Model Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga dengan Bak Komposter Untuk Menghasilkan Pupuk Cair

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGANAN SAMPAH ORGANIK DENGAN BAK SAMPAH KOMPOSTER DI DUSUN SUSUKAN KELURAHAN SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SAMPAH PASAR MENJADI KOMPOS

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WASTE (Pengelolaan Limbah)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari hari. Demikian juga

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN I.1

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

Henita Rahmayanti. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BUPATI POLEWALI MANDAR

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK PASAR ANGSO DUO JAMBI MENJADI BIOGAS BAGI MASYARAKAT SEKITAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

1

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI USAHA PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MASYARAKAT TPA SUMOMPO KEC. TUMINTING KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

STUDI PENANGANAN SAMPAH DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR JATIBARANG BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM)

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TABUR SEMPROT (Tabung Biru Komposter Sampah Dapur Rumah Tangga) BIDANG KEGIATAN: PKMKEWIRAUSAHAAN

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS PEMBERDAYAN MASYARAKAT MELALUI KOMBINASI BANK SAMPAH DAN TPS 3R

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

Transkripsi:

Model Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga dengan Bak Komposter Untuk Menghasilkan Pupuk Cair Nur Aklis 1, Masyrukan 1, Choirul Amin 2 1 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta nur.aklis@ums.ac.id 2 Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Sebagaimana komunitas masyarakat lainnya warga RT 02 RW 10 Gonilan mengalami persoalan dengan sampah. Penanganan sampah yang selama ini dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman dan membuangnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disediakan desa. Model seperti ini membutuhkan biaya yang harus ditanggung warga, apabila ada masalah di petugas sampah lingkungan menjadi tidak sehat dan tidak rapi dan ikut berperan menambah penumpukan sampah di TPA. Makalah ini memaparkan kegiatan yang dilakukan untuk menangani persoalan sampah dengan berbasis rumah dengan memanfaatkan teknologi komposter untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk cair. Kegiatan dimulai yang dilakukan berupa sosialisasi, pembentukan kelompok pengelola, pemberian pelatihan pembuatan komposter, pengolahan sampah berbasis komposter dan pemanfaatan hasil komposter. Dari aktivitas yang telah dilakukan di RT 02 RW 10 Gonilan telah memiliki kelompok pengelola sampah dengan jumlah anggota sebanayak 30 rumah tangga. Aktifitas pengelola sampah berbasis rumah tangga telah mengurangi sampah organik warga rata-rata 0,5 kg/hari dan pupuk cair yang dihasilkan sebanyak rata-rata 1,5 liter per minggu untuk setiap komposter. Kata Kunci : Sampah Organik, Bak Komposter, Pupuk Cair 1. PENDAHULUAN Salah satu persoalan yang dihadapi masyarakat mulai dari rumah tangga, kampung, desa sampai negara adalah sampah. Persoalan pertama adalah pada persoalan volume, dimana sampah dalam tiga tahun terakhir menunjukkan trend naik secara signifikan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup 2012 menunjukkan bahwa volume sampah pada tahun 2010 sebanyak 200.000 ton/hari dan pada tahun 2012 meningkat lebih dari 2 kali lipat yaitu sebanyak 490.000 ton per hari atau total sebanyak 2.178.850.000 ton setahun. Dari total sampah tersebut lebih dari 50% adalah sampah rumah tangga. Persoalan yang kedua adalah pada persoalan penanganan sampah yang tidak tertangani ataupun jika tertangani akan membutuhkan biaya yang besar dan akan menyisakan masalah di tempat lain. Dampak sampah yang tidak tertangani akan menimbulkan persoalan bidang kesehatan, lingkungan dan sosial ekonomi. Di bidang kesehatan sampah yang tidak tertangani akan berpotensi menimbulkan penyakit diare, kolera, tifus, penyakit kulit, cacing pita dan penyakit lainnya. Sedangkan terhadap lingkungan sampah akan menjadi penyebab terjadinya pencemaran air, udara dan tanah. Disamping kesehatan dan lingkungan sampah juga bisa berdampak secara 478 ekonomi dimana sampah yang tidak terkelola akan dapat memunculkan potensi konflik sosial dan turunnya harga tanah dari suatu kawasan (Alex, 2012). Persoalan sampah juga terjadi di wilayah desa Gonilan Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah. Desa Gonilan adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Desa Gonilan 232 Ha dengan 212 Ha merupakan area pemukiman dan 20 Ha sisanya adalah persawahan(www.kartasura.sukoharjokab.go.id). Desa Gonilan dikenal sebagai pusat pendidikan, ini dikarenakan di desa tersebut terdapat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang memiliki mahasiswa lebih dari 25 ribu orang, Pondok Pesantern Assalaam yang memiliki santri lebih dari 2000 santri. Letak desa yang berbatasan langsung dengan kota Surakarta menyebabkan Gonilan menjadi salah satu wilayah yang tumbuh menjadi daerah pemukimanan sehingga volume sampah terus meningkat seiring dengan bertambahnya perumahan-perumahan baru dan bertambahnya jumlah mahasiswa dan santri. Pemerintah Desa selaku pihak yang berwenang telah menyediakan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di tanah kas desa. TPS ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Solo. Teknis

pengelolaan sampah setiap wilayah RT atau perumahan menunjuk petugas sampah yang bertugas untuk memunguti sampah dari rumah warga dan membuangnya di TPS. Dari TPS sampah diangkut armada ke Tempat Pembuangan Akhir di Solo. Sebagai konsekuensi dari proses tersebut warga harus membayar iuran rutin untuk membiayai petugas pemungut sampah dan juga membayar iuran untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang biayanya tergantung dari luas wilayah kerja masing-masing RT atau perumahan. Sebagai akibat terus meningkatnya volume sampah TPA desa sering mengalami overload sebagaimana dalam gambar 1.Disamping masalah overload yang menyebabkan persoalan kesehatan dan lingkungan dengan model yang sudah berjalan secara ekonomi masyarakat akan terbebani karena diharuskan untuk membayar iuran. Ini yang dialami oleh warga RT 2 RW 10. Wilayah RT 02 RW X terdiri atas perumahan-perumuhan yang cenderung menjadi perumahan tumbuh dan wilayah di jalan protokol desa Gambar 1. Kondisi Tempat Pembuangan Sementara Desa Gonilan Perumahan yang ada di RT 02 RW X terdiri atas Perumahan Mekarsari 3, Perumahan Arafah, Perumahan Barito dan Perumahan Arfa Mandiri yang awalnya dibangun oleh pengembang serta beberapa wilayah pemukiman baru yang dibangun secara mandiri oleh warga. RT 02 RW memiliki kepala keluarga sejumlah 52 dengan jumlah total penghuni 192 orang. Jumlah ini masih ditambah dengan mahasiswa yang tinggal di wisma atau koskosan yang jumlahnya fluktuatif dengan kisaran rata-rata 140 an mahasiswa. Untuk penangan sampah Pengurus RT 02 RW X mengangkat petugas sampah dengan imbalan tiap bulan dan Pengurus RT mewajibkan setiap rumah untuk memiliki tempat sampah. Setiap bulan Pengurus RT harus mengeluarkan biaya untuk pengelolaan sampahrata-rata sebesar Rp.1000.000,- dengan rincian sebagaimana dalam tabel 1.Kondisi lahan yang dimiliki warga terbatas sehingga warga menempatkan bak sampah dipinggir jalan. Karena jarak antar rumah sangat rapat dan juga lebar jalan perumahan yang sempit adanya bak sampah di setiap rumah sangat menganggu pemandangan dan menganggu akses jalan Tabel 1. Rincian Biaya Pengelolaan Sampah Pengurus RT 02 RW 10 Jenis Besaran Keterangan Pengeluaran Honor Petugas Rp.500.000,- Tiap bulan Biaya TPA Rp.200.000,- Tiap Bulan THR Petugas Rp.500.000,- Tiap Tahun Pemeliharaan Rp. 1300.000,- Tiap Tahun Motor sampah (tentatif) Frekuensi pengambilan sampah yang hanya 2 kali sering menyebabkan sampah berserakan dan mengeluarkan bau tidak sedap dari sampah organik yang busuk.dari gambaran di atas ada beberapa persoalan sampah yang dialami warga RT 2 RW 10 yaitu menggunungnya sampah di TPA desa Gonilan, Biaya yang harus dikeluarkan oleh warga dan kesehatan dan kerapian lingkungan. Salah satu teknologi pengolah sampah adalah komposter. Komposter adalah alat yang digunakan untuk membantu kerja bakteri pengurai (decomposer) aneka material organik berupa sampah dan limbah menjadi bentuk baru yakni material kompos dengan sifat-sifat seperti tanah (Nugroho, 2012). Paper ini akan membahas model pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dengan menggunakan bak komposter untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk cair di RT 02 RW 10 Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo untuk menyelesaikan persoalan sampah selama ini muncul. 2. METODE Beberapa aktivitas telah dilakukan oleh beberapa pihak untuk menyelesaikan masalah sampah organik. Aklis (2016) melakukan aktivitas untuk menyelesaikan sampah yang dihadapi warga Desa Susukan, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang dengan metode utama penggunaan teknologi komposter untuk menghasilkan kompos. Model penyelesaiannya berbasis kelompok dimana di dalam kelompok ada motor penggeraknya. Aktivitas telah berhasil membentuk kelompok pengelola sampah dan memberi alat komposter kepada warga beserta mesin pencacah untuk menghasilkan kompos tetapi program tersebut masih belum menggambar keberlanjutan program. Dari pengalaman tersebut strategi dan metode untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan adalah a) Pengelolaan menekankan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) berbasis masyarakat 479

