BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA. (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia. dengan mengembangkan konsep bagi hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada saat ini banyak mengalami perkembangan.

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG BANGKINANG. Bank Muamalat Kantor Cabang Pembantu Jalan Sudirman Bangkinang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. operasionalnya pada bulan Mei Pendirian bank dimaksud, diprakarsai oleh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Reputasi sebuah perusahaan khususnya industri jasa perbankan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free-banking. dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional dan bank syari ah. Bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berfokus kepada kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Perusahaan mulai

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB III OBJEK/DESAIN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan rasa kepemilikan kepada merek tersebut sehingga konsumen

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang signifikan dual system antara sistem konvensional dan sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran dan diterangkan oleh Rosul

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat oleh bank disebut financing atau leading. Dalam menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB V PENUTUP. dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1 Rasio FDR, NPF, PDN, BOPO, FBIR secara simultan mempunyai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor perbankan. Selama bertahun-tahun ekonomi dunia didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dalam hal

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Dalam ushul fiqh, ada

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank pada tahun 1819, dengan Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1950 berubah

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonial belanda. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada di Indonesia yang menurut UU No.13 tahun 1968

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan, bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang kini dibutuhkan dan telah digunakan dalam berbagai aktivitas keuangan yang dilakukan oleh setiap orang yang memerlukannya. Di Indonesia istilah bank sudah sangat dikenali oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dan terdapat dua jenis bank yang dapat diketahui yaitu bank konvensional dan bank syariah. Seperti tercantum pada UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan menetapkan bahwa perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu sistem syariah dan sistem konvensional. Hal ini sejalan dengan definisi dari bank umum yang tertera dalam pasal 1 ayat 3 UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yaitu, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1 Telah diketahui bahwa bank konvensional menerapkan prinsip bunga, di mana penentuan bunga ini dibuat sewaktu perjanjian tanpa berdasarkan untung dan rugi, jumlah persen bunga berdasarkan jumlah uang (modal) yang ada, pembayaran bunga tetap seperti perjanjian tanpa di ambil pertimbangan apakah 1 Editor, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, dalam www.bi.go.id diakses tanggal 12 April 2017. 1

2 proyek yang dilaksanakan pihak kedua untung atau rugi, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda. 2 Bank konvensional yang menggunakan bunga, dimana bunga merupakan harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 3 Pada kegiatan dana masyarakat, tanpa diusahakan terlebih dahulu tetap harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo, dan pada penyaluran dananya sektor usaha halal tidak menjadi pertimbangan utama pada bank konvensional, yang diutamakan hanya untuk kegiatan usaha yang dapat menguntungkan. Sangat berbeda dengan bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil serta prinsip-prinsip lainnya yang sesuai dengan syariat Islam, seperti adanya kegiatan sosial yang dinyatakan secara jelas dan tegas yaitu dana zakat infaq dan sodaqoh, kemudian dalam operasionalnya menyalurkan dana pada aspek-aspek yang halal. Bank syariah yang menerapkan prinsip mengharamkan riba kini mulai banyak diketahui oleh masyarakat dan mengalami perkembangan yang cukup pesat, tidak terlepas dari tujuan utamanya yaitu dalam rangka menyalurkan dana dari pihak yang berlebih kepada pihak yang kekurangan dana untuk mensejahterakan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip Islam yang sumber utamanya dari Al-Quran dan hadits sebagai panduan aktivitasnya memperkenalkan kepada industri keuangan dan perbankan bahwa Islam memiliki prinsip syirkah al-inan, mudharabah, salam, 2 Amir Machmud & H. Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan, Dan Studi Empiris Di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 10. 3 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnyai, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 114.

3 istishna, murabahah, dan prinsip lainnya membuktikan bahwa semuanya dapat diterapkan dalam lembaga keuangan modern. 4 PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. hlm. viii. 4 M. Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

4 Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni

5 Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong). Visi dari bank muamalat itu sendiri adalah The Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with Strong Regional Presence, dan memiliki misi yaitu membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan berkesinambungan dengan penekanan pada semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehatihatian, keunggulan sumber daya manusia yang islami dan professional serta orientasi investasi yang inovatif, untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan. Dengan berkembangnya bank syariah dalam menjalankan bisnisnya, maka persaingan antar bank syariah memungkinkan secara langsung atau tidak langsung berdampak kepada keuntungan yang diperoleh bank syariah, meskipun tujuan utama dari bank syariah bukan sekedar bisnis tetapi berlangsungnya kegiatan perbankan syariah yang sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Pada umumnya, ukuran yang seringkali digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya

6 manajemen suatu perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Bank syariah harus mampu mengelola sumber pendapatan dan beban pendapatannya secara maksimal agar mampu mencapai tingkat keuntungan secara optimal. Upaya optimalisasi pendapatan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu memberdayakan aset produktif yang dimiliki sehingga mampu mengoptimalkan sumber pendapatan, baik berasal dari hasil margin, hasil sewa ataupun dari imbal bagi hasil. Dapat pula dilakukan dengan cara menekan segala beban, terutama beban pendapatan kepada pihak ketiga sebagai akibat diterimanya dana amanah masyarakat. 5 Perbankan Syariah memperoleh pendapatan operasional dari beberapa sumber diantaranya adalah pendapatan dari pembiayaan murabahah dan pembiayaan istishna. Pembiayaan murabahah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya, yang berdasarkan prinsip jual beli dengan mengungkapkan harga pokok pembelian dan menambah tingkat margin yang telah ditetapkan oleh bank. Pada jenis akad ini, penerima dana telah menyepakati besaran margin yang bersifat fixed sampai akhir periode, maka besaran tingkat margin yang akan dibayarkan oleh nasabah akan sama mulai dari tahun pertama ia membayar, hingga berakhirnya jangka waktu perjanjian. 6 5 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm. 799. 6 Yuniar Fauziah, Pengaruh Pendapatan Margin Murabahah Terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pada PT. Bank Mandiri Syariah, TBK, dalam Skripsi, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2015), hlm 4.

7 Pendapatan dari pembiayaan murabahah berupa margin. Margin atau keuntungan merupakan nilai yang diperoleh oleh bank dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Margin dalam perbankan diperoleh atas transaksi jual beli, yaitu transaksi murabahah. Secara teknis yang dimaksud dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan pertahun perhitungan margin atau keuntungan secara harian maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara bulanan maka setahun ditetapkan 12 bulan. 7 Pada dasarnya, pembiayaan istishna merupakan transaksi jual beli secara cicilan pula seperti transaksi murabahah. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana barang diserahkan di muka sedangkan uangnya dibayar cicilan, dalam jual beli istishna barang diserahkan dibelakang, walaupun uangnya juga sama-sama dibayar secara cicilan. 8 Pembiayaan istishna ini seperti hal nya cermin pada pembiayaan murabahah, jika pada murabahah barang diserahkan di awal setelah akad, sedangkan istishna barang diserahkan di akhir setelah selesai pembuatan barang tersebut. Pendapatan dari pembiayaan istishna diperoleh dari persetujuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu bank syariah sebagai (shani) atau pihak yang siap untuk membuat atau mengadakan barang, dan nasabah sebagai (mustashni) atau seorang pemesan barang yang dibuat dengan mesin dan keahlian khusus, seperti kitchen set, kursi dan meja makan atau kontruksi bangunan. 7 Adiwarman A. Karim. Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 280 dalam Yuniar Fauziah (ed.), Pengaruh Pendapatan Margin Murabahah Terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pada PT. Bank Mandiri Syariah, TBK, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2015), hlm 5. 8 Adiwarman A. Karim. Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Kelima, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 126.

8 Barang dalam istishna di perbankan syariah dipesan dan dibuat sesuai dengan ketentuan yang diminta oleh nasabah (mustashni) dengan spesifikasi tertentu. Cara pembayarannya bisa jadi dibayar sebagian di muka dan bisa dengan cicilan atau langsung dibayar sekaligus apabila barang pesanan tersebut sudah selsai dan siap untuk digunakan oleh nasabah (mustashni). 9 Setiap produk bank syariah diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pihak bank syariah itu sendiri, sama halnya dengan produk murabahah dan istishna, dimana keduanya merupakan akad dengan prinsip jual beli yang dapat memberikan keuntungan. Keuntungan itu dapat dilihat dari tingkat keuntungan atau laba yang diukur menggunakan hasil perolehan laba bersih pada setiap periode berjalan. Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak, laba bersih juga merupakan hasil perolehan keuntungan akhir dari bank syariah pada periode berjalan. Alasan menggunakan perhitungan laba bersih dikarenakan untuk mengetahui kemampuan bank syariah dalam mengelola manajemen yang dimilikinya, dimana ketika laba meningkat meperlihatkan kinerja manajemen yang baik, serta untuk mengetahui hasil laba bersih yang diperoleh dari pembiayaan murabahah dan istishna berupa pendapatan margin pembiayaan murabahah dan pendapatan margin pembiayaan istishna. Untuk mengetahui perkembangan pengaruh Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah dan Istishna terhadap Laba Bersih pada Bank Muamalat Indonesia periode triwulan dari tahun 2013-2016, berikut adalah datanya. hlm. 45. 9 Yadi Janwari. Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),

