I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman. BantuanPremiAsuransiUsahaTernakSapi TahunAnggaran2017. DirektoratJenderalPrasaranadanSaranaPertanian KementerianPertanianRepublikIndonesia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Strategi (Pasal 7) Ruang Lingkup (Pasal 2)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman. BantuanPremiAsuransiUsahataniPadi TahunAnggaran2017. DirektoratJenderalPrasaranadanSaranaPertanian KementerianPertanianRepublikIndonesia

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN SAPI/KERBAU BETINA BUNTING TAHUN 2015

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

PEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

-3- BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN KARTU TERNAK SAPI DI KABUPATEN BADUNG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

L E M B A R A N D A E R A H PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN TERNAK DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/Permentan/PK.440/10/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

FORMULIR. 1. Formulir 1 surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 62/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakteristik usaha sektor pertanian, khususnya subsektor budidaya dan pembibitan sapi, dianggap berisiko tinggi karena bersifat biologis yang rentan terhadap serangan penyakit dan kematian, sehingga dapat menyebabkan kerugian. Usaha peternakan memiliki berbagai risiko kematian diantaranya diakibatkan oleh karena kecelakaan, bencana alam dan termasuk wabah penyakit. Bedasarkan hal tersebut, maka sesuai dengan undang-undang no 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemerdayaan Petani dan Peraturan Menteri Pertanian No. 40 / Permentan / SR. 230 / 7 /2015 tentang Fasilitas Asuransi Pertanian, diperlukan Asuransi Pertanian. Asuransi Pertanian merupakan Pengalihan resiko yang dapat memberikan ganti rugi akibat kerugian usaha tani atau ternak sehingga keberlangsungan usaha dapat terjamin, oleh karena itu sangat penting bagi para petani atau peternak untuk melindungi usaha ternaknya dengan mengikutsertakan dalam asuransi. Kerugian yang akan di alami peternak akan berdampak pada keberlangsungan usaha ternak itu sendiri, resiko yang paling sering dialami adalah resiko kematian yang akan menyebabkan kerugian pada peternak. untuk dapat mengatasi kemungkinan resiko yang akan di alami oleh usaha ternak maka mengikut sertakan asuransi pada ternaknya merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk menjamin dari kemungkinan resiko yang akan dialami oleh ternak. Untuk itu pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengalokasikan kegiatan fasilitas Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau(AUTS/K) untuk Provinsi Bali dengan target 5000 ekor. Melalui dana tugas pembantuan ( TP ) pada SKPD Provinsi. 1

B. Maksud dan Tujuan 1 Petunjuk pelaksanaan AUTS/K dimaksudkan untuk menjadi acuan pelaksanaan bagi petugas maupun peternak dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi akses AUTS/K. sedangkan maksud dari Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K) adalah untuk menjamin keberlangsungan usaha peternakan petani. 2. Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk : (1) Meningkatkan pemahaman pelaku usaha terhadap AUTS/K; (2) Memberikan kemudahan kepada pelaku usaha dalam mengakses AUTS/K; dan (3) Meningkatkan koordinasi AUTS/K dengan stakeholders terkait.. C. Sasaran Sasaran dari AUTS/K adalah dapat terlindunginya peternak sapi atau kerbau dari kerugian usaha yang di akibatkan oleh kematian dan/atau kehilangan supaya peternak dapat melanjutkan usahanya. D. Ruang lingkup Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan kegiatan Asuransi Usaha Ternak Sapi/kerbau (AUTS/K): melakukan sosialisasi program asuransi kepada peternak dan pemangku kepentingnlainya; menerima usulan dari Dinas kabupaten/kota dan mengusulkan penetapan peserta asuransi kepada Ditjen PKH secara preodik; menerima pelaksanaan AUTS/K; monitoring evaluasi pelaksanaan AUTS/K kepada Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. E. Pengertian 1. Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung dengan pembayaran premi asuransi sehingga penanggung berkewajiban membayar kerugian yang terjadi dan dijamin. dan 2

