BAB I PENDAHULUAN. Kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan ibu, bayi balita dan pasangan usia subur. Kegiatan di posyandu

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU ABSTRAK

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DROP OUT KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CABANG BUNGIN KABUPATEN BEKASI TAHUN M.

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI DI DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Nixen Rachmawati

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

1. Puskesmas Punggur, Kabupaten Lampung Tengah 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

Jurnal Kesehatan Kartika 50

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan juga sebagai intestasi, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan Posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat, utamanya terkait dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat serta upaya kesehatan ibu dan anak. Secara Kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu tecatat 25.000 Posyandu, dan pada tahun 2009, meningkat menjadi 266.827 Posyandu dengan rasio 3,55 Posyandu perdesa/kelurahan. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang suka rela mengelola posyandu diwilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan ketrampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dapat melibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak bawah lima tahun atau balita ke posyndu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita (Sulistyorini, 2010) 1

2 Menurut Teori Herzberg faktor-faktor penyebab kepuasan (satisfierr) atau faktor motivasional. Faktor kepuasan ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang, yang meliputi serangkaian kondisi intrinsik. Apabila kepuasan kerja dicapai dalam pekerjaan, maka akan menggerakan tingkat motivasi yang kuat bagi seorang pekerja, dan akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang tinggi. Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antar lain Prestasi, Penghargaan, Tanggung jawab, Kesempatan untuk maju, Pekerjaan itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Selain itu program posyandu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak serta angka kelahiran. Dalam pelakasanan posyandu banyak kader yang dilatih karena tidak aktif lagi atau drop-out dengan alasan karena sibuk urusan rumah tangga, pindah tempat, tidak mendapat upah dan karena sudah menikah ( Widiani, 2012) Terdapat penelitian menunjukan rendahnya jumlah insentif uang diterima kader Posyandu, dirasakan masih kurang untuk memotivasi kinerja dan partisipasi aktif kader dalam kegiatan Posyandu sehingga tanggung jawab terhadap suksesnya program, cakupan dan kegiatan Posyandu menjadi kurang maksimal. Hasil penelitian tersebut mengartikan bahwa adanya insentif bagi setiap orang agar motivasi kerja meningkat (Apriliani, 2009). Menurut Dudut Eko Juliawan (2010), Minimnya jumlah posyandu aktif menggambarkan rendahnya kinerja posyandu, sehingga tidak dapat memberi pelayanan secara maksimal kepada sasaran. Salah satu penyebab posyandu tidak aktif adalah kader drop out. Alasan kader drop out adalah

3 kurang penghargaan dalam bekerja. Sebab lain posyandu tidak aktif adalah keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh kader. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2012 menyatakan bahwa ada 2.475 Posyandu Balita yang aktif dan 11.834 kader yang aktif. Puskesmas Kembaran I merupakan salah satu Puskesmas dengan jumlah kader tidak aktif yang relatif banyak yaitu 47 dari 278 kader yang aktif yang tersebar di 53 Posyandu. Desa Kembaran salah satu desa yang merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Kembaran I, dimana di Desa Kembaran terdapat 8 Posyandu Balita yaitu Posyandu Merpati, Posyandu Cendrawasih, Posyandu Nuri, Posyandu Podang, Posyandu Garuda I, Posyandu Garuda II,Posyandu Glatik, Posyandu Kutilang. Selain itu juga Desa Kembaran termasuk desa dengan kunjungan balita terendah dimana dari 473 balita yang terdaftar sebagai peserta posyandu, hanya 69,1% balita yang datang, maka jumlah balita yang aktif sebanyak 327 balita dan yang tidak aktif sebanyak 146 balita. Dari survey pendahuluan yang sudah dilakukan di Desa Kembaran yang terletak di Kecamatan Kembaran pada bulan Oktober 2012, jumlah keseluruhan kader dari ke 8 Posyandu tersebut adalah 42 kader, dimana ada 12 kader yang tidak aktif dalam pelaksanaan posyandu balita, hal ini berarti prosentase kehadiran kader di tiap posyandu hanya 60%. Selain itu juga sebagian dari kader kurang aktif dalam melaksanakan posyandu dengan sistem 5 meja dan tidak melaksanakan pembagian tugas sesama kader.

