DINAMIKA REKASATWA, Vol. 2 No. 2, 21 Agustus 2017 HUBUNGAN KARAKTER KUANTITATIF UKURAN TUBUH PADA BERBAGAI BANGSA PEJANTAN KELINCI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

BAB 3 Analisis Ketepatan Prediksi Bobot Hidup Induk Sapi PO Dari Ukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan

KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

HUBUNGAN ANTARA SKALA TORSO DENGAN BOBOT HIDUP KAMBING 1

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

PENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

DOI: pissn eissn X

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

ABSTRAK. ix Universitas Kristen Maranatha

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

IV HASIL dan PEMBAHASAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

ABSTRACT ESTIMATE OF BODY WEIGHT FIGHTING AND MEAT GARUT SHEEP AND CROSSBREED WITH MERFOMETRIC ANALYSIS APPROACH

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DENGAN BOBOT BADAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH(PE) DI KECAMATAN PUCANGLABAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA PADA TERNAK SAPI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR SKRIPSI AJI SURYANA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Estimasi Nilai Heritabilitas Sifat Kuantitatif Sapi Aceh

MORFOMETRIK ANAK SAPI BALI HASIL PERKAWINAN ALAMI DAN INSEMINASI BUATAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTER KUANTITATIF UKURAN TUBUH PADA BERBAGAI BANGSA PEJANTAN KELINCI Rohimah, Mudawamah, Sri Susilowati Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang Email: ainul_libra89@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakter kuantitatif ukuran tubuh pada berbagai bangsa kelinci pejantan. Materi penelitian ini adalah 40 ekor kelinci pejantan dengan rincian 5 ekor Flemish Giant, 11 ekor Lokal, dan 24 ekor New Zealand White (NZW). Metode penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini adalah panjang badan (PB), lingkar dada (LD) dan bobot badan (BB). Analisa yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis korelasi-regresi dengan aplikasi statistical product and service solution. Hasil analisis korelasi (r) dan regresi tunggal hubungan BB dan PB, BB dan LD, serta PB dan LD dan analisis korelasi (r) dan regresi ganda hubungan PB dan LD terhadap BB, BB dan LD terhadap PB, serta PB dan BB terhadap LD pada kelinci Flemish Giant, New Zealand White dan Lokal menunjukkan hubungan yang positif. Disimpulkan hubungan antara karakter kuntitatif pada berbagai bangsa kelinci pejantan bernilai positif dengan hubungan sangat erat sampai kurang erat. Pada kelinci Flemish Giant, hubungan antara semua karakter kuantitatif adalah sangat erat dengan koefisien determinasi terkecil 0,812. Pada kelinci NZW, terdapat hubungan erat antara BB dan PB, panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan, dengan koefisien determinasi tertinggi 0,490. Pada kelinci Lokal, hubungan antara semua karakter kuantitatif adalah cukup erat dengan koefisien determinasi tertinggi 0,391. Kata Kunci: bobot badan, ukuran tubuh, kelinci, pejantan THE RELATIONSHIP OF QUANTITATIVE CHARACTERS OF BDY SIZES IN THE VARIOUS BREEDS OF RABBIT BUCKS ABSTRACT The purpose of this research was to determine the relationship of quantitative characters in the various breed of rabbit bucks. The research materials were 40 bucks with 5 Flemish Giant breed, 11 Local breeds, and 24 New Zealand White breed. The research method was descriptive. The observed variables were the length of the body (LB), chest circumference (CC) and body weight (BW). The data analysis used the correlation-regression analysis with application of Statistical Product and Service Solution. The results of analysis correlation (r) and regression of single relations BB and LB, BW and CC, as well as LB and CC and correlation analysis (r) and multiple regression relationship LB and CC against BW, BW and CC to the LB, and LB and BW against CC for Flemish Giant, New Zealand White and Local rabbits showed a positive relationship. It was concluded that the relationship between quantitative characters in various bucks was positive with a very closely to less closely relationship. In the Flemish Giant rabbits, all quantitative relationships were very closely with the least of determination coefficient was 0,812. In New Zealand White rabbits, it was quite closely relationships between body weight and body length, body length and chest circumference of the body weight, with the highest of determination coefficient, was 0.490. In local rabbits, quantitative relationships between all the characters were quite closely with the highest of determination coefficient was 0.391. Keywords: body weight, body size, rabbit, buck.

