Pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas. Sungkono dan Siti Aidah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

KARAKTER PADUAN Zr-0,4%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

PENGARUH PENGEROLAN PANAS TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,6Nb-0,5Fe-0,5Cr

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

PENGARUH KANDUNGAN Fe DAN Mo TERHADAP KETAHANAN KOROSI INGOT PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA UAP AIR JENUH

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH UNSUR GERMANIUM TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-Nb-Mo-Ge UNTUK MATERIAL KELONGSONG PERUSAHAAN LISTRIK TENAGA NUKLIR

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO AKIBAT PROSES ROL DAN LAS PADA PADUAN ZR-NB-MO-GE UNTUK MATERIAL KELONGSONG PLTN

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

PENGARUH PERU BAHAN KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT PADUAN Zr-Nb-Si

PENGARUH PEMADU Mo PADA KEKUATAN MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-1% Sn-1% Nb-1% Fe

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI ZIRCALOY-4 MELALUI PEMADU TIMAH, TEMBAGA DAN NIOBIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH UNSUR PEMADU Fe DAN PERLAKUAN PANAS PADA MIKROSTRUKTUR DAN SIFAT MEKANIK ZIRCALOY-4 Sn RENDAH (ELS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DEFORMASI TERANIL PADUAN Zr-Nb-Sn-Fe PADA KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

STUDI TENTANG PENGARUH NITROCARBURIZING DC-PLASMA TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL Zr-4

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

EFEK HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA KELONGSONG ZRY-4 AKIBAT PERLAKUAN PANAS

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

ANALISIS KOROSI PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA NaCl MENGGUNAKAN METODE POLARISASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

SINTESIS PADUAN Zr-Sn-Mo UNTUK MENDAPATKAN BAHAN BARU KELONGSONG ELEMEN BAKAR NUKLIR

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

KORELASI ANTARA PERSEN KANDUNGAN Si DENGAN LAJU KOROSI DALAM UAP AIR PADA INGOT PADUAN Zr-1,5w%Nb-Si

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

KARAKTERISASI LAPISAN PENYERAP DAPAT BAKAR PADA PERMUKAAN PELET UO 2 + DOPAN TiO 2

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

EVALUASI KEKUATAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS TIG PADA PIPA ZIRCONIUM

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Karakterisasi Material Sprocket

ANALISIS PENGARUH PROSES PENGEROLAN DAN PENEMPAAN PANAS PADA SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ZrNbMoGe

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENAMBAHAN AlTiB SEBAGAI PENGHALUS BUTIR PADA PROSES RAPID SOLIDIFICATION ALUMINIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

Laporan Tugas Akhir (MM091381) Pengaruh Kecepatan Potong Pada Turning Process Terhadap Kekerasan dan Kedalaman Pengerasan Baja AISI 4340