9 Tabel 1.1 Rata-Rata Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah dan Istishna terhadap Laba Bersih di Bank Muamalat Indonesia Tahun 2013-2016 10 Pendapatan Margin Pendapatan Laba Periode Murabahah Margin Istishna Bersih Dalam Jutaan Dalam Jutaan Dalam Jutaan Rupiah (Rp) Rupiah (Rp) Rupiah (Rp) Triwulan 1 460.372 644 1.260.365 2013 Triwulan 2 925.236 1.229 1.400.048 Triwulan 3 1.470.768 1.894 1.538.478 Triwulan 4 2.007.951 2.664 1.596.742 Triwulan 1 559.124 738 1.862.680 2014 Triwulan 2 1.146.052 1.413 1.930.730 Triwulan 3 1.724.010 2.039 1.628.185 Triwulan 4 2.329.282 2.613 684.634 Triwulan 1 630.405 603 750.227 2015 Triwulan 2 1.094.461 1.106 106.540 Triwulan 3 1.576.416 1.571 151.945 Triwulan 4 1.976.802 1.991 74.492 2016 Triwulan 1 548.591 285 25.209 Triwulan 2 880.812 510 30.514 Triwulan 3 1.225.523 707 37.954 Triwulan 4 1.612.405 885 80.511 Laba Bersih merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua aspek pada kegiatan operasional yang dimiliki perusahaan secara keseluruhan. PT Bank Muamalat Indonesia mengalami pertumbuhan cukup tinggi dalam pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna dengan memperoleh laba bersih sebesar Rp. 1.400.048.000.000 pada triwulan kedua tahun 2013, dan mengalami peningkatan di dua triwulan selanjutnya yaitu triwulan kedua dan ketiga di tahun 2013. Sedangkan pada 10 Editor, Laporan Keuangan Triwulan Bank Muamalat Tahun 2013-2015, dalam www.bi.go.id dan www.bankmuamalat.co.id diakses tanggal 17 Desember 2016.

10 triwulan pertama tahun 2014 pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna mengalami penurunan tetapi pada laba bersih periode tersebut tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 1.862.680.000.000, kemudian meningkat lagi di triwulan kedua tahun 2014 dengan laba bersih sebesar Rp. 1.930.730.000.000 dan mengalami penurunan empat triwulan berturut-turut dari triwulan ketiga tahun 2014 sampai triwulan kedua tahun 2015, dan meningkat kembali ditriwulan ketiga tahun 2015 dengan laba bersih sebesar Rp. 151.945.000.000 kemudian menurun di periode keempat tahun 2015 dengan laba bersih sebesar Rp. 74.493.000.000. Selanjutnya pada periode tahun 2016 di triwulan I pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna mengalami penurunan sebesar Rp. 548.591.000.000 dan Rp. 285.000.000 tetapi sebanding dengan penurunan laba bersih sebesar Rp. 25.209.000.000. Pada periode tahun 2016 dari triwulan II sampai IV mengalami kenaikan dari pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna serta kenaikan pada laba bersih, serta yang signifikan dalam kenaikan pendapatan margin pembiayaan murabahah, istishna dan laba bersih ada di triwulan ke IV tahun 2016 dengan jumlah pendapatan margin pembiayaan murabahah sebesar Rp. 1.512.405.000.000, pendapatan margin pembiayaan istishna Rp. 885.000.000 dan jumlah laba bersih Rp. 80.511.000.000. Dari penjelasan di atas mengenai hasil pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna yang mengalami fluktuatif terhadap hasil laba bersih di PT. Bank Muamalat Indonesia pada periode triwulan tahun 2013-2016 akan digambarkan lebih jelas pada grafik di bawah ini.

11 Grafik 1.1 Rata-Rata Pengaruh Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah dan Istishna terhadap Laba Besih di Bank Muamalat Indonesia periode triwulan 2013-2016 11 Mengenai uraian di atas tentang pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna yang dapat mempengaruhi tingkat Laba Bersih, mendorong peneliti melakukan penelitian tetang Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Margin Murabahah dan Istishna Terhadap Laba Bersih Pada PT Bank Muamalat Indonesia Periode Triwulan Tahun 2013-2016. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 11 Editor, Laporan Keuangan Triwulan Bank Muamalat Tahun 2013-2015, dalam www.bi.go.id dan www.bankmuamalat.co.id diakses tanggal 17 Desember 2016.

12 1. Seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara parsial? 2. Seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan istishna terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara parsial? 3. Seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara simultan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu. 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara parsial. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan istishna terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara parsial. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna terhadap Laba Bersih PT Bank Muamalat Indonesia periode triwulan tahun 2013-2016 secara simultan?

13 D. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kegunaan dan manfaat antara lain sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pendukung untuk penelitian sejenis dan usaha pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang mengenai Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah dan Istishna terhadap Laba Bersih. 2. Kegunaan Praktis Sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi Bank Muamalat dalam pengambilan keputusan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama dalam mengatur hasil pendapatan margin pembiayaan murabahah dan istishna agar memperoleh laba bersih yang optimal.