BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURANDANTATATERTI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING. 300 Struktur Organisasi. 301 Pengurus. 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

BAB 6 PROSEDUR KLIRING

BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI

BAB II KETENTUAN UMUM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. 1. Informasi yang menyesatkan menurut peraturan perundangundangan. pasar modal adalah suatu informasi yang tidak

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5636); MEMUTUSKA

PASAR FISIK KARET TERORGANISIR

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 47 /PM/2004 TENTANG DANA JAMINAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

BAB I KEANGGOTAAN DAN KEPESERTAAN BURSA BAGIAN A KEANGGOTAAN BURSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Transkripsi:

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN OTORITAS PENEGAK PERATURAN DAN TATA TERTIB BURSA 500. DIVISI AUDIT DAN PENGAWASAN PASAR 1. Direksi menunjuk kepala Divisi Audit Dan Pengawasan Pasar untuk melaksanakan penegakan Peraturan dan Tata Tertib Bursa. Selain itu Direksi juga menugaskan kepada Komite Pelaksanaan Perdagangan untuk memberikan pertimbangan dan/atau saran dalam rangka penegakan peraturan. 2. Kepala Divisi Audit dan Pengawasan Pasar adalah pejabat Bursa yang bertanggung jawab kepada Direksi dengan tugas melakukan pengawasan dan penegakkan peraturan. Pejabat tersebut dapat melakukan pemeriksaan terhadap Anggota Bursa, meminta Anggota Bursa untuk memperlihatkan laporan dan catatan kegiatan usahanya, menjawab pertanyaan dan memberikan keterangan dalam rangka penegakan peraturan perundangundangan di bidang perdagangan berjangka dan Peraturan Bursa. 501. KOMITE PELAKSANAAN PERDAGANGAN Komite Pelaksanaan Perdagangan memberikan pertimbangan dan/atau saran kepada Direksi dalam penegakan peraturan yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1. Setiap tindakan dan/atau usaha untuk memanipulasi harga, serta setiap tindakan dan/atau usaha untuk menyudutkan pasar (Market Cornering) dan menekan pasar (Market Squeezing); 2. Tindakan Anggota Bursa yang mencemarkan nama baik Bursa; 3. Perilaku dan ketaatan terhadap Peraturan perundang-undangan, termasuk perilaku yang berdampak negatif kepada masyarakat; 4. Pelanggaran terhadap tata cara perdagangan elektronis; 5. Kode etik perdagangan elektronis; 6. Penghentian sementara kegiatan perdagangan elektronis. 7. Merekomendasikan jenis sanksi administratif terhadap Anggota Bursa. 8. Membantu menyelesaikan perselisihan antar Anggota Bursa dan/atau antara Anggota Bursa dengan Nasabahnya.

PELANGGARAN DAN SANKSI 502. JENIS-JENIS PELANGGARAN 1. Pelanggaran Berat adalah termasuk tetapi tidak terbatas pada : a. Penipuan atau tindakan beritikad tidak baik; b. Perdagangan fiktif; c. Manipulasi atau usaha untuk memanipulasi harga; d. Membuat pernyataan dan/atau laporan yang menyesatkan kepada Direksi, Komite atau Pejabat Bursa; e. Menyebarkan data palsu, menyesatkan atau tidak memberikan data secara akurat mengenai komoditi dan informasi pasar yang berpengaruh atau cenderung berpengaruh pada harga Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa; f. Tidak hadir, bersaksi palsu, tidak menjawab sepenuhnya pertanyaan, atau tidak bekerja sama dalam dengar pendapat yang dilakukan oleh Komite atau pemeriksaan yang dilakukan oleh Bursa; g. Tidak dapat memberikan buku dan catatan yang diminta oleh pegawai bursa yang berkaitan dengan pemeriksaan sebagai mana dimaksud pada huruf (f) diatas, dalam masa waktu 3(tiga) hari setelah permintaan itu dibuat; atau gagal menghadap pegawai Bursa sesuai dengan jadwal yang ditetapkan tanpa alasan yang bisa diterima; h. Melakukan tindakan yang merugikan dan bertentangan dengan kepentingan perdagangan berjangka; i. Secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pihak lain untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka dengan cara membujuk atau memberi harapan keuntungan di luar kewajaran (high-pressure sales tactics); j. Melakukan transaksi Kontrak Berjangka yang telah diatur sebelumnya secara tidak wajar; k. Melakukan transaksi, mengoperasikan, mewakili dan/atau memiliki kepentingan dalam transaksi yang menyelesaikan dua atau lebih amanat yang berlawanan di luar Bursa (bucket shop); l. Melakukan perdagangan dengan cara mengatur lebih dahulu atau secara sistematis melakukan perdagangan melawan posisi Nasabah; m. Membeli dan menjual Kontrak Berjangka dengan niat untuk sengaja cidera janji; n. Dengan sengaja memasukkan data palsu ke dalam laporan posisi keuangan Nasabah; o. Melakukan transaksi tutup sendiri, dengan tidak terlebih dahulu mengajukan penawaran di pasar; p. Menolak untuk tunduk pada keputusan Arbitrase; q. Menyebarkan atau membantu menyebarkan rumor yang cenderung membahayakan integritas suatu kontrak berjangka atau bursa dengan cara apapun; r. Melanggar ketentuan pasal-pasal yang secara tegas dinyatakan sebagai pelanggaran berat. 2. Pelanggaran Ringan adalah termasuk tetapi tidak terbatas pada : a. Perilaku tidak terhormat; b. Melanggar peraturan yang bukan termasuk Pelanggaran Berat.

503. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN Sanksi terhadap Peraturan dan Tata Tertib Bursa dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori sesuai dengan jenis pelanggarannya, sebagai berikut : a. Pelanggaran Berat dapat dikenakan hukuman berupa penghentian sementara, pembekuan, pencabutan, dan/atau denda tidak lebih dari Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) ditambah nilai dari manfaat yang diterima dan/atau kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran terhadap peraturan; b. Pelanggaran Ringan dapat dikenakan hukuman berupa penghentian sementara untuk masa yang tidak lebih dari 3 (tiga) hari perdagangan, dan/atau Denda tidak lebih dari Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) ditambah nilai dari manfaat yang diterima dan/atau kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran terhadap peraturan. 504. PENGHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBEKUAN Anggota Bursa yang kegiatannya dihentikan sementara atau dibekukan tidak dapat menggunakan Keanggotaan Bursanya selama masa penghentian kegiatan tersebut. Keanggotaan Bursa tersebut dapat diaktifkan kembali dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Direksi. 505. PENCABUTAN KEANGGOTAAN BURSA Anggota Bursa yang dicabut Keanggotaan Bursanya akan kehilangan semua hak sebagai Anggota Bursa dan tidak diperkenankan mengakses ATP. 506. POSISI TERBUKA YANG ADA PADA ANGGOTA BURSA YANG DIHENTIKAN SEMENTARA, DIBEKUKAN ATAU DICABUT KEANGGOTAANNYA 1. Apabila Pialang Berjangka dihentikan kegiatannya untuk sementara, dibekukan, atau dicabut keanggotaannya oleh karena suatu pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan serta Peraturan Bursa, maka posisi terbuka Nasabahnya dapat dialihkan kepada Pialang Berjangka lainnya. 2. Dalam hal pengalihan posisi terbuka karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, maka Direksi dapat memerintahkan untuk melikuidasi semua posisi terbuka tersebut. Kerugian yang ditimbulkan oleh pelaksanaan likuidasi tersebut menjadi tanggungan Anggota Bursa yang melakukan pelanggaran.

PROSEDUR PENETAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN 507. DENGAR PENDAPAT 1. Terhadap dugaan adanya Pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota Bursa, Komite Pelaksanaan Perdagangan dapat menyelenggarakan rapat Dengar Pendapat yang dipimpin oleh Ketua Komite. Setiap keputusan Komite diambil berdasarkan musyawarah atau suara terbanyak. 2. Apabila dari hasil Dengar Pendapat tersebut Komite berpendapat bahwa Anggota Bursa yang bersangkutan terbukti melakukan pelanggaran, Komite Pelaksanaan Perdagangan akan menyampaikan rekomendasi tertulis kepada Direksi mengenai jenis dan sifat pelanggaran serta saran sanksi yang akan dikenakan, yaitu antara lain: a. Memerintahkan Anggota Bursa tersebut untuk menghentikan kegiatan yang melanggar peraturan atau bertentangan dengan kepentingan Bursa; b. Memerintahkan Anggota Bursa yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang telah ditetapkan Bursa; c. Mengenakan denda terhadap Anggota Bursa tersebut yang besarnya tidak melebihi Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) ditambah nilai manfaat yang diterima dan/atau kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan pelanggaran tersebut; d. Membekukan keanggotaan Bursa yang bersangkutan; e. Melikuidasi posisi terbuka Anggota Bursa dimaksud dan/atau Nasabahnya; f. Menyarankan kepada Direksi untuk membatasi jumlah posisi terbuka Anggota Bursa yang bersangkutan; g. Menetapkan larangan beriklan yang menyesatkan oleh Anggota Bursa yang bersangkutan; dan h. Memberikan saran-saran lain yang dipandang perlu. 508. TINDAKAN TERHADAP ANGGOTA BURSA Dalam hal Komite Pelaksanaan Perdagangan berpendapat bahwa tindakan Anggota Bursa akan membahayakan integritas atau likuiditas Bursa, antara lain dapat menyebabkan penguasaan pasar untuk tujuan manipulasi harga yaitu menyudutkan/mengarahkan harga (price cornering) dan menekan harga (Price Squeezing), Direksi atas saran Komite dapat : 1. memerintahkan Anggota Bursa untuk melikuidasi semua posisi terbuka yang bermasalah tersebut; 2. memerintahkan agar tidak satupun Anggota Bursa menerima posisi Kontrak Berjangka yang diduga melakukan manipulasi tersebut ; dan 3. memerintahkan tindakan-tindakan lain yang dipandang perlu untuk melindungi integritas Bursa.

TANGGUNG JAWAB 509. TANGGUNG JAWAB ANGGOTA BURSA ATAS TINDAKAN WAKILNYA Segala tindakan yang mengabaikan kewajiban, ketidakpatuhan atau kegagalan yang dilakukan oleh pegawai, pejabat, wakil atau orang lain yang mengatasnamakan Anggota Bursa, yang dilakukan di dalam lingkup kerja atau jabatannya, merupakan tanggung jawab Anggota Bursa yang bersangkutan. 510. PEMBEBASAN TANGGUNG JAWAB BAGI BURSA ATAS PERILAKU ANGGOTA BURSA Setiap Anggota Bursa wajib membebaskan Bursa dari segala macam tanggung jawab dan kerugian yang timbul dari gugatan yang diajukan terhadap Anggota Bursa sebagai akibat pelanggaran Peraturan oleh Anggota Bursa yang bersangkutan, atau sebagai akibat kegagalan Bursa menemukan, mencegah atau mengambil tindakan terhadap pelanggaran tersebut. 511. BATAS TANGGUNG JAWAB BURSA 1. Bursa, Anggota Bursa, pihak yang membuat ATP, agen atau pihak yang mendapat kuasa dari Bursa, tidak bertanggung jawab terhadap pihak manapun, termasuk Nasabah, terhadap kerugian, kerusakan, pengeluaran dan biaya (termasuk tetapi tidak terbatas pada potensi kehilangan laba, kehilangan kesempatan untuk menggunakan), sebagai akibat dari segala kegagalan pada ATP, pelayanan Bursa atau fasilitas pendukungnya yang dikarenakan oleh sebab apapun, kecuali tindakan pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja; 2. Bursa memberikan jaminan atas kinerja sistem ATP yang digunakan dalam rangka memberikan pelayanan atau fasilitas Bursa, kecuali dalam keadaan darurat (kahar). 3. Bursa bertanggung jawab jika pegawai Bursa yang ditunjuk secara sengaja : a. mematikan ATP diluar ketentuan Bursa; b. gagal untuk mematikan ATP sesuai dengan petunjuk manual yang berlaku. Apabila amanat yang telah dimasukkan atau telah sepadan dan diterima oleh bursa tidak dapat diproses oleh sistem ATP, maka amanat tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk tuntutan ganti rugi ; atau c. memberitahukan kode akses (user id & password) kepada pihak yang tidak berkepentingan. 4. Tanggung Jawab Bursa atas hal-hal sebagaimana yang dimaksud pada angka (3) diatas hanya terbatas pada: a. Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap tuntutan ganti rugi; atau b. Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk semua tuntutan ganti rugi. Pengajuan tuntutan ganti rugi dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak terjadinya pelanggaran.

512 LIKUIDASI DAN PEMBEKUAN REKENING DALAM KONDISI KHUSUS 1. Pialang Berjangka wajib melaporkan kepada Bursa dan Lembaga Kliring secara tertulis dengan bukti pendukung, apabila Nasabah dalam kondisi: a. Bangkrut; b. Hilang ingatan (mentally unwell); c. Meninggal; dan d. Adanya perintah dari pihak yang berwenang untuk menutup rekening Nasabah. 2. Untuk melindungi kepentingan Nasabah, Pialang Berjangka dapat melikuidasi posisi Nasabah tersebut. Apabila Pialang Berjangka tidak dapat melikuidasi posisi Nasabah tersebut, Bursa dan Lembaga Kliring dapat melikuidasi posisi Nasabah tersebut berdasarkan permintaan tertulis Pialang Berjangka.