PENGARUH TEMPERATUR DAN REDUKSI PADA PROSES CANAI PANAS PADUAN ALUMINIUM 2024

PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Bahan Nuklir 10(2)(2014)64-73 Pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas Sungkono dan Siti Aidah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314 *e-mail : sungkhana@gmail.com Abstrak Paduan Zr-Nb-Fe-Cr telah diteliti sebagai kandidat material kelongsong bahan bakar nuklir. Paduan tersebut mendapat perlakuan pengerolan panas pada temperatur 800 C dengan waktu penahanan 1,5 dan 2 jam serta reduksi tebal 5 25%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan mikrostruktur paduan dari struktur widmanstätten menjadi dan. Semakin lama waktu penahanan pada 800 C maka ukuran butirnya relatif lebih besar. Selain itu, semakin lama waktu penahanan maka semakin rendah kekerasannya dan semakin besar reduksi tebal yang diterapkan pada paduan maka semakin tinggi kekerasannya. Paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr mampu menerima deformasi dengan reduksi tebal 5-25% tanpa mengalami keretakan. Homogenitas paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr dapat ditingkatkan dengan proses pengerolan panas. Kata kunci: paduan Zr-Nb-Fe-Cr, pengerolan panas, reduksi tebal, mikrostruktur, kekerasan, komposisi kimia. Abstract Zr-Nb-Fe-Cr alloys have been studied as a candidate for nuclear fuel cladding material. The alloys were hot-rolled at 800 C with a retention time of 1.5 to 2 hours and a thickness reduction of 5 to 25%. The objective of this research was to obtain the effect of thickness reduction on the microstructures and hardness of Zr-Nb-Fe-Cr alloy after hot rolling. The results of this research show that the evolved microstructures of alloy from widmanstätten structure into deformed columnar and deformed flat bar grains. The longer retention time resulted the dimension in larger grains. Besides, the longer retention time the lower hardness and the greater of the thickness reduction has applied the higher hardness of the alloy will be. The Zr-0.4%Nb-0.5%Fe-0.5%Cr alloy can undergo deformations without cracking at thickness reduction between 5 to 25%. Homogeneity of Zr-0.4%Nb-0.5%Fe-0.5%Cr alloy can be improved by hot rolling process. Keywords : Zr-Nb-Fe-Cr alloys, hot-rolling, thickness reduction, microstructure, hardness, chemical composition. 1. Pendahuluan Penelitian dan pengembangan paduan berbasis zirkonium untuk material kelongsong elemen bakar reaktor daya tipe PWR (Pressurized Water Reactor) ditujukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar di dalam teras reaktor. Salah satu solusi yang diajukan adalah menaikkan fraksi bakar (burn up). Kenaikan fraksi bakar menyebabkan waktu tinggal elemen bakar di dalam teras reaktor nuklir semakin lama sehingga dapat terjadi pertumbuhan lapisan korosi, pembentukan hidrida dan kerusakan akibat radiasi yang terakumulasi dalam kelongsong bahan bakar. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan material kelongsongnya [1]. Untuk mengantisipasi kondisi JTBN 64

yang tidak diinginkan tersebut maka dibutuhkan material kelongsong yang mempunyai stabilitas iradiasi, sifat-sifat mekanik dan korosi yang baik serta ekonomis secara neutronik selama pengoperasian reaktor nuklir. Oleh karena adanya tuntutan efisiensi bahan bakar dan persyaratan material kelongsong, maka dikembangkan material baru sebagai calon pengganti zirkaloy-4 sebagai kelongsong elemen bakar reaktor PWR maju, salah satunya adalah paduan Zr- Nb. Niobium (Nb) sebagai unsur pemadu berfungsi untuk meningkatkan kekuatan mekanik, pembentukan lapisan oksida yang tebal dan padat serta ekonomi neutron termal paduan berbasis zirkonium. Besi (Fe) sebagai salah satu unsur pemadu berfungsi untuk menyetabilkan ketahanan korosi paduan zirkonium dalam air pada temperatur tinggi, sedangkan khrom (Cr) untuk memantapkan ketahanan korosi paduan selama oksidasi dalam air [2]. Sementara itu, besi dan khrom yang ditambahkan secara bersamaan dapat meningkatkan kekuatan mekanik paduan karena membentuk presipitat Zr(Fe, Cr) 2 yang keras [3,4]. Proses fabrikasi dari material baku hingga menjadi kelongsong elemen bakar untuk reaktor daya melibatkan berbagai proses termomekanik. Selama proses fabrikasi tersebut kemungkinan besar terjadi perubahan sifat fisis, mekanik, dan kimia dari material kelongsong. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian yang ketat terhadap proses fabrikasi material agar diperoleh produk yang memenuhi kriteria keberterimaan kelongsong elemen bakar reaktor daya. Salah satu cara untuk memenuhi kriteria tersebut adalah pengendalian mikrostruktur terhadap material baik selama pembuatan bahan baku hingga fabrikasinya menjadi kelongsong elemen bakar nuklir. Pengendalian tersebut ditujukan untuk mendapatkan mikrostruktur dengan ukuran butir relatif besar sehingga paduan mampu menerima deformasi besar tanpa paduan Zr-Nb dari bentuk martensit ke bentuk partikel halus dan plat dari fasa- [10]. mengalami keretakan akibat proses pengerolan panas atau dingin. Produk pertama dari proses pembuatan paduan dengan metode peleburan adalah ingot leburan (as melt). Selanjutnya ingot direduksi tebalnya dengan pengerolan panas menjadi bloom. Proses pengerolan panas berikutnya untuk mereduksi tebal bloom hingga diperoleh billet atau slab. Tabung kelongsong diperoleh dengan proses ekstrusi panas terhadap billet atau slab [5]. Pengerolan panas adalah proses pembentukan logam dengan tekanan pada temperatur tinggi guna mereduksi luas penampang atau tebal benda kerja. Pengerolan panas dilakukan dengan cara melewatkan benda kerja panas pada celah diantara dua buah rol kerja yang berputar pada kecepatan tertentu. Proses pengerolan panas dimaksudkan untuk mendapatkan mikrostruktur dengan ukuran butir relatif besar, sehingga paduan Zr-Nb- Fe-Cr bersifat lunak [6]. Pengerolan panas yang dilakukan terhadap paduan Zr-Nb-Fe-Cr dengan berbagai variasi reduksi tebal dimaksudkan untuk mengetahui perubahan mikrostruktur dan kekerasan paduan sebagai fungsi reduksi tebalnya. Proses pengerolan panas juga digunakan untuk memperbaiki homogenitas sehingga diharapkan unsur-unsur pemadu terdistribusi secara seragam di setiap bagian dari paduan Zr-Nb-Fe-Cr. Thorvaldsson et al., mendapatkan fakta penelitian bahwa ketahanan korosi zircaloy-4 dipengaruhi oleh parameter anil yaitu temperatur dan waktu anil [7]. Zhou et al, menemukan bahwa larutan padat yang mengandung Fe dan Cr dalam -Zr yang dihasilkan dari perlakuan panas yang berbeda merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku zirkaloy-4 [8]. Baek et al dan Isobe et al telah mempelajari ketahanan korosi paduan zirkonium yang mengandung Nb dan mendapatkan fakta bahwa penambahan beratnya naik terhadap parameter anil terakumulasi [9]. Tewari et al mendapatkan adanya perubahan mikrostruktur dalam Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa mikrostruktur memegang JTBN 65