2. Asuransi Usaha Ternak Sapi/kerbau (AUTS/K) adalah perjanjian antara perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan peternak sebagai tertanggung dimana dengan menerima premi asuransi, perusahaan asuransi akan memberikan penggantian kerugian kepada peternak karena sapi/kerbau mati akibat penyakit, kecelakaan dan beranak, dan/atau kehilangan sesuai ketentuan dan persyaratan Polis asuransi. 3. Polis asuransi Pertanian adalah dokumen perikatan asuransi pertanian, memuat antara lain hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai bukti tertulis terjadinya perjanjian asuransi dan ditandatangani oleh penanggung. 4. Ikhtisar Polis adalah dokumen yang dilampirkan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari polis asuransi yang memuat rincian pertanggungan seperti jangka waktu asuransi, harga pertanggungan dan jumlah premi yang harus dibayar, dan lain-lain. 5. Harga Pertanggungan adalah nilai sapi/kerbau yang ditetapkan berdasarkan perkiraan harga perolehan atau perkiraan harga jual oleh tertanggung dan disetujui oleh penanggung sebagai nilai maksimum ganti-rugi, dan dasar perhitungan premi. 6. Premi adalah sejumlah nilai uang yang diperoleh dari perkalian Suku premi terhadap Harga pertanggung, yang dibayar oleh tertanggung sebagai syarat sahnya perjanjian asuransi dan memberikan hak kepadanya untuk menuntut kerugian. 7. Penanggung adalah perusahaan asuransi umum secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan perusahaan asuransi umum yang lain, menanggung risiko usaha peternakan sapi/kerbau, menerima pembayaran premi dan menerbitkan polis asuransi sebagai dasar perikatan untuk membayar tuntutan ganti-rugi jika terjadi kerugian sesuai ketentuan dan persyaratan polis asuransi. 3

8. Tertanggung adalah pelaku usaha ternak sapi/kerbau baik peternak, kelompok ternak, gabungan kelompok ternak, koperasi ternak, yang mempertanggungkan ternak sapi/kerbau, yang dibuktikan dengan mengisi Formulir permohonan asuransi dan membayar premi asuransi. 9. Obyek Pertanggungan adalah sapi/kerbau yang dipelihara oleh pelaku usaha peternakan sapi pembibitan dan/atau pembiakan. 10. Potensi klaim adalah sapi/kerbau menderita sakit atau mengalami kecelakaan walaupun belum sampai mengalami kematian. 11. Klaim adalah tuntutan ganti rugi karena terjadinya bencana yang berakibat pada kerugian keuangan bagi tertanggung dan memberi hak kepadanya untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penanggung. 12. Sapi/kerbau sakit adalah kondisi fisik sapi/kerbau yang ditandai dengan penyimpangan patologis dari keadaan kesehatan yang normal, disebabkan antara lain karena proses degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infeksi parasit, dan infeksi mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia. 13. Sapi/kerbau mati adalah hilangnya nyawa yang diindikasikan dengan tidak berfungsinya organ-organ yang menunjang kehidupan sapi/kerbau akibat serangan penyakit hewan atau karena kecelakaan atau karena beranak yang dibuktikan dengan pemeriksaan visum/keterangan oleh dokter hewan atau pejabat teknis yang berwenang atau lurah setempat jika kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan visum. 14. Sapi/kerbau hilang adalah raibnya sapi akibat kecurian tanpa sepengetahuan pemilik yang mengakibatkan kerugian yang dibuktikan dengan surat keterangan kehilangan dari kepolisian setempat diketahui oleh dinas Kabupaten Kota. 15. Sapi /Kerbau kecelakaan adalah suatu kejadian yang dapat menimbulkan cacat fisik yang berpotensi menyebabkan kematian atas sapi/kerbau yang diasuransikan. 4

