselium. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Thongklang (2010) yang menjelaskan bahwa sumber karbon (karbohidrat) adalah nutrisi yang paling penting bagi pertumbuhan jamur dan harus tersedia dalam jumlah yang lebih besar dari nutrisi yang lain. Pertumbuhan jamur juga tergantung dari kondisi lingkungan seperti ph, suhu, dan substrat jamur tiram jamur merang B E R A T 1 5 0 G B E R A T 2 0 0 G B E R A T 2 5 0 G Gambar 4.2pertumbuhan diameter miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang selama satu minggu pada media ubi singkong dengan berat 150 g, 200 g, dan 250 g. Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan bahwa media dengan berat 200 g dan 250 g merupakan konsentrasi yang terbaik sebagai media alternatif untuk pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jmaur merang. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurjanah (2016) media yang paling baik dalam pertumbuhan bibit F0 pada berat 200 g, karena mungkin pada berat 200 g terdapat kandungan nutrisi yang optimal untuk mencukupi pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang. Perbedaan konsentrasi ubi singkong memberikan perbedaan pengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan miselium karena diasumsikan terdapat perbedaan nutrisi yang terkandung dalam masing-masing konsentrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Handiyanto (2013) bahwa ketersediaan nutrisi yang tepat dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan miselium jamur. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada media yang memiliki kandungan karbohidrat. Hal ini sejalan dengan pendapat Riyanto (2010) bahwa sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat (polisakarida, disakarida, dan monosakarida), asam organik, asam amino, dan lignin. Hal ini didukung oleh Mufarrihah (2009) bahwa nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram diantaranya karbohidrat, protein, nitrogen, serat, dan vitamin. Senyawa ini dapat diperoleh dari ubi singkong yang memiliki kandungan karbohidrat 34,70% menurut Richana (2012). 5

A Gambar 3.4 pertumbuhan miselium jamur tiram pada media ubi singkong (A) berat150 g, (B) berat200 g, (C) berat 250 g. B C Gambar 3.5 pertumbuhan miselium jamur merang pada media ubi singkong (A) berat150 g, (B) berat200 g, (C) berat 250 g. Bibit F0 pada jamur merang dan jamur tiram yang di hasilkan baik karena tidak terjadi kontaminasi oleh jamur lain dan bakteri. Hal ini didukung oleh penelitian Muliana (2000), bahwa kontaminan yang biasanya menyerang dapat berupa kapang, bakteri atau khamir. Pernyataan ini dipertegas oleh penelitian Suriawiria (2002), bahwa kontaminasi adalah kehadiran jamur lain yang merugikan dan ditandai adanya serat-serat berwarna gelap seperti hijau, hitam, biru, atau coklat. Berdasarkan uraian diatas, pertumbuhan bibit F0 jamur merang dan jamur tiram pada media alternatif ubi singkong dengan konsentrasi yang berebda menghasilkan pertumbuhan miselium yang berbeda pada masing-masing media. Media ubi singkong yang paling cepat untuk pertumbuhan miselium pada berat 200 g, 250 g, kemudian 150 g. Hal ini menunjukkan bahwa ubi singkong mengandung karbohidrat, protein, serat, lemak, dan vitamin dapat digunakan sebagai media alternatif untuk pertumbuhan bibit F0 jamur tiram dan jamur merang, karena terlihat adanya pertumbuhan miselium pada media tersebut. 4. PENUTUP A B C Media ubi singkong untuk pertumbuhan bibit F0 jamur tiram yang tercepat adalah pada berat 200 g dengan warna miselum putih kompak, sedangkan pada pertumbuhan bibit F0 jamur merang adalah pada berat 250 g dengan warna miselium putih tidak kompak. 6

PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Hj. Suparti. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Agromedia. (2010). Bertanam jamur konsumsi. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka. Aini, F. N. (2013). Pengaruh Penambahan Enceng Gondok Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih.Surabaya : FMIPA. ITS. Alex, S. (2011). Untung Besar Budidaya Aneka Jamur. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Benson, H. (2002). Microbiological Applications Laboratory Manual In General Microbiology. New York : McGraw Hill. Chang, S. And Miles, P. G. (2004). Mushroom. Cultivation, National Value, Medicinal Effect, and Enviromental Impact. Boca Rotan : CRC Press. Chazali, S. (2010). Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Jakarta : penebar Swadaya. Darwis, W. (2013). Pembuatan Isolat Jamur Obat Picnoporus sanguineus Prosiding. Seminar FMIPA. Universitas Lampung: 459-463. Gunawan, A. W. (2004). Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebar Swadaya. Handiyanto, S.; Hastuti, U.S.; Prabaningtyas. (2013). Pengaruh Medium Air Cucian Beras Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Miselium Biakan Murni Jamur Tiram Putih. Seminar Nasional X Biologi, Sains, Lingkungan Pembelajaran. Surakarta. Hawusiwa, E. S. (2015). Pengaruh Konsentrasi Pasta Singkong (Manihot esculenta) Dan Lama Fermentasi Pada Proses Pembuatan Minuman Wine Singkong. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.3 No. 1 P. 147-155. Malang : Universitas Brawijaya. Ismawati, N. (2016). Pemanfaatan Ubi Jalar Putih, Ubi Jalar Kuning, Dan Singkong Sebagai Media Alternatif Potato Dextrose Agar (PDA) Untuk PertumbuhanAsperigllus niger. (Skripsi S-1 Progdi Biologi). Surakarta : FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maulana, E. (2012). Panen Jamur Tiap Musim, Panduan Lengkap Bisnis dan Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta : Lily Publisher. Mayun, I. A. (2007). Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvacea) Pada Berbagai Media Tumbuh. Jurnal Agritrop. Vo. 26 No.3. Bali : Universitas Udayana. Martunis. (2012). Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia (4:03). Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala Darussalam. 7