peran penting dalam menentukan sifat mekanik dan korosi paduan zirkonium. Sehubungan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pengerolan panas sebagai fungsi reduksi tebal yang dharapkan mampu menerima deformasi besar tanpa mengalami keretakan. Pemilihan komposisi Nb sebesar 0,4% berat dengan pertimbangan bahwa paduan Zr-Nb-Fe-Cr dapat diperbaiki sifat mekaniknya dengan proses perlakuan panas pada fasa α (Zr). Sementara itu, penambahan unsur pemadu Fe dan Cr masing-masing sebesar 0,5% berat ke dalam paduan Zr-Nb dapat meningkatkan ketahanan korosi dan sifat mekanik pada paduan Zr-Nb [11]. Hipotesa yang diajukan adalah reduksi tebal pada pengerolan panas paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr diduga dapat mengubah bentuk mikrostruktur dari struktur widmanstaten ke bentuk pipih sehingga paduan bersifat lunak dan mampu menerima deformasi besar tanpa mengalami keretakan. 2. Tata kerja 2.1. Bahan Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr adalah zirkonium granule, plat niobium, serbuk besi dan serbuk khrom. Bahan lainnya adalah resin acryfic dan pengeras, kertas ampelas, kain poles, pasta alumina dan larutan etsa yang digunakan sebagai bahan untuk preparasi metalografi sampel paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr, serta gas argon. 2.2. Peralatan Peralatan yang digunakan meliputi neraca analitik, jangka sorong, mesin rol, mesin gerinda, mesin potong logam, tungku pemanas kamera digital, alat uji kekerasan dan x-ray fluorescence. Neraca analitik digunakan untuk menimbang bahan baku paduan Zr-Nb-Fe-Cr. Mesin pres untuk membuat kompakan campuran Zr, Nb, Fe dan Cr. Tungku peleburan untuk pembuatan paduan Zr-Nb-Fe- Cr. Mesin rol dan tungku pemanas digunakan untuk mereduksi tebal paduan Zr-Nb-Fe-Cr. Jangka sorong untuk mengukur tebal spesimen. Mesin potong, mesin gerinda dan poles untuk preparasi metalografi spesimen. Mikroskop optik dan kamera digital untuk pengamatan mikrostruktur, microhardness Vickers tester untuk uji kekerasan mikro serta x-ray fluorescence (XRF) untuk penentuan komposisi kimia paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr. 2.3. Pembuatan Ingot Serbuk Fe dan serbuk Cr masing-masing dikompaksi untuk mendapatkan kompakan Fe dan kompakan Cr. Zirkonium granule 98,6% berat, plat Nb 0,4% berat, serta kompakan Fe dan kompakan Cr masing-masing 0,5% berat ditimbang dengan berat total 15 g. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dicampur kemudian dikompaksi menggunakan mesin pres pada tekanan 1,2 ton/cm 2. Produk kompaksi kemudian dilebur dalam tungku peleburan vakum untuk menghasilkan ingot Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr. 2.4. Pengerolan Panas Sampel Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr dipanaskan pada temperatur 800 C dalam tungku pemanas yang dilindungi gas Argon, ditahan dalam waktu tertentu, kemudian dirol menggunakan mesin rol. Waktu penahanan pada 800 C adalah 1 dan 1,5 jam. Pengerolan panas sampel dilakukan secara bertahap hingga diperoleh reduksi tebal 5, 10, 15, 20 dan 25%. JTBN 66