16. Wabah adalah kejadian luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu penyakit hewan menular baru disuatu wilayah atau kenaikan kasus penyakit hewan menular secara mendadak yang ditetapkan oleh peraturan perundang undangan yang berlaku 17. Ganti rugi gagal usaha akibat kejadian luar biasa adalah ganti rugi yang tidak ditanggung oleh asuransi pertanian yang diakibatkan antara lain oleh terjadinya pemusnahan ternak yang disebabkan oleh area endemik, bencana alam periodik dan/atau rusaknya infrastruktur pertanian 5

II DASAR HUKUM 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003.Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4286); 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara (lambaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelola dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5619); 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433); 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613); 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018 (Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6158); 8 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara 6

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423); 9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391); 10 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 8); 11 Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 85); 12 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompok tani; 13 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan /OT.210/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Tahun 2015 Nomor 1243); 14 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1063); 15 Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor /Kpts /PK.240 /B /12 /2017 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi / Kerbau 16 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (06) Tahun Anggaran 2018 Nomor SP DIPA 018.06.4.229102/2018 tanggal 5 Desember 2017 7

III. KRITERIA PERSYARATAN DAN PERTANGGUNGAN AUTS/K a. Kriteria 1 Peternak sapi atau kerbau yang melakukan usaha pembibitan dan / atau pembiakan. 2 sapi atau kerbau betina dalam kondisi sehat, minimal berumur 1 (satu tahun) dan masih produktif. 3 Peternak sapi atau kerbau seala usaha kecil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Persyaratan 1 Sapi atau kerbau memiliki penanda atau identitas yang jelas( eartag, necktag, micro-chip atau lainya) 2 Peternak sapi atau kerbau bersedia membayar premi swadaya sebesar 20% dari nilai premi. 3 Peternak sapi atau kerbau bersedia memenuhi persyaratan dan ketentuan polis asuransi. c. Pertanggungan AUTS/K 1 Resiko yang Dijamin a. Sapi atau kerbau mati karena penyakit b. Sapi atau kerbau mati karena kecelakaan c. Sapi atau kerbau mati karena beranak d. Sapi atau kerbau hilang karena kecurian 2 Ganti rugi Ganti rugi dapat diberikan oleh penanggung kepada tertanggung dengan ketentuan sebagi berikut: a. Terjadi kematian atas ternak sapi atau kerbau yang diasuransikan. b. Terjadi kehilangan atas ternak sapi/kerbau yang diasuransikan c. Kematian ternak sapi atau kerbau terjadi dalam jangka waktu pertanggungan. 3 Harga Pertanggungan Merupakan harga nominal perolehan sapi tanpa penambahan biaya lain yang disepakati oleh tertanggung dan penanggung. Harga pertanggunagn seluruhnya (total sums insured) merupakan penjumlahan harga pertanggungan seluruh sapi. Harga 8

Pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi,dan merupakan jumlah maksimum ganti rugi. 4 Premi Premi asuransi untuk sapi/kerbau sebesar 2% dari harga pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000.- per ekor, yaitu sebesar Rp. 200.000,- per ekor pertahun. Berdasarkan bantuan premi dari pemerintah sebesar 80% atau sebesar 160.000,- per ekor pertahun dan sisanya swadaya peternak sebesar 20% atau sebesar Rp. 40.000,- per ekor per tahun. 5 Jangka Waktu Pertanggungan Jangka waktu pertanggungan asuransi untuk sapi atau kerbau selama 1 (satu) tahun dimulai seja melakukan pembayaran premi asuransi yang menjadi kewajiban peternak. 9

IV. PELAKSANAAN AUTS/K A. Target dan lokasi AUTS/K Target AUTS/K untuk provinsi Bali sebanyak 5000 ekor yang dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota dengan rincian sebagai berikut : No Kabupaten /Kota Jumlah ( ekor ) 1 Denpasar 50 2 Badung 300 3 Gianyar 500 4 Bangli 650 5 Klungkung 400 6 Karangasem 1100 7 Buleleng 1250 8 Jembrana 300 9 Tabanan 450 B. Kegiatan 1 Sosialisasi Sosialisasi AUTS/K dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi bagi Kabupaten/Kota. Pelaksanaan sosialisasi dapat melibatkan stakeholders terkait (Direktorat Jenderal PKH, Direktorat Jenderal PSP, PT. Asuransi Jasindo, Otoritas Jasa Keuangan dan lainnya). 2 Koordinasi, pembinaan dan pendampingan oleh Provinsi dan Kabupaten Dinas provinsi dan kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan Kantor Cabang/Penjualan PT. Asuransi Jasindo di wilayahnya, Petugas Lapangan (SMD WP, Manager SPR,Inseminator, Medik, Para Medik) dan stakeholders lain yang berperan dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi dan fasilitasi bantuan premi AUTS/K sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian tentang 10

Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau.Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi dan kabupaten/kota melakukan pembinaan pada persiapan calon peserta penerima polis asuransi dan pasca terbit polis. Persiapan calon peserta AUTS/K meliputi penjelasan manfaat atau pentingnya asuransi ternak bagi kelangsungan usaha peternakan, dan tata cara mengakses asuransi ternak. Pembinaan pasca terbit polis dilakukan dengan pendampingan kepada peternak selama masa keikutsertaan asuransi agar apabila terjadi klaim dapat dipenuhi oleh perusahaan asuransi. 3 Penilaian Kelayakan/Verifikasi Peserta Dalam pelaksanaan fasilitasi bantuan premi AUTS/K, Dinas kabupaten/kota mendampingi pelaksana asuransi dengan melakukan penilaian kelayakan/verifikasi dalam proses pendaftaran maupun apabila terjadi klaim sesuai mekanisme pendaftaran dan klaim. Mekanisme pendaftaran peserta AUTS/K adalah sebagai berikut: 1) Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan melibatkan Perusahaan Asuransi Pelaksana dan stakeholders terkait; 2) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dankesehatan hewan melakukan sosialisasi,pendataan/inventarisasi dan pendampingan calon peserta AUTS/K yang melakukan usaha pembibitan dan/atau pembiakan sapi/kerbau di wilayah binaannya; 3) Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan 11

hewan kabupaten/kota menyusun rekapitulasi Pendataan /inventarisasi calon peserta asuransi sapi kerbau (Daftar Peserta Sementara /DPS) untuk selanjutnya diserahkan kepada Perusahaan Asuransi Pelaksana (Format 1); 4) Perusahaan Asuransi Pelaksana bersama dengan Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi /kabupaten /kota melakukan sosialisasi kepada calon peserta AUTS/K untuk selanjutnya melakukan pendaftaran (Format 2) yang ditindaklanjuti dengan asessment/verifikasi. 5) Apabila Perusahaan Asuransi Pelaksana menyetujui calon peserta AUTS/K sebagai peserta AUTS/K (Format 3), maka peserta AUTS/K wajib membayar premi swadaya sebesar 20% dari tarif premi. Untuk selanjutnya Perusahaan Asuransi Pelaksana sebagai bukti kepesertaan AUTS/K memberikan: a) bukti asli pembayaran premi swadaya; b) polis/sertifikat asuransi. 6) Perusahaan Asuransi Pelaksana menyampaikan rekapitulasi Polis yang telah diterbitkan kepada SKPD kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan untuk dijadikan dasar penerbitan Daftar Peserta Definitif (DPD). 7) Kepala SKPD kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan membuat rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan rekapan polis dari Perusahaan Asuransi Pelaksana dan disampaikan kepada kepala SKPD yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi. (Format 4); 8) Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan membuat rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K dari masing-masing kabupaten/kota dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan 12

