TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

1

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kehidupan sehari-hari, pangan mempunyai peranan penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi tergantung pada nilai gizi. Zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian makanan tambahan keluarga, daya beli keluarga, pemeliharaan kesehatan serta adat istiadat, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara antropometri lebih mudah dilakukan dibanding cara penilaian status gizi lain. Masalah penilaian ukuran antropometri dianggap sebagai hal yang sangat penting, diidentifikasi tiga hal yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas. Status gizi merupakan keseimbangan tubuh antara intake makanan dengan aktivitas tubuh. Masalah gizi yang terjadi berpengaruh pada status gizi individu. Faktor-faktor timbulnya masalah gizi yaitu : kekurangan konsumsi makanan (ASI pada bayi) : infeksi (infeksi pada saluran nafas, infeksi saluran cerna, infeksi cacing) : factor ekologis (sosial budaya), ekonomi, produksi makanan, pelayanan kesehatan dan pendidikan. (Roedjito, 2004). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi tiga yaitu status gizi buruk, baik, kurang dan lebih (Almatsier S, 2002). Suhardjo (1996) menguraikan bahwa status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari konsusi makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri. (Suhardjo, 1996). B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh faktor genetik dan lingkungan yang 4 berkaitan langsung dengan gizi antara lain

konsumsi makanan dan penyakit infeksi, pola perkembangan tubuh menurut umur dan jenis kelamin. Atas dasar itu, ukuran ukuran antropometri diakui indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi bagi negara negara berkembang. Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi yang lain sukar dilakukan dan mahal, terutama kalau digunakan didaerah pedesaan. Status gizi mempunyai andil yang cukup besar dalam menciptakan status kesehatan. Status gizi buruk pada masa anak anak terutama ketika perkembangan otak sedang berlangsung menyebabkan cacat menetap, antara lain gangguan pada perkembangan intelektualitas. Disamping itu makin buruk tingkat keadaan gizi, makin besar peluang kematian anak. Pertumbuhan dan perkembangan badan mencerminkan kecukupan gizi dan kesehatan. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak mencukupi akan menimbulkan masalah masalah gizi. Pada umumnya gambaran status gizi yang diperoleh dari hasil pengukuran antropometri adalah KEP. Menurut Supariasa, Bakri dan Fajar (2002) di dalam bukunya menjelaskan bahwa penilaian status gizi ada dua macam, yaitu : 1. Penilaian Status Gizi secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik 2. Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Adapun cara pengukuran yang paling sering digunakan adalah Antropometri karena lebih praktis, cukup teliti, serta lebih mudah dilakukan oleh siapa saja dengan bekal latihan sederhana. (Jahari, 1998). Status gizi dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu : Gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang digunakan adalah WHO NCHS dengan indeks berat badan menurut umur. Pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan cara Waterlow. Indikator yang digunakan

BB/TB, BB/U dan TB/U. Standar yang digunakan NCHS (National Center for Health Statistic, USA). Berdasarkan diskusi pakar di bidang gizi yang diselenggarakan oleh PERSAGI bekerjasama dengan UNICEF-Indonesia dan LIPI tentang keseragaman istilah gizi dan buku antropometri yang dipakai telah direkomendasikan status gizi menurut BB/U sebagai berikut : BB/U - Gizi lebih : > 2,0 SD baku WHO-NCHS - Gizi baik : - 2,0 SD + 2 SD - Gizi kurang : < - 2,0 SD - Gizi buruk : < - 3,0 SD Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi VII, 2000 C. PENDIDIKAN IBU Pendidikan orang tua merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan status gizi anak. Tingkat pendidikan ibu lebih penting dalam menentukan status gizi anak daripada tingkat pendidikan ayah. Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan keterbatasan seperti pengetahuan sikap, tindakan-tindakan dalam menangani masalah dalam keluarga, khususnya masalah kesehatan. (Depkes, 1998). Tinggi rendahnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainnya seperti, pekerjaan, pendapatan, kebiasaan hidup, makanan dan perumahan (Kardjati, 1991). Pendidikan gizi bertujuan mengubah perbuatan orang yang keliru yang mengakibatkan bahaya kurang gizi. Pengajaran untuk mengubah perilaku perlulah memberikan pengertian dan pengetahuan tentang mengapa sesuatu harus dilakukan atas dasar pengetahuan tentang mengapa sesuatu harus dilakukan atas dasar pengetahuan dan pengertiannya. Perbuatan orang yang kurang benar sering didasarkan oleh keyakinan seseorang yang keliru atas sesuatu hal yang seakan-akan tidak dapat diubah dengan pendidikan. (Waridjan, 1991).

D. PENGETAHUAN GIZI IBU Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu dari posyandu, puskesmas maupun media massa lain perlu diterapkan dan dijadikan untuk meningkatkan konsumsi anak. (Depkes, 1998). Pengetahuan dan pendidikan sangat penting dalam menentukan status kesehatan keluarga. Kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu mempunyai pengetahuan tentang cara mengatur makanan untuk bayi dan anak. (Handayani, 1994). Menurut Lampau dan Juwita (1992) mengemukakan bahwa pengetahuan gizi ibu sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan kepada kepala keluarga maupun ibu. Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman sendiri atau org lain, artinya mengakui sesuatu dari pengetahuan orang lain sehingga pada dasarnya putusan dan pengetahuan ini sama. (Sajogyo, 1995). Pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan yang didapat dari pengalaman atau singkatnya pengetahuan (knowledge). Sedangkan pengetahuan yang didapat dari keterangan disebut ilmu pengetahuan (Science). (Djunaesih, 1991). Seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu memahami tentang hasil penimbangan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dibandingkan dengan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah tetapi kalau orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan-penyuluhan atau selalu memperhatikan informasi tentang cara membaca hasil penimbangan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS), bukan mustahil pengetahuannya akan lebih baik. Namun orang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan lebih mudah menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh, sehingga pengetahuan tentang hasil penimbangan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS) serta mampu mengambil tindakan. Keikutsertaan ibu dalam kegiatan Posyandu, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta adanya kemauan ibu menggunakan kesempatan

untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) dari kegiatan penyuluhan-penyuluhan dan dari informasi yang disampaikan melalui media massa, juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) dari tindakannya (Rahardjo, 1989). E. MENYUSUI DAN PENYAPIHAN Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam air susu ibu (ASI) melindungi bayi terhadap penyakit (WHO/UNICEF, 1989). ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, ibu perlu menyusui bayinya sedini mungkin. ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi sampai 4 bulan, setelah itu pemberian ASI saja tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2000). Penyapihan adalah masa diberhentikannya pemberian ASI kepada bayi. Masa ini merupakan masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. Penyapihan yang dipaksakan akan menyebabkan terhentinya secara paksa kontak fisik antara anak dan ibu (Moehji S, 1992). Waktu penyapihan adalah masa yang sangat kritis karena masa ini terjadi masa perpindahan dari ASI ke makanan dewasa. Pada masa transisi itu bayi umumnya cepat dan mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya makanan sebagai pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan dan gizi bayi. Ibu tidak tahu kapan harus disapih dari ASI, tidak diketahui dengan tepat, tetapi saat dimana proses menyusui berakhir itulah yang disebut waktu penyapihan. (Winarno, 1998). F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA PENYAPIHAN Menurut Syahmin Moehji (1992) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi usia penyapihan dini adalah : a. Adanya rasa kurang percaya diri bahwa bayi mendapat cukup makanan sehingga ibu merasa perlu memberi tambahan makanan selain ASI.

b. Ibu terpengaruh oleh berbagai promosi bahan makan pengganti ASI yang menggambarkan keunggulan bahan makanan tersebut untuk pertumbuhan bayi. c. Karena faktor ekonomi, sering memaksa ibu untuk mencari nafkah di luar rumah dan bayi ditinggalkan dengan anggota keluarga lain, sehingga ASI diganti dengan makanan lain. d. Masih sering ditemukan dokter atau perawat yang mendorong ibu menggunakan susu sapi sebagai pengganti ASI. Bahkan di rumah sakit dan rumah bersalin memberikan susu botol pada hari pertama setelah bayi lahir. e. Faktor lain, ibu khawatir jika terlalu lama menyusui kecantikan ibu akan berkurang, gengsi dan sebagainya. G. UMUR PENYAPIHAN Menyapih bukanlah soal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Sebaiknya bayi harus dipersiapkan secara berangsur-angsur sehingga pada waktunya, bayi sudah siap dan sudah terbiasa dengan makanan selain ASI. Mencapai usia 9 bulan, bayi sudah harus dikenalkan dengan makanan sapihan. Pada bayi yang menerima ASI selama persiapan penyapihan, frekuensi menyusu dikurangi secara berangsur sampai pada akhirnya bayi disusui hanya pada waktu bangun pagi dan menjelang tidur malam hari. Menjelang usia 2 tahun jika ASI masih keluar bayi dapat disusui hanya satu kali saja menjelang tidur malam hari sehingga setelah usia 2 tahun bayi benar-benar sudah dapat dihentikan pemberian ASI-nya. Dalam Qur an surat Al-Baqoroh ayat 233, yaitu mengenai anjuran menyusui selama dua tahun, itu bukanlah semata-mata karena Air Susu Ibu (ASI) sangat baik sebagai makanan anak, akan tetapi praktek menyusui anak itu sendiri memberikan arti yang dalam bagi hubungan kasih, cinta dan tanggung jawab antara ibu dan anak. Masa usia kurang dari lima tahun merupakan masa usia pengenalan penyesuaian dan memberikan pengalaman bagi anak terhadap lingkungan sekelilingnya, terutama terhadap manusia yaitu ibu, ayah dan saudara-saudaranya. Dalam masa ini anak memerlukan tuntunan dan kasih sayang yang mendalam. Karena itu, dianjurkan agar setiap ibu menyusui anaknya selama mungkin apabila air susu Ibunya masih ada.

H. KERANGKA TEORI Ketersediaan Pangan Kebiasaan Kebudayaan Sosial Pekerjaan Lingkungan Usia Penyapihan Variable tidak diteliti Pendidikan Formal Ibu Pengetahuan Gizi Ibu Tingkat Konsumsi Infeksi Status Gizi (Almatsier, 1991 Modifikasi) I. KERANGKA KONSEP Pendidikan Formal Ibu Pengetahuan Gizi Ibu Status Gizi Balita J. HIPOTESIS Usia Penyapihan 1. Ada hubungan pendidikan formal ibu dengan status gizi balita 2. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita 3. Ada hubungan usia penyapihan dengan status gizi balita