2.5. Metalografi Proses metalografi terhadap sampel ingot leburan, pasca pemanasan, dan pasca pengerolan panas dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan untuk mendapatkan sampel metalografi, pembingkaian, penggerindaan, pemolesan, dan pengetsaan [11]. Penggerindaan sampel menggunakan mesin gerinda dengan kertas ampelas grit 320 sampai dengan 2.400 mesh dan kecepatan putar 300 rpm hingga diperoleh sampel datar, rata, dan bebas goresan. Selanjutnya dilakukan pemolesan sampel menggunakan mesin poles dengan bahan poles yaitu pasta alumina grit 0,5 µm. Pemolesan dilakukan sampai mendapatkan sampel yang datar, rata, licin, bebas goresan, dan mengkilap seperti cermin. Sampel pasca poles dietsa dengan metoda usap menggunakan larutan etsa dengan komposisi 15 ml HNO 3, 30 ml HCl, 30 ml HF, 25 ml gliserin. Sampel pasca etsa diamati gambaran mikrostruksturnya dengan menggunakan mikroskop optik. 2.6. Kekerasan Sampel paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pemolesan diukur kekerasan mikronya menggunakan microhardness Vickers tester [12]. Pengujian kekerasan sampel paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr menggunakan beban 200 lb dan dilakukan pada 10 titik yang berbeda. 2.7. Komposisi Kimia Penentuan komposisi kimia paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr dilakukan dengan cara yaitu sampel standar Zr, Nb, Fe, dan Cr diukur puncak karakteristik K menggunakan peralatan XRF [13]. Selanjutnya dilakukan pengukuran spektrum guna mendapatkan puncak karakteristik K untuk Zr, Nb, Fe, dan Cr dari sampel ingot leburan, pasca pengerolan panas (800 C, 1,5 jam; r = 25%) dan (800 C, 2 jam, r = 25%) paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr. Berdasarkan data spektrum sampel standar Zr, Nb, Fe, dan Cr serta sampel paduan Zr- Nb-Fe-Cr maka dapat dihitung persentase berat unsur Zr, Nb, Fe, dan Cr yang ada di dalam paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr. 3. Hasil dan pembahasan 3.1. Mikrostuktur Produk sintesis dari proses peleburan logam Zr, Nb, Fe dan Cr dengan menggunakan tungku peleburan vakum adalah ingot leburan ( as melt) Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr. widmanstätten Gb. 1. Mikrostruktur ingot paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr. JTBN 67

Gb. 1 memperlihatkan mikrostruktur ingot paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr berupa struktur widmanstätten yaitu pola mikrostrukturnya berupa anyaman yang disebut lamellar di dalam butir dengan ukuran besar dan kecil. Selain itu, efek segregasi dan stacking fault juga terjadi selama proses presipitasi paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr. Hal ini berdampak pada perilaku ingot paduan yaitu keras dan getas, yang tercermin pada nilai kekerasan paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr yaitu 240 VHN. Proses pengerolan panas terhadap ingot paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr dilakukan pada temperatur 800 C dengan waktu penahanan 1,5 dan 2 jam. serta reduksi tebal 5 sampai dengan 25 %. Gb. 3 memperlihatkan mikrograf paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca perlakuan panas dengan temperatur 800 C dan waktu penahanan 1,5 2 jam. Pada Gb. 3 terlihat adanya perubahan struktur butir ingot dari widmanstätten (Gb. 2) menjadi butir widmanstätten dan (Gb. 3a). Hal ini menunjukkan bahwa proses perlakuan panas ( 800ºC; 1,5 jam) terhadap paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr menyebabkan terjadinya pengintian sehingga diperoleh struktur widmanstätten dalam butir lebih kecil dan. Paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca perlakuan panas (800 C; 1,5 jam) mempunyai dua struktur butir yang berbeda dengan kekerasan lebih rendah dibandingkan ingotnya, yaitu 235 VHN, sehingga relatif lebih lunak. widmanstätten widmanstätten (a) (b) widmanstätten Batang pipih (c) (d) JTBN 68

Batang pipih (e) (f) Gb.2. Mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 o C; 1,5 jam). (a) perlakuan panas; (b) r = 5%; (c) r = 10%; (d) r = 15%; (e) r = 20%; (f) r = 25% Gb. 2 memperlihatkan paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca pemanasan (800 ºC; 1,5 jam) mempunyai mikrostruktur berupa butir widmanstätten dalam butir lebih kecil dan sehingga mempunyai kekerasan relatif lunak (Gb. 2a). Pada proses pengerolan panas, paduan mendapat tekanan yang besar dari dua buah rol dengan reduksi tebal 5%. Oleh karena paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam) relatif lunak maka tekanan rol mampu ditahan oleh gaya ikat antar atom paduan tersebut, sehingga hanya terjadi perubahan bentuk butir widmanstätten dan menjadi widmanstätten dan serta (Gb. 2b), untuk reduksi 10% mikrostrukturnya berupa widmanstätten dan serta (Gb. 2c), kemudian serta saat pasca pengerolan panas mengalami reduksi tebal 15% (Gb. 2d), serta pada reduksi tebal 20% (Gb. 2e), dan serta pada reduksi tebal 25%.(Gb. 2f). Selain itu dari hasil pengamatan visual dan mikrostruktur tidak ditemui adanya keretakan pada sampel pasca pengerolan panas dengan reduksi tebal 5 25%. Dengan demikian diketahui bahwa paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 C; 1,5 jam) memenuhi syarat untuk menerima perlakuan mekanik berupa pengerolan panas dengan reduksi tebal 5 25%. Gb. 3 memperlihatkan paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca pemanasan (800 ºC; 2 jam) mempunyai mikrostruktur berupa butir widmanstätten dan dengan ukuran butir lebih besar sehingga mempunyai kekerasan lebih rendah dibandingkan paduan pasca pemanasan (800 ºC; 1,5 jam) (Gb. 3a). Sementara itu pengaruh deformasi akibat pengerolan panas (800C; 2 jam) dengan reduksi tebal 5% memperlihatkan mikrostruktur paduan berupa butir dan (Gb. 3b), kemudian menjadi dan pada reduksi tebal 10% (Gb. 3c), dan pada reduksi tebal 15% (Gb. 3d) dan pada reduksi tebal 20% (Gb. 3e),, dan ekuiaksial pada reduksi tebal 25% (Gb. 3f). Perubahan bentuk butir dalam mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas pada 800ºC dengan waktu penahanan 1,5 dan 2 jam akibat tekanan dari dua buah rol. Tekanan tersebut mendapatkan perlawanan berupa gaya ikat antar atom dari paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr. Apabila gaya ikat antar atom mampu menahan tekanan rol maka hanya terjadi perubahan bentuk butir dari struktur widmanstätten dan ke, dan JTBN 69

ekuiaksial, sedangkan bila gaya ikat antar atom tidak mampu menahan tekanan rol maka ingot paduan akan retak. Semakin besar deformasi pada paduan maka semakin besar pula tekanan yang harus diterima atom-atom dari paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr. Dalam kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya efek pengerasan regangan (strain hardening) sehingga semakin besar deformasi yang diterapkan maka pengerasan regangan semakin tinggi dan paduan semakin keras. widmanstätten Kolumnar Batang pipih (a) (b) (c) (d) ekuiaksial (e) (f) Gb. 3. Mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 o C, 2 jam). (a) perakuan panas; (b) r = 5%; (c) r = 10%; (d) r = 15%; (e) r = 20%; (f) r = 25% Hal ini ditunjukkan dengan adanya butir berupa dalam mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam) dengan reduksi tebal 15 25% dan (800 ºC, 2 jam) dengan reduksi tebal 10-25%. JTBN 70