Kesehatan Hewan (Format 5). 9) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membuat rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K dari masingmasing provinsi untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Format 6). 10) Perusahaan asuransi pelaksana, berdasarkan polis yang telah diterbitkan oleh masing-masing cabang asuransi mengajukan penagihan bantuan premi kepada Direktur jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; 11) Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui KPPN mencairkan dana bantuan premi asuransi atas nama peternak sesuai (Format 7) kepada perusahaan asuransi pelaksana. 4. Penilaian Kelayakan Klaim/Prosedur Penyelesaian Klaim 1 Mekanisme Pengajuan Apabila ternak sapi yang diasuransikan mengalami kematian yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau beranak dan/atau kehilangan, maka Tertanggung dapat melakukan pengajuan klaim kepada Penanggung.Pengajuan klaim dapat dilakukan oleh tertanggung kepada penaggung dengan ketentuan sebagai berikut Premi sudah dibayar kepada PT Jasindo sesuai ketentuan Terjadi potensi kematian atau menjadi tidak produktif yang disebabkan antara lain cacat, kecelakaan, penyakit atas ternak sapi atau kerbau yang diasuransikan sehingga harus dilakukan potong paksa Terjadi potensi kematian atas ternak sapi/kerbau yang diasuransikan. Resiko terjadi dalam jangka waktu pertanggungan 13

Pemberitahuan Potensi Klaim (claim notification) Jika terjadi potensi klaim atas ternak sapi/atau kerbau yang di asuransikan, Tertanggung segera memberitahukan kepada Penanggung.Pemberitahuan paling lambat 1 kali 24 jam dan dapat dilakukan memalui media komunikasiantara laian telpon, email, facsimile, atau sms kepada call center perusahaan asuransi Penanggung Pengendalian kerugian Pengendalian kerugian dimagsudkan agar pihak Penanggung segeramelakukan pemeriksaan dan mengambil langkah-langkah mitigasi kerugian, misalnya dengan memerintahkan untuk menjual atau memotong sapai/kerbau tersebut.untuk kepentingan asuransi keputusan mitigasi kerugian dalam bentuk menjual atau memotong sapi/kerbau dengan ini disepakati sebagai kematian sapi/kerbau. Hasil Perolehan/Penyelamatan (Salvage value) Hasil perolehan/penyelamatan (Salvage value)merupakan sisa dari objek pertanggungan yang masih memiliki nilai ekonomi. Hasil penjualan sapi/kerbau sakit dalam bentuk sapi/kerbau utuh maupun daging merupakan nilai salvage dan diperhitungkan sebagai penguranagan terhadap jumlah kalim yang akan diterima Tertanggung Resiko Sendiri (DeducibleI) Jika sapi/kerbau hilang karena kecurian, maka pengganti klaim kepada Tertanggung dikurangi risiko sendiri (deduciblel) sebesar 30% dari Harga Pertanggungan. 2 Klaim 1) Dalam hal terjadi kematian sapi/kerbau. Tertanggung segera menghubungi dokter hewan atau petugas teknis yang berwenang yang ditetapkan oleh Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. 14

Selanjutnya tertanggung membuat laporan klaim dengan format 8 dengan menyertakan Berita Acara kematian sesuai Format 9. 2) Dalam hal terjadinya kehilangan sapi/kerbau, Tertanggung segera menghubungi petugas teknis yang berwenang yang ditetapkan oleh Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. Selanjutnya tertanggung membuat laporan klaim sesuai format10 3 Persetujuan Klaim Perusahaan Asuransi Pelaksana melakukan pemeriksaan terhadap Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kematian dan/atau kehilangan, dan selanjutnya menerbitkan Surat Persetujuan Klaim dalam waktu maksimal 14 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya 4 Pembayaran Klaim Perusahan Asuransi Pelaksana melakukan pembayaran klaim dalam 14 (empat belas) hari kerja terhitung mulai tanggal persetujuan klaim.pembayaran klaim dilaksanakan dengan pemindahan buku (transfer) ke rekening Tertanggung C. Sumber Dana Sumber dana untuk kegiatan Pengembangan Pemodalan Kelompok Tani Ternak dialokasikan dalam DIPA Dinas Petrnakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Nomor SP DIPA 018.06.4.229102/2018 tanggal 5 Desember 2017 Rp. 50.000.000,- D. Rincian Kegiatan 5891.402.001 Pengembangan Usaha dan Penguatan Kelembagaan Petrenakan 100 Akses Pembiayaan dan Asuransi Ternak Rp. 50.000.000,- 521211 Belanja Bahan Rp. 3,050,000,- - Rapat dalam rangka sosialisasi Rp. 2.400.000,- 15

Dana dipergunakan untuk biaya rapat dalam rangka sosialisasi dalam pelaksanaan kegiatan AUTS/K sebanyak 40 orang diantaranya petugas kabupaten, peternak, pihak Perusahan Asuransi Pelaksana yang akan dilaksanakan pada bulan Maret 2018. - Pelaporan Rp. 650.000,- Dana dipergunakan untuk biaya laporan akhir kegiatan AUTS/K sebanyak 1 paket laporan yang akan dibuat pada bulan Desember 2018. 524111 Belanja Perjalanan Biasa Rp. 42.450,000,- - Dalam rangka koordinasi kepusat Rp. 6000.000,- Dana dipergunakan untuk biaya perjalanan dinas luar daerah dalam rangka koordinasi kepusat dalam pelaksanaan kegiatan AUTS/K sebanyak 1 OP. waktu pelaksaannya disesuaikan dengan undangan dari pusat. - Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi ke Kabupaten Rp. 14.400.000,- Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim provinsi dalam rangka Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi pelaksanaan kegiatan AUTS/K di lapangan yang dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun yaitu pada bulan : April, 16 OP x Rp. 450.000 = Rp. 7.200.000,- Agustus, 16 OP x Rp. 450.000 = Rp. 7.200.000,- - Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi ke Kota Rp. 300.000,- Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim provinsi dalam rangka Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi pelaksanaan kegiatan AUTS/K di lapangan yang dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun yaitu pada bulan : April, 2 OP x Rp. 150 = Rp. 300.000,- 16

- Pembinaan, dan Pendampingan oleh Kabupaten/Kota Rp. 4,050.000,- Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim Kabupaten dalam rangka Pembinaan, dan Pendampingan kegiatan AUTS/K di lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan : April, 27 OP x Rp. 150.000 = Rp. 4,050.000,- - Penilaian Kelayakan Calon Peserta Asuransi dan Klaim Rp. 17.700.000,- Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim Kabupaten dalam rangka Penilaian Kelayakan Calon Peserta Asuransi dan Klaim dalam kegiatan AUTS/K di lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan : Pebruari, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,- April, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,- Mei, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,- Juni, 28 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,200.000,- 524114 Belanja Perjalanan Dinas Peket Meeting Dalam Kota - Transport peserta Transport peserta rapat-rapat di Provinsi Dana dipergunakan untuk biaya transport peserta dalam rangka rapatrapat di Provinsidalam kegiatan AUTS/K yang akan dilaksanakan pda bulan : Maret, 30 OK x Rp. 150.000,- = Rp. 4,500.000,- 17

V. ORGANISASI PELAKSANA AUTS/K Untuk mendukung kelancaran kegiatan dan proses Administrasi diperlukan adanya pelaksana mulai dari Pusat sampai dengan Kabupaten sebagai berrkut : 1 Pelaksana AUTS/K provinsi : Kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi dan petugas yang ditunjuk untuk melaksanakannya a Melakukan sosialisasi program asuransi kepada peternak dan pemangku kepentingan lainnya; b Menerima usulan dari dinas kabupaten/kota dan mengusulkan penetapan Daftar Peserta Definif (DPD) peserta c Mendampingi pelaksanaan asesmen AUTS/K; d Monitoring dan evaluasi pelaksanaan AUTS/K. 2 Pelaksana AUTS/K kabupaten/kota : Kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota dan petugas yang ditunjuk untuk melaksanakannya. a Melakukan sosialisasi program asuransi kepada peternak dan pemangku kepentingan lainnya; b Melakukan pendataan/inventarisasi calon peserta asuransi c Mendampingi pelaksanaan asesmen AUTS/K; d Mengusulkan peserta AUTS/K sebagai Daftar Peserta Definif (DPD) kepada dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi; e Monitoring dan evaluasi pelaksanaan AUTS/K. 18

