BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB II PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

BAB I PENDAHULUAN tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung: Nuansa Aulia 2010), hlm. 575

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI STRATEGI SNOWBALLING

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia harus dilandasi dengan akhlak al-karimah. Kepentingan akhlak ini

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOW BALLING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295.

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh SISWANTI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berfikir seseorang. Hal ini merupakan salah satu alasan matematika perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mampu melahirkan siswa yang cakap dan berhasil menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam belajar di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN. meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan, pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah yang merupakan peningkatan dari mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah. Akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari- hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan, pengalaman dan pembiasaan. 2 Tujuan dari mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah yaitu untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Dan juga untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai- nilai akidah Islam. 3 Isi dari kurikulum mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII adalah: 4 1. Meningkatkan keimanan kepada kitab- kitab Allah SWT. 2. Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri. 3. Menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri. 4. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah. 2 Muhammad Zainal Abidin, Akidah Akhlak, http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, 16 /02/2010, jam 10.30. 3 Menteri Agama, Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Th. 2008, (Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia, 2008), hlm. 50 4 Ibid, hlm. 62-64. 1

2 5. Memahami mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya. 6. Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama. 7. Menghindari akhlak tercela kepada sesama. Pelajaran akidah akhlak yang diajarkan di sekolah harus dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Supaya akidah akhlak tersebut dapat terpatri dalam diri dan pikiran peserta didik. Namun pada kenyataannya, selama ini peserta didik terkadang menyepelekan pelajaran akidah akhlak karena dianggap tidak penting. Hal itu terjadi dimungkinkan karena cara penyampaian pelajaran akidah akhlak kurang begitu mengena pada diri peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan selama ini, penyebab hasil belajar peserta didik rendah antara lain adalah: 1. Sistem pembelajaran banyak menekankan pada hafalan- hafalan, sehingga peserta didik cepat bosan dan mudah lupa. 2. Proses pembelajaran didominasi oleh guru, peserta didik hanya duduk, mendengarkan guru dan mengerjakan perintah guru. 3. Model pembelajaran kurang bervariasi, peserta didik hanya duduk diam, mendengarkan keterangan guru, bertanya (bila berani) dan mengerjakan soal yang ditugaskan guru. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akidah akhlak. Untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik, ada beberapa teori belajar yang digunakan, antara lain: 5 1. Teori perilaku atau behaviorisme Dalam perspektif behaviorisme, pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas 5 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 16-30.

3 (respons). Pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. 2. Teori belajar kognitif Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat komplek. 3. Teori kontruktivisme Teori kontruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, supaya peserta didik tidak bersikap pasif sebagai pendengar, tapi juga peserta didik dapat bersikap aktif dalam hal ini metode yang ditawarkan yaitu perubahan cara mengajar guru yang sebelumnya bersifat konvensional menjadi lebih kreatif dan inovatif yaitu menggunakan model cooperative learning atau model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan

4 pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. 6 Ada beberapa macam model pembelajaran, antara lain adalah model cooperative learning tipe snow balling. Model cooperative learning tipe snow balling ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi peserta didik secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh peserta didik secara berkelompok. 7 Jadi dengan menggunakan model cooperative learning tipe snow balling diharapkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran akidah akhlak lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti langkah demi langkah pembelajaran yang diharapkan meningkatnya hasil belajar peserta didik MTs KHR Ilyas Tambakrejo Buluspesantren Kebumen kelas VIII A. Berdasarkan uraian diatas peneliti mempunyai perhatian besar terhadap model cooperative learning tipe snow balling dan tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Materi Menerapkan Akhlak Terpuji Kepada Diri Sendiri Melalui Model Cooperative Learning Tipe Snow Balling Kelas VIII A Semester Gasal MTs KHR Ilyas Tambakrejo Buluspesantren Kebumen Tahun Ajaran 2010/2011. B. Rumusan Masalah Apakah penerapan model cooperative learning tipe snow balling dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak materi menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri kelas VIIIA semester gasal MTs KHR Ilyas Tambakrejo Buluspesantren Kebumen? 6 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.1, hlm.15 7 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 58

5 C. Penegasan Istilah 1. Upaya meningkatkan hasil belajar Upaya diartikan sebagai usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya). 8 Meningkatkan diartikan menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb). 9 Dari beberapa pendapat baik menurut Mulyono Abdurrahman, Keller, Nana Sudjana, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas- tugas belajar. 10 Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. 11 Jadi, dapat disimpulkan, bahwa upaya meningkatkan hasil belajar dapat diartikan usaha yang dilakukan untuk menaikkan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak Mata pelajaran akidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran akidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 12 8 Hasan Alwi et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), Edisi II, hlm. 995. 9 Ibid.,, hlm. 950. 10 Ikhrom, Diklat PTK Kabupaten Kendal, diselenggarakan oleh LKPMP Jawa Tengah, 10 Februari 2010, hlm. 14 11 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 192 12 Muhammad Zainal Abidin, Akidah Akhlak, http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, 16 /02/2010, jam 10.30.

6 3. Akhlak terpuji kepada diri sendiri Materi akhlak terpuji kepada diri sendiri yang akan dibahas dalam mata pelajaran akidah akhlak yaitu: tawakkal, ikhtiar, dan sabar. 4. Model Cooperative Learning tipe snow balling Secara sederhana, kata kooperatif atau cooperative berarti mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. 13 Johnson& Johnson mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif berarti juga belajar bersama- sama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. 14 Pembelajaran tipe snow balling atau bola salju yaitu metode pembelajaran yang dimulai dari diskusi kelompok kecil, kemudian dilanjutkan ke kelompok yang lebih besar. Dan pada akhirnya akan memunculkan jawaban- jawaban yang telah disepakati oleh peserta didik dalam kelompoknya. 15 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan dapat: 1. Menerapkan model cooperative learning tipe snow balling pada mata pelajaran akidah akhlak materi menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri. Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat: 1. Bagi siswa, memberikan nuansa baru suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. 13 Isjoni, op. Cit, hlm.8. 14 Ibid, hlm. 63. 15 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, op. cit. hlm. 58.

7 2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi dan inovasi model cooperative learning tipe snow balling. 3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan masukan bagi sekolah akan pentingnya menerapkan metode pembelajaran aktif, dan tidak hanya menggunakan metode ceramah. Dengan adanya model cooperative learning ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.