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam) dan ( 800 ºC; 2 jam) mampu menerima deformasi dengan reduksi tebal 5-25% tanpa mengalami keretakan. 3.2. Kekerasan Hasil uji kekerasan mikro paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pra dan pasca pengerolan panas sebagai fungsi reduksi tebal disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 C; 1,5 jam) dan (800 C; 2 jam). Kekerasan paduan pasca pengerolan Reduksi tebal panas pada 800 C (HVN) (%) 1,5 jam 2 jam 0 235 231 5 243 237 10 263 253 15 266 259 20 271 266 25 276 271 Tabel 1 menunjukkan bahwa kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 C; 1,5 jam) dan (800 C; 2 jam) meningkat seiring dengan bertambah tingginya reduksi tebal paduan. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya deformasi yang diterima paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas pada 800 C maka butir-butir semakin pipih sehingga tegangan sisa bertambah tinggi yang memberikan dampak pada kekerasan paduan yang bertambah tinggi pula. Selain itu, kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 C; 2 jam) lebih rendah dibandingkan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 C; 1,5 jam) dalam rentang reduksi tebal antara 5 25%. Penurunan kekerasan paduan Zr-0,4% Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas pada 800 C seiring dengan bertambahnya waktu penahanan menyebabkan atom-atom mampu menata diri dan butir-butir bergabung satu sama lain sehingga terjadi pertumbuhan butir. Semakin besar ukuran butir dalam paduan maka kekuatan paduan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan persamaan Hall-Petch [14]: Y = oy + k / d, dimana Y : kekuatan luluh (N/mm 2 ), oy : konstanta tegangan (N/mm 2 ), k : konstanta (N/mm 3/2 ), dan diameter ukuran butir (mm) [14]. Pada kondisi pengerolan panas yang sama (800 C; 1,5 jam) dan (800 C; 2 jam) dalam rentang reduksi tebal 5 25 % maka kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr cenderung naik seiring dengan bertambahnya reduksi tebal pada paduan.. Kenaikan nilai kekerasan ini selain disebabkan bertambahnya deformasi pada paduan juga butir-butir dalam paduan menjadi lebih rapat dan lebih padat sehingga ukuran butirnya menjadi lebih kecil. Hubungan empiris antara kekerasan dan kekuatan paduan logam dinyatakan dengan persamaan Y = (VHN/3) (0,1) n, dimana Y adalah kekuatan luluh (kgf/mm 2 ), VHN adalah nilai kekerasan Vickers, dan n adalah eksponen pengerasan regangan [14]. Berdasarkan persamaan empiris tersebut diketahui bahwa semakin tinggi kekerasan maka kekuatan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr semakin tinggi demikian pula sebaliknya. JTBN 71

3.3. Komposisi Kimia Tabel 2 memperlihatkan data analisis kandungan unsur dalam paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr menggunakan peralatan XRF. Komposisi kimia unsur Zr, Nb, Fe dan Cr dalam pembuatan paduan Zr-Nb-Fe-Cr masing-masing adalah 98,60 % berat, 0,4 % berat, 0,5% berat dan 0,5% berat. Tabel 2. Komposisi kimia rata-rata unsur penyusun paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr Paduan Kandungan unsur (% berat) Zr Nb Fe Cr Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr as melt 98,300 0,459 0,605 0,636 Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr (800 C, 1.5 jam, r = 25%) 98,425 0,421 0,562 0,592 Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr (800 C, 2 jam, r = 25%) 98,511 0,395 0,524 0,570 Tabel 2 memperlihatkan bahwa komposisi rata-rata Nb, Fe dan Cr aktual dalam ingot paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr masingmasing adalah 0,459% berat atau 114,75% teoritis; 0,605% atau 121% teoritis dan 0,636% berat atau 127,20% teoritis. Komposisi unsur Nb, Fe dan Cr dalam paduan secara aktual dibandingkan teoritis mempunyai perbedaan 14,75-27,20%. Hal ini menunjukkan bahwa ingot paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr belum homogen. Untuk itu ingot paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr dirol panas dengan maksud untuk meningkatkan homogenitas dan mengetahui ketahanan terhadap deformasi paduan. Komposisi Nb, Fe dan Cr aktual dalam paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam, r = 25%) masing-masing adalah 0,421 % berat atau 105,25% teoritis; 0,562% berat atau 112,40% teoritis; 0,592% berat atau 118,40% teoritis. Komposisi aktual Nb, Fe dan Cr dalam paduan pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam, r =25%) mempunyai perbedaan 5,25 18,40% dibandingkan teoritis. Sementara itu, komposisi Nb, Fe dan Cr aktual dalam paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 2 jam) dengan reduksi tebal 25% masing-masing adalah 0,395 % berat atau 98,75% teoritis; 0,524% berat atau 104,80% teoritis; 0,570% berat atau 114% teoritis. Komposisi aktual Nb, Fe dan Cr dalam paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas (800 ºC; 2 jam, r = 25%) mempunyai perbedaan 1,25 14% dibandingkan teoritis. Berdasarkan data-data komposisi unsur pemadu Nb, Fe dan Cr dalam paduan pasca pengerolan panas (800 ºC; 2 jam, r = 25%) lebih homogen dibandingkan paduan pasca pengerolan panas (800 ºC; 1,5 jam, r = 25%) dan ingot paduannya maka dapat diketahui bahwa pengerolan panas dapat meningkatkan homogenitas paduan Zr- 0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr. Selain itu, semakin lama waktu pemanasan sampel pada pengerolan panas dapat meningkatkan homogenitas paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr. Kenaikan homogenitas paduan ini disebabkan oleh fenomena dimana pengerolan panas dapat memecah dan mendistribusikan inklusi, segregasi serta memperbesar ukuran butir pipih [8] sehingga unsur pemadu lebih mudah terdistribusi secara lebih merata searah pengerolan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr. 4. Kesimpulan Semakin besar reduksi tebal yang diterapkan pada proses pengerolan panas paduan mengakibatkan : (1) perubahan mikrostruktur paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe- 0,5%Cr dari struktur widmanstätten dan menjadi dan, dan ; (2) kekerasan JTBN 72

paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr semakin tinggi akibat pengerasan regangan; (3) peningkatan homogenitas paduan Zr-0,4%Nb- 0,5%Fe-0,5%Cr. Paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr mampu menerima deformasi dengan reduksi tebal 5-25% tanpa mengalami keretakan. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Futichah, MT, Yatno Dwi Agus dan Isfandi, A.Md yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian serta Drs. Yusuf Nampira, MT yang memberikan masukan teknis dalam penentuan komposisi kimia paduan Zr-Nb-Fe-Cr. Daftar pustaka [1] T. Chuto, F. Nagase and T. Fuketa, Nucl. Eng. Technol. 41(2009)163-170. [2] B. G. Parfenov, Corrosion of Zirconium and Zirconium Alloys, IPST Press, Jerusalem, 1969. [3] J. Wang, H.Y. Fan, J. Xiong, et al., Nucl. Eng. Des. 241(2011)471-475. [4] G. P. Sabol and R. J. Comstock, Effect Dilute Alloy Additions of Molybdenum, Niobium, and Vanadium on Zirconium Corrosion, Zirconium in The Nuclear Industry, ASTM International STP 1354, (2002)525 544. [5] S. Kalpakjian and Schmid, Manufacturing Engineering and Technology, Addison- Wesley, Massachusetts, 2010. [6] Y. S. Lim, H.G. Kim and Y.H. Jeong, Mater. Trans., 49(2008)1702-1705. [7] T. Thorvaldsson, T. Andersson, A. Wilson and A. Wardle, Corrosion Between 400 o C Steam Corrosion Behaviour, Heat Treatment and Microstructure of Zircaloy-4 Tubing, Zirconium in The Nuclear Industry, 8 th International Symposium, ASTM STP 1023, New Orleans, USA, 1989, pp. 128. [8] B. X. Zhou, W. J. Zhao, Z. Miao, S. F. Pan, C. Li and Y. R. Jiang, The Effect of Heat Treatment on The Corrosion Behaviour of Zircaloy-4, China Nuclear Science and Technology Report, CNIC- 01074, SINRE-0066, Atomic Energy Press, 1996. [9] J. H. Baek, Y. H. Jeong and I. S. Kim, J. Nucl. Mater. 280(2000)235-245. [10] O. T. Woo, and M. Griffiths, J. Nucl. Mater. 384(2009)77-80. [11] Sungkono, Pengaruh Kandungan Niobium Terhadap Mikrostruktur, Komposisi Kimia dan Kekerasan Paduan Zr Nb Fe Cr, J. Teknologi Bahan Nuklir, 2(2006)29-38. [12] G. F. Vander Voort, Metallography : Principle and Practice, McGraw-Hill, New York, 1984. [13] G. E. Dieter, Mechanical Metallurgy, McGraw-Hill Book Co., New York, 1988. [14] B. K. Agrawal, Introduction to Engineering Materials, Tata McGraw- Hill, New Delhi, 2000. JTBN 73