4 Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 kader, hasilnya semua kader menyatakan bahwa mereka memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan sukarela demi kesejahteraan kesehatan balita, tanpa imbalan yang memadai yaitu hanya mendapat dana operasional kunjungan rumah sebesar Rp 60.000 tiap satu tahun sekali. Motivasi kader sangat dibutuhkan demi kelancaran pelaksanaan posyandu. B. Rumusan Masalah Di Desa Kembaran terdapat 42 kader kesehatan yang melayani 473 balita, dengan prosentase kehadiran 69,1 %. Motivasi kader posyandu pada Desa Kembaran Kecamatan Kembaran sangatlah kurang bisa dilihat dari berapa banyak kader yang mengikuti pelaksanaan posyandu,pada setiap pelaksaan posyandu terdapat kader yang tidak aktif yaitu dengan posentase kehadiran kader 60%. Rendahnya pencapaian sistem 5 Meja dalam pelaksanaan Posyandu yang disebabkan karena kurang aktifnya kader dalam pelaksanaan posyandu tersebut karena berbagai halangan yang memungkinkan kader tidak bisa datang dalam pelaksanaan posyandu. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis tertarik untuk merumuskan kejadian tersebut sebagai masalah dalam keperawatan. Oleh karena itu peneliti akan merumuskan masalah yaitu Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Balita di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara Kepuasan Kerja dengan motivasi kader dalam pelaksanaan Posyandu Balita di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi kader). b. Mengetahui kepuasan kerja kader posyandu balita di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran c. Mengetahui motivasi kader dalam kegiatan Posyandu di Desa Kembaran. d. Mengetahui hubungan kepuasan kerja terhadap motivasi kader dalam pelaksanaan Posyandu balita di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan peneliti dan pembaca tentang Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan motivasi kader dalam pelaksanaan Posyandu di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

6 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Kader Motivasi dalam kerja menjadi kader Posyandu meningkat sehingga kepuasan kerja meningkat dan kegiatan Posyandu berjalan lancar. 2. Bagi Desa Sebagai referensi untuk mengfungsikan kader kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan serta untuk meningkatkan kualitas kader. 3. Bagi institusi Sebagai tambahan referensi untuk mengkaji lebih lanjut tentang kompetensi mahasiswa 4. Bagi peneliti Sebagai wacana, media pembelajaran, dapat memberikan pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan dalam penelitian sehingga dapat untuk pedoman dalam penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait 1. Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu dari Henni, D Dkk (2010), yang berjudul Motivasi meningkatkan Keberhasilan Kegiatan Posyandu. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional explanatory survey dengan menggunakan kuisioner dengan rancangan studi kasus pada penelitian ini dimaksudkan utnuk menganalisis pengaruh serta faktor motivasi yang paling berpengaruh terhadap peran serta kader dan masyarakat

7 dalam kegiatan Posyandu dikabupaten kuningan selama tahun 2009. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa faktor motivasi berpengaruh terhadap peran serta kader dan masyarakat dalam posyandu. Meskipun demikian terdapat berbagai variasi pengaruh, pada kader aktif motivasi ekternal lebih berpengaruh (p=0,97) dibandingkan dengan motivasi interanal (p=0,41). Pengaruh dan perbedaan pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan masyarakat menentukan keberhasilan kegiatan posyandu. 2. Sedangkan menurut penelitian Haryanto dan Dewi (2008), yang berjudul Hubungan antara pengetahuan dan motivasi kader posyandu dengan keaktifan kader posyandu di desa Dukuh tengah kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan antara variabel dengan metode pendektan cross Sectional.. Adapun pengambilan sample menggunakan teknik non probability dengan sample jenuh dimana semua populasi dijadikan sample sebanayak 30 kader posyandu. Hasil penelitian didapat sebagian besar 22 responden (73,3%) tergolong dalam tingkat pengetahuan yang kurang baik, dan 21 responden (70%) yang tergolong memiliki motivasi yang kurang baik serta sebanyak 22 responden (73,3%) yang kurang aktif dalam kegiatan posyandu. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai p value : 0,000 dan nilai

8 r: 0,784, serta ada hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai p value :0,001 dan nilai r: 0,585. 3. Pada penelitian Astuti (2010), yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader di Posyandu Harapan Maju Pageralang Kec. Kemranjen Kab. Banyumas. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi kaderdi Posyandu Harapan Maju Desa Pageralang, kec. Kemranjen, kab. Banyumas.Sample pda penelitian ini adalah keseluruhan kader poyandu sebanyak 56 orang yang di peroleh dengan teknik porposive, dengan uji instrumen menggunakan angket dan observasi,dengan uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan (p=0,100), dana insentif (p=0,145), etugas kesehatan(p=0,57) terhadap partisipasi kader, ada pengaruh yang signifikan antara sarana dan prasarana (p=0.003) terhadap partisipasi kader di posyandu Harapan Maju Desa Pageralang kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas