BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN"

Transkripsi

1 BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN 500. UMUM 1. Kecuali dinyatakan berbeda dalam Peraturan Lembaga Kliring ini, Anggota Kliring akan menerima dan mengkliringkan semua Kontrak Berjangka atas namanya sendiri dan/atau milik Nasabahnya kepada Lembaga Kliring. 2. Lembaga Kliring hanya akan melaksanakan proses kliring dan penyelesaian atas Kontrak Berjangka yang telah memenuhi syarat untuk dilaksanakan proses kliring dan penyelesaian oleh Lembaga Kliring. 3. Lembaga Kliring dari waktu ke waktu dengan kebijakannya sendiri dapat menolak penjaminan dan penyelesaian transaksi Tukar Fisik dengan Berjangka (TFB)/Tukar Fisik dengan SWAP (TFS) atau transaksi Block Trade (Bonafide) yang tidak memenuhi persyaratan tanpa berkewajiban memberikan alasan apapun, dan Lembaga Kliring akan memberitahukan keputusannya itu kepada Anggota Kliring NOVASI 1. Tunduk pada ketentuan Peraturan Lembaga Kliring Pasal 500 di atas, Lembaga Kliring akan bertindak sebagai penjamin yang melaksanakan Novasi atas Kontrak Berjangka yang diterimanya pada saat: a. amanat jual dan/atau belinya telah sepadan berdasarkan Automated Trading System (ATS); b. apabila menyangkut transaksi Tukar Fisik dengan Berjangka (TFB)/Tukar Fisik dengan SWAP (TFS) atau transaksi Block Trade (Bonafide), maka akan dilaksanakan proses novasi ketika transaksi tersebut dilaporkan ke Bursa Berjangka dan diterima secara sah oleh Lembaga Kliring. 1

2 2. Novasi akan menghasilkan dua Kontrak Berjangka baru, yang satu antara Anggota Kliring Penjual dengan Lembaga Kliring yang berperan sebagai Pembeli dan sebaliknya pada kontrak lawannya antara Anggota Kliring Pembeli dengan Lembaga Kliring yang berperan sebagai Penjual. Setiap Kontrak Berjangka yang dihasilkan dari Novasi harus identik sesuai dengan kontrak asli kecuali dalam hal peran Lembaga Kliring sebagaimana dimaksud di atas. 3. Semua informasi dan data transaksi Kontrak Berjangka yang disampaikan oleh Bursa Berjangka atau Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring dianggap sebagai informasi dan data yang akurat serta asli. 4. Lembaga Kliring akan dibebaskan dari segala tanggung jawab atas setiap gugatan atau klaim yang menyangkut ketidakbenaran informasi dan data yang disampaikan oleh Anggota Kliring sesuai dengan angka 3 di atas. 5. Setiap Posisi Terbuka baik Posisi Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Position) maupun Posisi Nasabah dari Anggota Kliring yang disetujui oleh Lembaga Kliring untuk dilaksanakan proses kliring dan penyelesaian pada prinsipnya harus antara Lembaga Kliring dan Anggota Kliring. 6. Tidak ada Pihak lain atau pihak ketiga yang memiliki hak atas Posisi Terbuka antara Anggota Kliring dengan Lembaga Kliring. 7. Tidak ada ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang akan dianggap, diperlakukan atau ditafsirkan sebagai ketentuan yang dapat menimbulkan multitafsir antara Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring. 8. Segala ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Lembaga Kliring ini hanya berlaku bagi Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring BATASAN TANGGUNG JAWAB Tanpa mengesampingkan batasan-batasan atau pengecualian kewajiban dari Lembaga Kliring: 2

3 a. dalam hal terjadi cidera janji maka tanggung jawab Lembaga Kliring atas pelaksanaan kliring, terbatas pada kerugian yang timbul dari penyelenggaraan fungsi substitusi (Novasi) Lembaga Kliring terhadap Kontrak Berjangka yang diperdagangkan antar Anggota Kliring; b. kecuali yang telah ditetapkan dalam ketentuan Pasal 501, Lembaga Kliring tidak bertanggung jawab terhadap Pihak manapun juga selain daripada kewajiban Lembaga Kliring selaku penjamin dimaksud Pasal 501 di atas PENGALIHAN KONTRAK BERJANGKA 1. Lembaga Kliring dapat: a. atas permintaan dari Anggota Kliring; b. sesuai dalam Peraturan Bursa Berjangka; atau c. sesuai dengan ketentuan dalam Bab 9 Peraturan Lembaga Kliring, mengalihkan Posisi Terbuka yang dimiliki oleh salah satu Anggota Kliring (Transferor Clearing Member) kepada Anggota Kliring yang lain (Transferee Clearing Member). 2. Pengalihan kontrak terbuka dapat dilakukan oleh Transferor Clearing Member dan Transferee Clearing Member sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring, termasuk persyaratan penempatan Margin dalam bentuk tunai, surat berharga atau jaminan lainnya oleh salah satu Pihak maupun kedua belah Pihak, ataupun oleh Pihak lainnya. 3. Meskipun dinyatakan seperti dalam angka 1 di atas, Lembaga Kliring mempunyai wewenang untuk menolak pengalihan Kontrak Berjangka tanpa memberikan alasan apapun. 4. Pengalihan harus dilakukan menurut tata cara dan pada waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring, berdasarkan persetujuan dari Transferee Clearing Member. 5. Setelah Transferee Clearing Member menyetujui pengalihan dengan cara yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring, kontrak terbuka antara Transferor Clearing Member dan Lembaga Kliring akan dibatalkan dan kontrak terbuka baru akan timbul antara Lembaga Kliring dan Transferee Clearing Member dengan kondisi dan persyaratan yang sama dengan kontrak terbuka yang dibatalkan. 3

4 504. POSISI TERBUKA Semua Kontrak Berjangka akan tetap terbuka dan akan terus berlaku dan mengikat Anggota Kliring sampai dilikuidasi dengan cara meng-offset Kontrak Berjangka sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini, atau melalui penyerahan fisik, penyelesaian secara tunai atau mekanisme penyelesaian lain yang telah ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka MARGIN A. Umum 1. Berkaitan dengan Kontrak Berjangka yang akan dikliringkan dan diselesaikan oleh Lembaga Kliring sesuai dengan Pasal 500, Anggota Kliring wajib memenuhi persyaratan Margin seperti yang ditentukan oleh Lembaga Kliring maupun Bursa Berjangka dari waktu ke waktu. 2. Margin yang ditempatkan di Lembaga Kliring berbentuk aset dan harus bebas dari pembebanan jaminan dalam bentuk apapun. Aset-aset tersebut adalah: a. uang tunai; b. deposito berjangka (time deposit); c. bank garansi; dan/atau d. aset-aset atau kekayaan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu. 3. Lembaga Kliring akan menerima setiap aset yang akan ditempatkan sebagai Margin, dan Lembaga Kliring berhak, berdasarkan kebijakan sendiri, untuk menilai aset yang dapat diterima sebagai Margin dan dapat memutuskan dari waktu ke waktu untuk menghentikan berlakunya aset yang telah diterima sebagai Margin dan penilaian tambahan terhadap aset tersebut. 4. Jika setiap aset yang ditempatkan oleh Anggota Kliring dengan alasan apapun tidak dapat diterima oleh Lembaga Kliring, maka aset tersebut dianggap tidak memiliki nilai untuk ditempatkan sebagai Margin berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring, dengan demikian 4

5 diperlukan aset lain dari Anggota Kliring sebagai pengganti yang nilai asetnya dapat diterima oleh Lembaga Kliring. 5. Lembaga Kliring berhak untuk menetapkan persyaratan dan ketentuan mengenai proporsi atau komposisi dari aset yang diterima sebagai Margin. Persyaratan tersebut dapat diberlakukan pada setiap Anggota Kliring menurut kategori keanggotaannya sesuai dengan Bab 4 Pasal Jenis Margin yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu, adalah: a. Margin Awal (Initial Margin); b. Margin Variasi (Variation Margin); c. Margin Penyerahan (Spot Margin); dan d. Margin Khusus (Special Margin); metode dan formula untuk menghitung Margin dan tata cara pembayaran yang akan ditentukan kemudian oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka, akan diberitahukan kepada Anggota Kliring melalui Surat Edaran Lembaga Kliring atau Surat Edaran Bersama antara Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring atau cara lain yang dianggap sesuai oleh Lembaga Kliring. Margin yang belum dibayarkan harus dibayar oleh Anggota Kliring dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka. 7. Sehubungan dengan Kontrak Berjangka yang dikliringkan dan diselesaikan oleh Lembaga Kliring, maka setiap Anggota Kliring wajib membayar Margin kepada Lembaga Kliring atas setiap Posisi Terbuka yang akan dikliringkan oleh Lembaga Kliring: a. untuk dan atas nama rekening milik Anggota Kliring sendiri; b. untuk dan atas nama Anggota Bursa Berjangka yang memiliki perjanjian kliring dengan Anggota Kliring. 8. Lembaga Kliring, berdasarkan kebijakan sendiri, dapat mengambil tindakan seperti tindakan pendisiplinan, pembekuan atau pencabutan keanggotaan terhadap Anggota Kliring yang gagal membayar Margin termasuk Margin Variasi (Variation Margin), Margin Khusus (Special Margin), atau kewajiban keuangan lainnya. 5

6 9. Anggota Kliring dilarang untuk melakukan segala tindakan yang bertujuan menghindari kewajiban penyetoran Margin kepada Lembaga Kliring. 10. Setiap Anggota Kliring wajib membukukan dan memelihara secara terpisah semua Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dan pembayaran lainnya untuk kegiatan transaksi yang diterima dari Nasabahnya dalam Rekening Terpisah (Segregated Account). Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), dan pembayaran lainnya yang dimaksud di atas wajib digunakan untuk memelihara kepentingan Posisi Nasabah. 11. Setiap Anggota Kliring harus memastikan bahwa: a. Margin, Nilai Penyelesaian Akhir, Nilai Penyelesaian Harian akan dihitung secara terpisah antara Rekening Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Account) dan Rekening Nasabahnya; b. setiap Margin yang ditempatkan di Lembaga Kliring, serta Nilai Penyelesaian Harian dan Nilai Penyelesaian Akhir yang ditempatkan di Lembaga Kliring oleh Anggota Kliring dalam hubungannya dengan suatu Posisi Terbuka yang dimilikinya, harus ditujukan kepada rekening Anggota Kliring yang memiliki Posisi Terbuka dimaksud di atas. 12. Anggota Kliring wajib bertanggung jawab atas ketersediaan Margin, memelihara saldo kecukupan Margin dan semua kewajiban keuangan lainnya kepada Lembaga Kliring. 13. Sehubungan dengan Posisi Terbuka yang sudah ada ataupun yang akan dibuka dari setiap Anggota Kliring, Lembaga Kliring dapat menetapkan dan menyesuaikan besaran Margin dari waktu ke waktu. Besaran Margin dapat berbeda-beda dari satu Kontrak Berjangka ke Kontrak Berjangka yang lain, ataupun untuk Bulan Kontrak yang berbeda. 14. Apabila dianggap perlu, Lembaga Kliring dapat menentukan Margin Khusus (Special Margin) untuk waktu tertentu yang ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan Lembaga Kliring sepenuhnya. 15. Aset yang ditempatkan sebagai Margin oleh Anggota Kliring di Lembaga Kliring dapat ditahan oleh Lembaga Kliring, baik secara keseluruhan maupun sebagian, sepanjang sesuai dengan ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini. Atas permintaan tertulis dari Anggota 6

7 Kliring, Margin yang telah disetorkan kepada Lembaga Kliring dapat dikembalikan kepada Anggota Kliring ketika suatu posisi telah (a) diselesaikan, ditutup atau diselesaikan dengan penyerahan, atau (b) dialihkan, sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini. 16. Anggota Kliring tidak dapat mengajukan permintaan penarikan atau pengembalian Margin yang sudah disetorkan kepada Lembaga Kliring, kecuali sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini, dan setelah setiap Posisi Terbuka ditutup atau diselesaikan dengan penyerahan, dan semua kewajiban kepada Lembaga Kliring sudah diselesaikan secara penuh. Keputusan atas pengembalian atau penarikan kembali jumlah Margin yang sudah disetor adalah merupakan kewenangan Lembaga Kliring sepenuhnya. 17. Lembaga Kliring berhak untuk menggunakan uang atau aset yang disetorkan sehubungan dengan Kontrak Berjangka Nasabah dari Anggota Kliring untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari Kontrak Berjangka dimaksud, apabila: a. Lembaga Kliring berpendapat bahwa kegagalan Anggota Kliring untuk memenuhi kewajiban secara langsung disebabkan oleh kegagalan salah satu Nasabah Anggota Kliring dalam memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan Kontrak Berjangka; b. kedua hal berikut ini sepenuhnya digunakan untuk pemenuhan kewajiban keuangan Nasabah: i. setiap dana atau aset yang ditempatkan di Lembaga Kliring sehubungan dengan Kontrak Berjangka dari Anggota Kliring itu sendiri; ii. setiap dana atau aset yang disetorkan oleh Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring sebagai agunan atau jaminan untuk tujuan pemenuhan semua kewajiban Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring (di luar dana atau aset Nasabah). c. Lembaga Kliring memiliki dasar pertimbangan yang kuat bahwa kegagalan dalam menggunakan dana atau aset Nasabah untuk memenuhi kewajiban keuangan dapat membahayakan integritas keuangan Lembaga Kliring. 18. Lembaga Kliring berhak meminta Anggota Kliring untuk mengganti setiap aset yang telah dipergunakan untuk menutup kewajiban keuangan lainnya dengan dana tunai yang ditempatkan di Lembaga Kliring. 7

8 B. Perbedaan Margin Antar Anggota Kliring Lembaga Kliring dapat menetapkan Margin dengan nilai yang lebih tinggi kepada beberapa Anggota Kliring tertentu atau untuk Kontrak Berjangka tertentu atau Bulan Kontrak tertentu atau situasi lainnya yang dianggap sesuai. Setiap penyesuaian Margin yang ditetapkan tidak akan mengikat Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka untuk menetapkan nilai Margin tersebut di masa depan. C. Margin Awal (Initial Margin) Sebelum membuka setiap Posisi Terbuka, Anggota Kliring wajib menempatkan Margin Awal (Initial Margin) yang jumlahnya ditentukan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka, serta wajib melakukan penambahan Margin (top up) dalam jumlah dan periode waktu yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring. D. Margin Variasi (Variation Margin) Anggota Kliring wajib menempatkan Margin Variasi (Variation Margin) dalam periode waktu yang ditentukan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka. Perintah untuk penempatan Margin Variasi (Variation Margin) wajib dipenuhi oleh Anggota Kliring dengan dana tunai pada Hari Kerja berikutnya. Namun, Lembaga Kliring berhak untuk memberitahukan kepada setiap Anggota Kliring untuk menempatkan Margin Variasi (Variation Margin) pada waktu sebelum Hari Kerja berikutnya. E. Margin Penyerahan (Spot Margin) 1. Margin Penyerahan (Spot Margin) adalah jumlah Margin yang ditetapkan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka yang menjadi kewajiban sehubungan dengan Kontrak Berjangka pada saat memasuki Periode Penyerahan. 2. Anggota Kliring harus membayar Margin Penyerahan (Spot Margin) dengan cara dan waktu yang telah ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka atau yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka dari waktu ke waktu. 8

9 3. Margin Penyerahan (Spot Margin) harus diperhitungkan oleh Lembaga Kliring setelah penyelesaian semua kewajiban penyerahan oleh Pihak yang bersangkutan, yang telah ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu. F. Margin Khusus (Special Margin) Ketika situasi pasar atau fluktuasi harga berdasarkan informasi dari Bursa Berjangka dan track record transaksi Anggota Kliring beresiko, maka Lembaga Kliring dapat menetapkan Margin Khusus (Special Margin) kepada Anggota Kliring yang bersangkutan untuk ditempatkan di Lembaga Kliring pada waktu, cara, dan jumlah yang telah ditetapkan oleh Lembaga Kliring. G. Penetapan Batas Transaksi 1. Lembaga Kliring berwenang menetapkan setiap saat batas transaksi Anggota Kliring berdasarkan Margin yang ditempatkan sebagai jaminan transaksi di Lembaga Kliring. 2. Jika Anggota Kliring mempunyai posisi yang melebihi Batas Transaksi yang ditetapkan, Lembaga Kliring berhak meminta Bursa Berjangka untuk membatasi perdagangan Anggota Kliring di Bursa Berjangka, dan meminta Anggota Kliring untuk menutup Posisi Terbuka. 3. Lembaga Kliring tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kewajiban yang berhubungan dengan atau di luar penutupan Posisi Terbuka, dan bila terjadi kerugian Anggota Kliring harus bertanggung jawab atas penyelesaian setiap kerugian atau kewajiban yang terjadi BATAS TRANSAKSI (EXPOSURE LIMIT) 1. Lembaga Kliring dapat membatasi Anggota Kliring untuk mengambil batas transaksi di luar presentase, yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu, dari jumlah dana yang ditempatkan di Lembaga Kliring (termasuk namun tidak terbatas pada Dana Jaminan Kliring (Security Deposit). 2. Lembaga Kliring dapat menetapkan batas transaksi Anggota Kliring dengan mengacu pada jumlah dana yang ditempatkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas, sehubungan 9

10 dengan Margin Awal (Initial Margin) dan Margin Khusus (Special Margin) dan/atau Margin Penyerahan (Spot Margin) yang dianggap sesuai. 3. Pada setiap saat, Lembaga Kliring dapat mengenakan, menambah, atau mengurangi batas transaksi sesuai dengan peraturan di atas, dengan memberitahukan terlebih dahulu pada Anggota Kliring BATAS MARGIN VARIASI (VARIATION MARGIN) 1. Lembaga Kliring dapat membatasi Anggota Kliring untuk mengambil posisi baru apabila kerugian Anggota Kliring melebihi batas Margin Variasi (Variation Margin), yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu, dari jumlah dana simpanan yang ditempatkan di Lembaga Kliring (termasuk namun tidak terbatas pada Dana Jaminan Kliring (Security Deposit). Persentase tersebut dinamakan Batas Margin Variasi (Variation Margin). Pada setiap saat Anggota Kliring wajib mematuhi Batas Margin Variasi (Variation Margin). 2. Pada setiap saat, Lembaga Kliring dapat mengenakan, menambah atau mengurangi batas Margin Variasi (Variation Margin) sesuai dengan peraturan di atas, dengan memberitahu kepada Anggota Kliring. Setiap pengenaan atau perubahan batas Margin Variasi (Variation Margin) yang telah diberitahukan akan berlaku sebagaimana diatur dalam pemberitahuan tersebut. 3. Bila Anggota Kliring melebihi batas Margin Variasi (Variation Margin), Lembaga Kliring berhak meminta Bursa Berjangka untuk membatasi transaksi Anggota Kliring di Bursa Berjangka, meminta Anggota Kliring untuk menutup Posisi Terbuka atau Lembaga Kliring dapat menutup Posisi Terbuka atas nama Anggota Kliring. 4. Lembaga Kliring tidak bertanggung jawab atas setiap kerugian atau kewajiban yang berhubungan dengan atau di luar penutupan Kontrak Berjangka dan bila terjadi kerugian, Anggota Kliring harus bertanggung jawab atas penyelesaian setiap kerugian atau kewajiban yang terjadi. 10

11 508. HARGA PENYELESAIAN HARIAN 1. Pada penutupan Jam Perdagangan, Lembaga Kliring wajib menghitung Nilai Penyelesaian Harian untuk semua Posisi Terbuka masing-masing Kontrak Berjangka. 2. Harga Penyelesaian Harian yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring berlaku untuk semua Anggota Kliring. 3. Tanpa mengabaikan ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini, Lembaga Kliring berhak untuk mengubah formulasi perhitungan Harga Penyelesaian Harian dari setiap Kontrak Berjangka apabila diperlukan dan terlebih dahulu diberitahukan kepada Anggota Kliring sebelum diberlakukan PENYELESAIAN HARIAN 1. Pada setiap akhir Hari Perdagangan sesuai dengan Spesifikasi masing-masing Kontrak Berjangka, Lembaga Kliring melakukan penghitungan Nilai Penyelesaian Harian untuk semua Posisi Terbuka Kontrak Berjangka berdasarkan Harga Penyelesaian (Settlement Price) yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka. 2. Semua Posisi Terbuka baik posisi beli maupun posisi jual dari Anggota Kliring telah diselesaikan pada Harga Penyelesaian Harian. 3. Harga Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan sebelumnya akan menjadi harga pembukaan atas Posisi Terbuka pada Hari Perdagangan berikutnya. 4. Setiap Anggota Kliring harus bertanggung jawab untuk membayar atau berhak menarik dari Lembaga Kliring sejumlah uang yang disebut dengan Nilai Penyelesaian Harian dalam bentuk tunai dan dalam mata uang sesuai dengan spesifikasi dari masing-masing Kontrak Berjangka. Nilai Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan terdiri dari beberapa komponen di bawah ini: a. Margin Variasi (Variation Margin) yang wajib dipenuhi oleh Anggota Kliring untuk masingmasing Kontrak Berjangka sesuai Pasal 506D pada Hari Perdagangan tersebut; atau 11

12 b. jumlah Margin Variasi (Variation Margin) pada setiap Hari Kerja yang berkaitan dengan Kontrak Berjangka akan menjadi laba / rugi sementara (unrealized) yang dihitung dari selisih antara Harga Penyelesaian Harian setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada akhir Hari Kerja tersebut dengan: i. harga dimana Kontrak Berjangka tersebut dibeli atau dijual pada Hari Kerja tersebut; atau ii. Harga Penyelesaian Harian untuk setiap Kontrak Berjangka pada Hari Kerja sebelumnya. c. jumlah kewajiban keuangan oleh Anggota Kliring dari dan/atau kepada Lembaga Kliring; dan d. jumlah kewajiban keuangan Margin oleh Anggota Kliring dari dan/atau kepada Lembaga Kliring, terpisah untuk Rekening Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Position). 5. Pada Hari Perdagangan berikutnya setelah penetapan Harga Penyelesaian Harian yang berhubungan dengan suatu Posisi Terbuka: a. Anggota Kliring wajib membayar semua Hutang Nilai Penyelesaian Harian kepada Lembaga Kliring sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditetapkan b. Lembaga Kliring wajib membayar setiap Nilai Penyelesaian Harian terhutang kepada Anggota Kliring HARGA PENYELESAIAN AKHIR 1. Semua Posisi Terbuka Anggota Kliring pada penutupan Jam Perdagangan di Hari Perdagangan Terakhir akan diselesaikan dengan penyelesaian secara tunai (cash settlement), penyerahan fisik, atau sesuai kondisi yang ditentukan dalam masing-masing Spesifikasi Kontrak Berjangka. Sebagai akibat dilaksanakan penyelesaian akhir, maka dengan sendirinya setiap Posisi Terbuka tersebut sudah tidak ada lagi. 2. Harga Penyelesaian Akhir merupakan rata-rata Harga Penyelesaian Harian pada suatu periode tertentu menjelang Hari Perdagangan Terakhir sesuai dengan masing-masing Spesifikasi Kontrak Berjangka. 12

13 3. Setiap Anggota Kliring wajib untuk membayar atau berhak untuk menarik sejumlah uang dari Lembaga Kliring yang disebut dengan Nilai Penyelesaian Akhir dalam bentuk tunai dan dalam mata uang sesuai dengan spesifikasi masing-masing dari Kontrak Berjangka. Nilai Penyelesaian Akhir pada Hari Perdagangan terdiri dari beberapa komponen di bawah ini: a. Margin Variasi (Variation Margin) pada setiap Hari Kerja yang berkaitan dengan Kontrak Berjangka akan menjadi laba / rugi sementara (unrealized) yang dihitung dari selisih antara Harga Penyelesaian Harian setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada akhir Hari Kerja tersebut dengan: i. harga dimana Kontrak Berjangka tersebut dibeli atau dijual pada Hari Kerja tersebut; atau ii. Harga Penyelesaian Harian untuk setiap Kontrak Berjangka pada Hari Kerja sebelumnya. b. setiap keuntungan yang harus dibayarkan kepada Anggota Kliring untuk masing-masing Kontrak Berjangka akan dihitung sebagai selisih antara setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada akhir Hari Kerja tersebut dengan: i. harga beli atau harga jual dari masing-masing Kontrak Berjangka tersebut pada Hari Perdagangan: atau ii. Harga Penyelesaian Harian untuk masing-masing Kontrak Berjangka pada Hari Perdagangan sebelumnya. c. jumlah kewajiban keuangan Anggota Kliring dari dan/atau kepada Lembaga Kliring; d. jumlah kewajiban keuangan Margin oleh Anggota Kliring dari dan/atau kepada Lembaga Kliring, terpisah untuk Rekening Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Position). 4. Pada Hari Perdagangan berikutnya setelah penetapan Harga Penyelesaian Harian: a. Anggota Kliring wajib membayar semua hutang Nilai Penyelesaian Akhir kepada Lembaga Kliring sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan; b. Lembaga Kliring wajib membayar setiap Nilai Penyelesaian Akhir yang terhutang kepada Anggota Kliring. 13

14 511. LAPORAN KLIRING DAN PENYELESAIAN 1. Lembaga Kliring menerbitkan dan memberikan laporan perdagangan harian, laporan kliring dan penyelesaian yang berkaitan dengan transaksi pada Kontrak Berjangka yang berbeda kepada setiap Anggota Kliring dan harus mencakup informasi lainnya dan informasi mengenai rekening yang ditentukan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu. 2. Apabila Anggota Kliring menganggap bahwa ada kesalahan dalam setiap laporan, Anggota Kliring wajib segera memberitahukan kepada Lembaga Kliring secara tertulis, selambatlambatnya sebelum Hari Perdagangan berikutnya atau pada waktu yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring PENUTUPAN (SET-OFF) 1. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan ketentuan pada Peraturan Lembaga Kliring ini mengenai dana atas nama Anggota Kliring, Lembaga Kliring mempunyai kuasa pencairan pada semua uang dan aset yang disimpan pada atau yang tersedia untuk Lembaga Kliring. 2. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan ketentuan pada Peraturan Lembaga Kliring ini mengenai dana atas nama Anggota Kliring, Lembaga Kliring berhak untuk menggunakan dalam memenuhi kewajiban keuangan Anggota Kliring. 3. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka, Lembaga Kliring dengan kewenangannya dapat: a. mengkonsolidasikan atau menggabungkan, baik yang timbul dari penyelesaian, pembayaran Margin, atau dalam hal seluruh atau sebagian Posisi Terbuka yang ditujukan kepada Rekening Atas Nama Anggota Kliring ( Proprietary Account), dan/atau b. Menutup setiap nilai terhutang yang dimiliki oleh Lembaga Kliring kepada Anggota Kliring ataupun terhadap kewajiban keuangan yang dimiliki oleh Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring, terkait dengan: 14

15 i. Posisi Terbuka pada Rekening Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Account); atau ii. semua kewajiban Anggota Kliring lainnya kepada Lembaga Kliring BANK PENYIMPAN A. Penunjukan Bank Penyimpan 1. Lembaga Kliring harus menunjuk Bank Penyimpan yang telah memperoleh persetujuan dari Bappebti, dengan tujuan penyelesaian harian dan penyelesaian akhir, untuk menarik Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), Margin, dan kewajiban lainnya dalam rangka kegiatan penjaminan dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka. 2. Lembaga Kliring menetapkan tata cara, jenis rekening, mata uang, dan prosedur yang wajib ditaati oleh setiap Anggota Kliring terkait rekening masing-masing yang dikelola oleh Lembaga Kliring pada Bank Penyimpan. B. Kewajiban Anggota Kliring untuk Mengelola Rekening di Bank Penyimpan Dalam rangka memfasilitasi kelancaran proses kliring dan penyelesaian, Anggota Kliring wajib: 1. Membuka Rekening Terpisah Anggota Kliring pada Bank Penyimpan sebagaimana diwajibkan oleh Lembaga Kliring. 2. Patuh mengikuti petunjuk Lembaga Kliring sehubungan dengan pengoperasian rekening bank tersebut. 3. Menyerahkan surat kuasa pencairan kepada Lembaga Kliring untuk melaksanakan penyelesaian kewajiban terkait dengan Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) atau dana jaminan lainnya yang ditempatkan pada Lembaga Kliring. 4. Menyediakan dan mempertahankan jumlah tertentu dalam Rekening Terpisah (Segregated Account) sehingga memungkinkan Lembaga Kliring untuk melakukan pendebetan secara otomatis untuk melunasi iuran atau pembayaran lain. 15

16 C. Rekening yang dikelola oleh Anggota Kliring Anggota Kliring wajib membuka dan mengelola rekening pada salah satu Bank Penyimpan yang ditunjuk untuk tujuan penyelesaian dan pembayaran dana melalui Rekening Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring untuk setiap mata uang. D. Tujuan dan Operasi Pada Rekening yang Dikelola Pada Bank Penyimpan Pembayaran Margin atau pemenuhan kewajiban keuangan setiap Anggota Kliring sehubungan dengan transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka. E. Batasan Tanggung Jawab Lembaga Kliring tidak akan bertanggung jawab dalam bentuk apapun akibat terjadinya kegagalan, kelalaian, tindakan atau kehilangan dana Anggota Kliring pada setiap Bank Penyimpan, termasuk namun tidak terbatas pada setiap kerugian atau penurunan nilai atau depresiasi atau sehubungan dengan Margin, aset atau uang dalam rekening yang dikelola oleh Bank Penyimpan. F. Rekening Dalam Bank Penyimpan Kecuali dinyatakan berbeda dalam Kontrak Berjangka, tanpa bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka, khususnya mengenai dana Anggota Kliring, tidak ada satu Pihak pun yang dapat mengakui memiliki atau dianggap memiliki hak, kuasa atau kepentingan atas setiap dana yang tersimpan pada Rekening Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring atau terhadap dana lain yang ditempatkan di Lembaga Kliring REKENING DAN ATURAN PEMISAHAN 1. Dalam situasi apapun setiap dana, atau surat berharga, atau jaminan, atau aset yang berkaitan dengan setiap Nasabah, tidak boleh digunakan untuk kepentingan yang berhubungan dengan Posisi Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary Position). 16

17 2. Lembaga Kliring hanya berhubungan dengan Anggota Kliring. Dengan demikian, Lembaga Kliring tidak berhubungan langsung dengan Nasabah dari Anggota Kliring dan tidak bertanggung jawab atas setiap kewajiban keuangan Nasabah dari Anggota Kliring. 3. Anggota Kliring wajib menyampaikan segala informasi berikut perubahannya kepada Lembaga Kliring berkaitan dengan Rekening Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring dalam rangka Lembaga Kliring melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka sehingga memungkinkan Lembaga Kliring untuk melaporkannya kepada Bappebti TITIP KLIRING 1. Anggota Bursa Berjangka (kecuali Anggota Pedagang) dapat mengkliringkan transaksi atas nama Nasabahnya dengan cara menitipkan kliring ke Anggota Kliring lainnya. 2. Sebelum melakukan penitipan kliring, Anggota Bursa Berjangka non-anggota Kliring wajib mengadakan perjanjian kerjasama dengan Anggota Kliring. 3. Anggota Kliring harus memastikan bahwa perjanjian dengan Anggota Bursa Berjangka non- Anggota Kliring berisi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan penempatan/ penerimaan/penolakan dari penitipan transaksi kliring. 4. Anggota Kliring harus memastikan bahwa penitipan transaksi kliring yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka non-anggota Kliring akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan dari Lembaga Kliring. 5. Bila penitipan transaksi kliring gagal atau tidak diterima oleh Anggota Kliring, maka transaksi tersebut tetap harus diselesaikan oleh Anggota Kliring dengan Anggota Bursa Berjangka non- Anggota Kliring sesuai dengan perjanjian kerjasama sebagaimana disebut pada Pasal 519 angka Setiap penitipan transaksi kliring akan tunduk pada persyaratan lain seperti Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka yang dibutuhkan atau ditetapkan dari waktu ke waktu. 17

BAB 6 PROSEDUR KLIRING

BAB 6 PROSEDUR KLIRING BAB 6 PROSEDUR KLIRING 600. PENYERAHAN KONTRAK UNTUK PENDAFTARAN Melalui jaringan sistem ATP, seluruh volume dan spesifikasi Kontrak Berjangka yang terjadi akan disampaikan kepada Lembaga Kliring oleh

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dengan huruf awal kapital dalam peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF 1400. KETENTUAN UMUM Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1 Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang tercantum dalam

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang No.361, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Transaksi. Bursa. Penjamin. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5635) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring

Lebih terperinci

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN OTORITAS PENEGAK PERATURAN DAN TATA TERTIB BURSA 500. DIVISI AUDIT DAN PENGAWASAN PASAR 1. Direksi menunjuk kepala Divisi Audit Dan Pengawasan Pasar untuk melaksanakan penegakan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Draft 10042014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka BAB 1 KETENTUAN UMUM 100 Kepatuhan Terhadap Undang-Undang 101 Perubahan Peraturan 102 Kewajiban Anggota Kliring 103 Batasan Tanggung Jawab 104 Larangan terhadap Pejabat atau Pegawai 105 Larangan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI 301. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 1. RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Lembaga Kliring yang memiliki wewenang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN 300. Ketentuan Umum (1) Sebelum melakukan transaksi, setiap Anggota wajib menyetor Jaminan Risiko Transaksi ke Rekening Kliring yang besaran dan tata caranya akan

Lebih terperinci

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN 200. Keanggotaan dan Persyaratan (1) Keanggotaan Penjaminan terdiri dari : (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : (i) Perorangan adalah setiap orang perseorangan

Lebih terperinci

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Formulir Nomor IV.PRO.11 PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Pada hari ini, tanggal.. bulan tahun., bertempat di Kantor Pusat atau

Lebih terperinci

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN BURSA BERDASARKAN KATEGORI BAB IV KEANGGOTAAN BURSA 400. UMUM 1. Setiap Pihak dapat mengajukan permohonan keanggotaan Bursa dengan mengisi formulir pendaftaran, dan memenuhi persyaratan keanggotaan, persyaratan keuangan, serta persyaratan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ

KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ 11.2016 KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ KETENTUAN UMUM PERBANKAN PEMBUKAAN Ketentuan Umum Perbankan ANZ ini mengatur syarat-syarat dimana Bank menyediakan kepada Nasabahnya satu

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/10/2012;

Lebih terperinci

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING 400. KETENTUAN UMUM 1. Anggota Bursa Berjangka yang bermaksud menjadi Anggota Kliring dapat mengajukan permohonan sesuai dengan kategori keanggotaan Lembaga

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perdagangan; 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

(KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA

(KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA Formulir Nomor: IV.PRO.10. (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko ini disampaikan kepada Anda sesuai dengan

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti sebagai berikut: a. "Angsuran" adalah besar pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA

PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA KETENTUAN UMUM Margin In Adalah dana yang disetorkan Nasabah kepada pialang yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MULTILATERAL KOMODITI BURSA BERJANGKA JAKARTA

PERATURAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MULTILATERAL KOMODITI BURSA BERJANGKA JAKARTA *update 15 May 2014 PERATURAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MULTILATERAL KOMODITI BURSA BERJANGKA JAKARTA Gedung Graha Arda Lt.2 Suite B Jl.H.R.Rasuna Said Kav.B-6 Kuningan Jakarta Selatan Phone: 021-5277707 Fax:

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN DOKUMEN PEMBUKAAN REKENING TRANSAKSI

LAMPIRAN DOKUMEN PEMBUKAAN REKENING TRANSAKSI No. Rek : PERATURAN TRANSAKSI KONTRAK FOREIGN EXCHANGE (FOREX) DI PT. JALATAMA ARTHA BERJANGKA 在 PT JALATAMA ARTHA BERJANGKA 进 行 外 汇 合 同 交 易 条 例 KETENTUAN UMUM 一 般 规 定 Nasabah dapat melakukan transaksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember

PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember 1997 1. Definisi a. Kepemilikan Manfaat (Beneficial Ownership) Atas Efek

Lebih terperinci

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102 BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka Pasal 102 Pialang Berjangka wajib mempertahankan Modal Bersih Disesuaikan sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.

Lebih terperinci

ANGGOTA KLIRING YANG MENDAPATKAN JASA LAYANAN KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA DAN OPSI

ANGGOTA KLIRING YANG MENDAPATKAN JASA LAYANAN KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA DAN OPSI LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-010/DIR/KPEI/1115 Tanggal : 23-11-2015 PERATURAN KPEI NOMOR: III-1 ANGGOTA KLIRING YANG MENDAPATKAN JASA LAYANAN KLIRING DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan. BAB III BURSA BERJANGKA DAN LEMBAGA KLIRING BERJANGKA Bagian Kesatu Bursa Berjangka Paragraf I Tujuan Pasal 10 Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KONTRAK MATA UANG ASING

SPESIFIKASI KONTRAK MATA UANG ASING SPESIFIKASI KONTRAK MATA UANG ASING 1. Definisi dan Interpretasi 2 1.1 Definisi 2 1.2 Interpretasi 2 2. Ketentuan Kontrak..3 2.1 Waktu Perdagangan dan Satuan Kontrak.3 2.1.1 Waktu Perdagangan 3 2.1.2 Satuan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI. 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG

BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG 400. Ketentuan Umum (1) Penyerahan dan penerimaan Komoditas yang dimaksud dalam Kontrak Lelang yang telah jatuh tempo harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

PERJANJIAN NASABAH. GULF BROKERS DMCC, Unit No: 3209, HDS Tower, Plot No: JLT-PH1-F2A, Jumeirah Lakes Towers, Dubai, UAE

PERJANJIAN NASABAH. GULF BROKERS DMCC, Unit No: 3209, HDS Tower, Plot No: JLT-PH1-F2A, Jumeirah Lakes Towers, Dubai, UAE PERJANJIAN NASABAH Perjanjian Nasabah ini ("Perjanjian"), disepakati oleh dan antara Gulf Brokers DMCC, sebuah perseroan terbatas yang didirikan dan mendapatkan lisensi berdasarkan undang-undang Dubai

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49 BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pasal 49 1. Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI Persyaratan dan Ketentuan Dengan menggunakan kartu, berarti Anda telah memahami, menerima, dan terikat pada ketentuan dan syarat yang tercantum berikut ini. Pasal 1. DEFINISI 1.1 BANK MEGA CARD CENTER

Lebih terperinci

PT. MAHADANA ASTA BERJANGKA

PT. MAHADANA ASTA BERJANGKA PT. MAHADANA ASTA BERJANGKA Member of Jakarta Futures Exchange Member of Indonesian Derivatives Clearing House PERJANJIAN NASABAH ONLINE TRADING Century Tower 12th Floor Jl.H.R. Rasuna Said Kav X-2 Jakarta

Lebih terperinci

BUKU PERJANJIAN. PT. Kontakperkasa Futures

BUKU PERJANJIAN. PT. Kontakperkasa Futures BUKU PERJANJIAN PT. Kontakperkasa Futures Member of Jakarta Futures Exchange Member of Indonesian Derivatives Clearing House Member of Indonesia Commodity & Derivatives Exchange Member of Identrust Security

Lebih terperinci

Nomor Rekening Nomor Formulir

Nomor Rekening Nomor Formulir AKAD REKENING SYARIAH Nomor Rekening Nomor Formulir : : Akad Pembukaan Rekening ( Akad ) ini dibuat dan ditandatangani oleh dan antara: 1. PT BNI SECURITIES, suatu perseroan terbatas yang didirikan secara

Lebih terperinci

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 MEMUTUSKAN:

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 MEMUTUSKAN: Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 120/BAPPEBTI/PER/03/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No...

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... ----- Lampiran-1 PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Pada hari ini,., tanggal bulan... tahun, yang bertandatangan dibawah ini : --------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.04/2016 TENTANG DANA PERLINDUNGAN PEMODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia telah menunjukkan

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia telah menunjukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK Lampiran Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-001/DIR/KPEI/0116 Tanggal : 6-1-2016 PERATURAN KPEI NOMOR: III-2 KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87 BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR

BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR 2300. Definisi Semua pengertian yang tersebut dalam Pasal 2300 berlaku untuk seluruh Bab ini. Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-009/DIR/KPEI/1107 Tanggal :

LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-009/DIR/KPEI/1107 Tanggal : LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-009/DIR/KPEI/1107 Tanggal : 14-11-2007 PERATURAN NOMOR: II-10 JASA PINJAM MEMINJAM EFEK TANPA WARKAT 1. Definisi a) Kecuali diberi

Lebih terperinci

Definisi. Pendaftaran, Kode Aktivasi, m-pin

Definisi. Pendaftaran, Kode Aktivasi, m-pin Definisi 1. Danamon USSD Banking adalah Jasa Layanan Informasi dan Transaksi Perbankan yang disediakan oleh Bank kepada Nasabah selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu, serta

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA*)

PROFIL PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA*) Formulir Nomor: IV.PRO.9. Nama : Alamat : No. Telepon : Faksimili : E-mail : Home-page : Susunan Pengurus Perusahaan Direksi : Dewan Komisaris : PROFIL PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA*) Susunan Pemegang Saham

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK

PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK Pada hari ini, hari... tanggal... di Jakarta, telah dibuat Perjanjian Pembukaan Rekening Efek, oleh dan antara : 1. PT Primasia Securities, dalam hal ini diwakili oleh Heliodorus Sungguhria, dalam jabatannya

Lebih terperinci

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 2 KETENTUAN UMUM BAB 2 KETENTUAN UMUM 200. PEMBERLAKUAN PERATURAN LEMBAGA KLIRING 1. Peraturan ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dan diberlakukan oleh Lembaga Kliring setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.

Lebih terperinci

PERJANJIAN MITRA PEMASAR

PERJANJIAN MITRA PEMASAR PERJANJIAN MITRA PEMASAR Pada hari ini,... tanggal... bulan... tahun... (... ) bertempat di Jakarta, telah diadakan kesepakatan antara pihak-pihak : 1. PT. JAVA GLOBAL FUTURES, berkedudukan di Jakarta,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Mengetahui tujuan dan sumber finansial Anda. Siapa saja yang melakukan perdagangan berjangka dan mengapa?

Mengetahui tujuan dan sumber finansial Anda. Siapa saja yang melakukan perdagangan berjangka dan mengapa? Bagi para investor, kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup menarik, karena adanya faktor leverage. Leverage

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR 1200. Definisi Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Contoh PERJANJIAN PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No...

Contoh PERJANJIAN PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Contoh PERJANJIAN PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Lampiran 1 Pada hari ini,., tanggal bulan... tahun, yang bertandatangan dibawah ini : -----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ

KETENTUAN UMUM PERBANKAN ANZ KETENTUAN UMUM PERBANKAN PEMBUKAAN Ketentuan Umum Perbankan ANZ ini mengatur syarat-syarat dimana Bank menyediakan kepada Nasabahnya satu atau lebih Rekening dan Jasa-Jasa dan harus dibaca bersama dengan:

Lebih terperinci

1. Contract For Difference Indeks Saham. 2. Contract For Difference Mata Uang Asing. 3. Contract For Difference Komoditi

1. Contract For Difference Indeks Saham. 2. Contract For Difference Mata Uang Asing. 3. Contract For Difference Komoditi Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas DAFTAR JENIS KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN VOLUME MINIMUM 0,1 (NOL KOMA SATU) LOT DALAM RANGKA PENERIMAAN NASABAH SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET )

KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET ) KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET ) 1. SIMAS.NET adalah fasilitas untuk melakukan transaksi saham secara online melalui jaringan internet. Transaksi Saham yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum (selanjutnya disebut SKU ) merupakan perjanjian yang sah dan mengikat Nasabah dan Bank. Nasabah dan Bank sepakat untuk mengikatkan diri pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia

Lebih terperinci