VI. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN Monitoring, evaluasi dan pelaporan dibutuhkan dalam rangka pengendalian pelaksanaan AUTS/K. Kegiatan monev dilakukan untuk mengantisipasi permasalahn dan resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan AUTS/K ini dan sekaligus menyusun penyempurnaan pelaksanaan program yang akan datang. Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan diuraikan sebagai berikut : a. Pengendalian Resiko Pengendalian resiko dilaksanakan secara berjenjang dari tim pusat, tim provinsi dan tim kabupaten/kota, dengan periode pengendalian tri wulan. Resiko dan mitigasi yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan adalah : 1 Target realisasi penyaluran bantua premi tidak tercapai karena antara lain kurangnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap asuransi dan keberatan peternak membayar premi swadaya. 2 Sasaran penerima bantuan premi AUTS/K tidak tepat disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman pelaksanaan kegiatan AUTS/K dan kurang tepatnya asesmen risiko. 3. Peternak yang berminat tidak terfasilitasi karena kurang responnya petugas untuk memproses usulan asuransi ternak Upaya penanganan dalam rangka mencegah terjadinya risiko diantaranya 1 Penyusunan pedoman yang rinci dan jelas 2 Soialisasi pelaksanaan AUTS/K yang lebih intensif 3 Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan AUTS/K b. Indikator Keberhasilan Indicator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini adalah : 19

1 Meningkatnya jumlah beserta AUTS/K 2 Terbayarnya premi AUTS/K peternak 3 Tersalurnya bantuan premi AUTS/K 4 Trebanyarnya klaim AUTS/K tepat waktu c. Monitoring Monitoring pelaksanaan AUTS/K dilaksanakan secara bersama-sama oleh kementerian pertanian, perusahaan asuransi pelaksana, SKPD yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dan kabupaten/kota. Monitoring yang dilakukan mencakup 1 Peserta AUTS/K 2 Pembayaran Premi Swadaya 3 Penerbitan Bantuan Premi 4 Pembayaran klaim 5 Infrastruktur pelaksanaan kegiatan AUTS/K d. Evaluasi Evaluasi kegiatan AUTS/K dilaksanakan oleh Tim Pokja Asuransi Pertanian tingkat pusat, pelkasanaan pada Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kebutuhan pembinaan atau perbaikan pelaksaan berikutnya. Evaluasi secara menyeluruh dilakukan oleh Tim Pokja Suransi Peternakan Tingkat Pusat. Kegiatan evaluasi antara lain: 1 Pemahaman atas manfaat asuransi. 2 Realisasi pelaksanaan kegiatan AUTS/K 3 Proses penanganan dan penyelesaian klaim 4 Pemanfaatan klaim AUTS/K untuk pembelian sapi/kerbau 5 Pemanfaatan AUTS/K untuk keberlanjutan usaha peternak Sapi/kerbau e. Pelaporan Hasil pelaksanaan kegiatan AUTS/K dilaporkan secara periodik oleh Dinas yang melaksanakan fungi peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota kepada dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan 20

kesehatan hewan Provinsi untuk diteruskan kepada Direkturt Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai Form 11. Pelaporan meliputi : 1 Jumlah peternak sapi/kerbau yang mengikuti kegiatan asuransi dan jumlah ternak sapi/kerbau yang diasuransikan. 2 Jumlah sapi/kerbau yang mati sehingga mengakibatkan kerugian dan peternak mangajukan klami. 3 Jumlah sapi/kerbau yang dibeli setelah menerima pembayaran klaim 4 Permasalahan dan saran yang dimungkinkan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan AUTS/K. 21

VII. PENUTUP Demikian Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau Tahun 2018 untuk dapat dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan dilapangan. Hal hal lain yang belum disusun/diatur dalam juklak ini secara rinci akan disampaikan dalam petunjuk teknis lainnya yang dibuat oleh Kabupaten Denpasar, Januari 2018 Kepala Bidang Prasarana Sarana Dan Penyuluhan Peternakan Ir. A A Ngurah Darmawan, M.Si. NIP. 19600117 198603 1 012 22