b) Meningkatkan motivasi dan memberi pelatihan keterampilan pengolahan sampah kepada warga c) Menggunakan komposter skala rumah tangga sebagai pilihan teknologi untuk mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis d) Penguatan model pemanfaatan hasil komposter. Dari strategi di atas metode penyelesaian masalah dapat diuraikan dalam gambar 2. Dari gambar 2 diketahui bahwa pelaksanaan aktivitas dapat dijelaskan sebagai berikut; a) Sosialisasi ke warga Sosialisasi dan pemberian contoh komposter ke warga. Aktivitas ini bertujuan untuk memperkenalkan program yang akan dilaksanakan dan meperkenalkan teknologi yang akan digunakan. Di tahap ini juga di berikan contoh komposter ke salah satu warga dengan tujuan akan menambah semngat warga untuk mengikuti aktifitas. Sosialisasi Pemberian Contoh Komposter dan Pembentukan Kelompok Pengelola Pelatihan Warga Ke Pembuatan Komposter dan Pengolahan Sampah Organik Pemanfaatan Hasil Pupuk Cair Gambar 2 Metode Pelaksanaan Kegiatan b) Pembentukan Kelompok dan Pengelola Setelah sosialisasi tahap selanjutnya adalah pembentukan kelompok pengelola yang akan menjadi motor penggerak atau relawan pelaksanaan program. Susunan manajemen kelompok terdiri dari penasehat, ketua, sekertaris, bendahara, perlengkapan, pengelolahan dan marketing. c) Pelatihan Tahap berikutnya dari kegiatan adalah pemberian pelatihan bagi warga. Materi pelatihan meliput Achievment motivation training untuk pengelolaan sampah Pngenalan komposter dan Teknik Pembuatan Komposter seerta pengoperasiannya Pengenalan bahan activator dan teknik pembuatan alat pembiakan bakteri activator Pemanfaatan peluang usaha pengolahan pupuk organik d) Pembuatan komposter dan Pengolahan Sampah. Tahap ini adalah tahap paling penting untuk mengolah sampah. Setelah mendapatkan pelatihan Setelah mendapatkan materi pelatihan pembuatan komposter maka langkah selanjutnya mengaplikasikan pengetahuan yang didapat untuk membuat komposeter. Gambar 3 menunjukkan desain komposter. Gambar 3 Desain Komposter Komposter pada prinsipnya adalah reaktor yang bekerja secara semi anaerob yang bagian utamanya terdiri dari Ruang reaktor Penampung pupuk cair Penyekat Penyangga Saluran pembuangan gas metan Saluran Cairan yang dihasilkan Bagian utama komposter bisa dibuat dari bak plastik dengan selang pvc sebagai penyangganya. Sedangkan untuk pemisah antara reaktor dengan bagian penampung bisa dibuat dari bahan polikarbonat. Untuk kebutuhan komposter rumah tangga bak yang bisa dipakai adalah bak plastikukuran 30 sampai 60 liter. 480

Setelah komposter dibuat maka kompester di distribusikan ke rumah tangga dengan 1 rumah tangga akan mendapatkan 1 buah komposter peserta activator dan alat sprey. Jumlah anggota aktif yang terlibat sberjumlah 30 keluarga. Anggota kelompok yang sudah mendapat seperangkat komposter mulai mengunakan alat tersebut untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk cair. Proses pengolahan dimulai dari pemisahan antara sampah organik dan non organik. Teknik penggunaan komposter sampah organik dimasukkan ke komposter kemudian disiram dengan activator yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 10. Komposter dapat ditambahkan Sampah organik d setiap saat. Setelah 7 hari maka sampah akan terurai menjadi pupuk cair dimana pupuk cair dapat diambil lewat pipa yang dipasang dibagian bawah bagian penampungan. e) Pemanfaatan Pupuk Cair Dari langkah ke empat warga sudah mendapatkan produk berupa pupuk cair. Pupuk cair ini dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri yaitu digunakan untuk memupuk tanaman-tanmanan yang dimiliki warga atau dijual sebagai pupuk cair ke pasaran. Tahap pengelolaan dan pemanfaatan pupuk dikontrol oleh pengurus tim. Agar dapat berjalan dengan baik maka dibuat aturan pengelolaan yang disepakati warga dan tim pengelola. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari aktivitas yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa warga RT 02 RW 10 Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo telah mengetahui pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan benar. Ini didapatkan setelah mengikuti pelatihan yang diadakan. Pelatihan memberikan manfaat kepada warga bahwa sampah sebenarnya memiliki potensi ekonomis asalkan warga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memanfaatkannya. Pada aspek pengetahuan dan keterampilan, pelatihan memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sampah dalam hal pengetahuan dan cara pembuatan komposter, cara pengoperasian komposter, proses pembuatan activator atau mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan sampah di komposter dan cara pembuatan alat untuk memproduksi activator. Disamping hal tersebut warga juga memiliki pengetahuan untuk memanfaatkan hasil pupuk cair yang telah dihasilkan dari pengolahan sampah organik. Pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan kemudian diaplikasikan oleh warga untuk membuat model pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dengan fokus pada pengelolaan sampah organik. Tim pengelola yang akan menjadi motor penggerak sudah terbentuk dan komposter beserta perangkat pendukungnya sudah tersedia. Untuk tahap pertama tercatat tim pengelola sampah RT 02 RW 10 telah berhasil membuat komposter sejumlah 30 buah yang telah didistribusikan ke warga. Jika dioperasikan semuanya dengan perkiraan tiap rumah tangga menghasilkan sampah organik 0,5 kg maka volume sampah yang akan akan diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah Desa Gonilan berkurang sebesar 15 kg. Pemanfaatan komposter mampu menghasilkan pupuk cair dari sampah rumah tangga sebesar 1, 5 liter per minggu. Dari data tersebut pengoperasian komposter akan menghasilkan potensi sampah cair sebesar 180 liter per bulan. Pupuk cair ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian organik perkotaan berbasis hidroponik. Di samping itu pupuk juga dapat dijual yang dapat menghasilkan keuntungan bagi warga. Pengurangan volume sampah yang dibuang oleh petugas sampah dapat dijadikan bahan untuk negoisasi upah petugas sampah setiap bulannya sehingga beban bulanan warga akan terkurangi. Keterampilan warga untuk membuat komposter dan alat pembiakan activator berpotensi untuk menjadi peluang bisnis baru. Di samping itu pengalaman yang dimiliki oleh warga RT 02 RW 10 Desa Gonilan dapat disebarkan ke kawasan sekitar sehingga jika semakin banyak kawasan yang menerapkan sistem pengelolaan seperti yang dilakukan maka sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) berkurang sehingga mengurangi penumpukan sampah di TPA dan akan mengurangi biaya pengelolaan yang ditanggung pengurus TPA desa Gonilan. 4. KESIMPULAN Untukmenyelesaikan persoalan berupa mahalnya proses pengambilan sampah, lingkungan yang kurang bersih dan rapi dan ikut berperan membuat overload Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten sukoharjo warga di RT 02 RW 10 Desa Gonilan telah melakukan kegiatan model pengelolaan sampah dengan aktivitas inti pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair. Kegiatan ini berupa pelatihan, penyediaan komposter, proses pengolahan di setiap rumah warga yang diatur oleh tim pengelola dari warga sendiri. Dari model yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa warga mampu mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA dan warga memiliki produk berupa pupuk cair yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangan pertanian perkotaan atau dapat di jual. Warga juga memiliki daya tawar kepada petugas sampah untuk menurunkan ongkos biaya pengambilan sampah. Disamping hal tersebut keterampilan yang didapat dari pelatihan dapat digunakan oleh kelompok tim pengelola untuk 481

mengembangkan bisnis pembuatan komposter dan activator. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktoratat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Perguruan Tinggi Republik Indonesai yang telah mendanai progaram ini melalui pembiayaan program pengabdian masyarakat skim Program Kemitraan Masyarakat tahun 2017. DAFTAR PUSTAKA Aklis, Nur dan Masyrukan., (2016).Penanganan Sampah Organik Dengan Bak Sampah Komposter Di Dusun Susukan Kelurahan Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Warta vol 1 No.1, p:74-82 Nurjazuli, Awiyatul. A, Juliana. C., Pertiwi K.D., Samosir, K., Prasetyawati, P., Pertiwi, S., (2016). Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Cair (Organic Waste Treatment Technology Toward Liquid Compost), Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II, p:1-4 Alex, S., (2012), Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, Pustaka Baru Press Nugroho, P., (2012) Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair, Pustaka Baru Press www.kartasura.sukoharjokab.go.id 482