PENDAHULUAN Kelinci sebagai hewan herbivora prolific yang cepat berkembangbiak dengan sekum cukup besar sehingga toleransi dapat mencerna serat kasar secara baik. Kelinci juga merupakan binatang kesayangan yang gerak-geriknya sangat menarik dan lucu, terutama di kalangan anak-anak. Namun di sisi lain kelinci adalah jenis hewan yang dari keseluruhannya dapat bermanfaat serta menguntungkan peternak. Apabila diperhatikan dari sisi karkas dan dagingnya maka kandungan lemaknya rendah sehingga aman bagi penderita kolesterol, kulit bulunya dan bahkan kotorannya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik sangat baik. Peternakan kelinci di Indonesia semakin berkembang pesat ditandai dengan semakin banyak populasi kelinci selain itu ditinjau dari minat masyarakat untuk membudidayakan kelinci baik sebagai usaha produksi, hobi, maupun pengolahan daging kelinci. Dengan perkembangan peternakan kelinci dapat mengakibatkan kekurangan dalam penyediaan bibit kelinci berkualitas mengingat pembibitan kelinci di masyarakat belum berkembang dengan baik tanpa tujuan perkembangbiakan kelinci yang jelas.. Perkawinan antar jenis kelinci yang tidak terkontrol, ketiadaan pencatatan individu, perkawinan serta kecenderungan peternak untuk menyilangkan yang salah mengakibatkan penurunan kualitas genetic kelinci. Di sisi lain, salah satu faktor keberhasilan perkawinan kelinci tergantung pemilihan bangsa serta pejantan untuk menentukan produktifitas dan kualitas kelinci dimana kelinci pejantan merupakan pewaris karakter lebih dominan dibandingkan dengan kelinci betina. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini kelinci pejantan berkisar bobot badan 3,9-4,8 kg (Flemish Giant) 1,8-2,9 kg (Lokal), dan 2,6-4,9 kg New Zealand White. Peralatan pengukuran yang digunakan yaitu meteran pita, timbangan digital, keranjang, alat tulis, kamera. Karakter kuantitatif yang diukur pada penelitian ini adalah bobot badan, panjang badan dan lingkar dada. Data dianalisis statistik korelasi regresi tunggal dan ganda untuk melihat besar hubungan dan pola persamaan regresi karakter kuantitatif pada berbagai bangsa kelinci. Data di analisis dengan apilikasi SPSS. Rumus korelasi tunggal xy r = ( x 2 )( y 2 ) Keterangan, r = koefisiensi korelasi Untuk menduga karakter kuantitaif digunakan persamaan regresi, Y = a + bx Keterangan, Y = Variabel dependen a = Konstanta b = Intercep X =Variabel independen Pengelompokkan kelinci dalam penelitian ini berdasarkan karakter kuantitatif meliputi panjang badan, lingkar dada dan bobot badan, pada berbagai bangsa kelinci. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan ialah survei lokasi, persiapan alat dan bahan, melakukan pengukuran pada ternak, pencatatan hasil pengukuran dan menganalisa data. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran kelinci maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata Panjang Badan, Lingkar Dada, dan Bobot Badan Kelinci Bangsa Rata-rata Jumlah Kelinci Kelinci PB (cm) LD (cm) BB (kg) FG 5 39,4 ± 2,88 34 ± 2,12 4,32 ± 0,42 Lokal 11 29,7 ± 3,23 25,9 ± 1,58 2,2 ± 0,33 NZW 24 35,7 ± 3,90 31,7 ± 3,14 3,8 ± 0,69 Tabel 2. Hubungan Tunggal Karakter Kuantitatif pada Berbagai Kelinci Pejantan Hubungan Nilai Bangsa signifikansi Kelinci R R (r 2 ) Persamaaan Regresi Hubungan Tunggal BB dan PB FG 0,037* 0,901 0,812 BB = -0,787 + 0,130PB Lokal 0,099tn 0,523 0,274 BB = 3,798-0,054PB NZW 0,002** 0,600 0,360 BB = 0,015 + 0,106PB Hubungan Tunggal BB dan LD FG 0,008** 0,963 0,928 BB = -2,082 + 0,189LD Lokal 0,156tn 0,458 0,210 BB = 4,696-0,096LD NZW 0,016* 0,488 0,238 BB = 0,416 + 0,106LD Hubungan Tunggal PB dan LD FG 0,003** 0,982 0,964 PB = 5,933 + 1,333LD Lokal 0,083tn 0,544 0,296 PB = 0,887 + 1,113LD NZW 0,280tn 0,230 0,053 PB = 26,701 + 0,284LD Keterangan: FG = Flemish Giant NZW = New Zealand White ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata Tabel 3. Hubungan Ganda Karakter Kuantitatif pada Berbagai Kelinci Pejantan Bangsa Nilai Hubungan Kelinci signifikansi R R (r 2 ) Persamaaan Regresi Hubungan Ganda PB dan LD erhadap BB FG 0,017* 0,991 0,983 BB = -3,137-0,178PB + 0,426LD Lokal 0,218tn 0,563 0,317 BB = 4,732-0,040PB 0,052LD NZW 0,001** 0,700 0,490 BB = -2,006+ 0,091PB + 0,081LD Hubungan Ganda BB dan LD Terhadap PB FG 0,009** 0,996 0,991 PB= -14,857-4,286BB +2,143LD Lokal 0,138tn 0,625 0,391 PB= 16,718 3,371 + 0,788LD NZW 0,08tn 0,605 0,366 PB= 25,184 + 3,641BB - 0,103LD. Hubungan Ganda PB dan BB Terhadap LD FG 0,003** 0,998 0,997 LD = 7,197 + 0,445PB + 2,134BB Lokal 0,192tn 0,581 0,338 LD = 22,321+ 0,205PB - 1,138BB NZW 0,053tn 0,495 0,245 LD = 25,103-0,080PB +2,511BB Keterangan: FG = Flemish Giant NZW = New Zealand White ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata

Nilai Interpretasi Korelasi: 0,00 0,199 = Hubungan korelasi sangat kurang erat 0,20 0,399 = Hubungan korelasinya kurang erat 0,40 0,599 = Hubungan korelasinya cukup erat 0,60 0,799 = Hubungan korelasi erat 0,80 1,0 = Hubungan korelasi sangat erat Hasil analisis korelasi (r) dan regresi tunggal hubungan BB dan PB, BB dan LD, serta PB dan LD pada kelinci Flemish Giant menunjukkan hubungan yang positif dengan nilai korelasi (r) berturut-turut adalah r = 0,901 persamaan regresi BB = -0,787 + 0,130PB, r = 0, 963 persamaan regresi BB = -2,082 + 0,189 LD, dan r = 0,982 persamaan regresi PB = 5,933 + 1,333LD. Pada kelinci Lokal menunjukkan hubungan yang positip dengan nilai korelasi (r) berturut-turut adalah r = 0,253 persamaan regresi BB = 3,798-0,054PB, r = 0, 458 persamaan regresi BB = 4,696-0,096LD, dan r = 0,544 persamaan regresi PB = 0,887 + 1,113LD. Sedangkan pada kelinci New Zealand White menunjukkan hubungan positip dengan nilai korelasi (r) berturutturut adalah r = 0,360 persamaan regresi BB = 0,015 + 0,106PB, r = 0, 488 persamaan regresi BB = 0,416 + 0,106LD, dan r = 0,230 persamaan regresi PB = 26,701 + 0,284LD. Hasil analisis korelasi (r) dan regresi ganda hubungan PB dan LD terhadap BB, BB dan LD terhadap PB, serta PB dan BB terhadap LD pada kelinci Flemish Giant menunjukkan hubungan yang positif dengan nilai korelasi (r) berturut-turut adalah r = 0,991 persamaan regresi BB = -3,137-0,178PB + 0,426LD, r = 0,996 persamaan regresi PB= -14,857-4,286BB +2,143LD, dan r = 0,998 persamaan regresi LD = 7,197 + 0,445PB + 2,134BB. Pada kelinci Lokal nilai korelasi (r) berturut-turut adalah r = 0,563 persamaan regresi BB = 4,732-0,040PB 0,052LD, r = 0,625 persamaan regresi PB= 16,718 3,371 + 0,788LD, dan r = 0,581, persamaan regresi LD = 22,321+ 0,205PB - 1,138BB. Sedangkan Pada kelinci New Zealand White menunjukkan korelasi (r) berturut-turut adalah r = 0,700 persamaan regresi BB = - 2,006 + 0,091PB + 0,081LD, r = 0,605, persamaan regresi PB= 25,184 + 3,641BB 0,103LD, dan r = 0,495 persamaan regresi LD = 25,013-0,081PB +2,511BB. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hubungan antara karakter kuntitatif pada berbagai bangsa kelinci pejantan adalah bernilai positif dengan hubungan sangat erat sampai kurang erat. 2. Kelinci Flemish Giant, hubungan antara semua karakter kuantitatif adalah sangat erat dengan koefisien determinasi terkecil 0,812. 3. Kelinci New Zealand White, hanya hubungan antara bobot badan dan panjang badan, panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan adalah erat sampai cukup erat, dengan koefisien determinasi tertinggi 0,490. 4. Kelinci lokal, hubungan antara semua karakter kuantitatif adalah cukup erat dengan koefisien determinasi tertinggi 0,391. Saran 1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang nilai korelasi regresi karakter kuntitatif pada berbagai bangsa kelinci untuk melakukan seleksi secara lebih detail. 2. Penelitian lebih lanjut untuk kelinci jantan dengan berbagai umur dan jenis kelinci lainnya mengenai hubungan karakter kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Arifin, 2016. Jenis-Jenis Kelinci. Di akses 5 Agustus 2016. Alfikri. W. 2013. Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Ternak. Diakses tanggal 13 Februari 2016. Brahmantiyo B dan Raharjo, Yono C. 2005. Pengembangan Pembibitan Kelinci di Pedesaan Dalam Menunjang Potensi dan Prospek Agribisnis Kelinci. Lokakarya Nasional. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Brahmantiyo B dan Raharjo, Yono C. dan T. Murtisari. 2007. Karakterisasi Produktifitas Kelinci Lapang Sebagai Sumber Plasma Nutfah Ternak Indonesia. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Destanto, Faris F. 2015. Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan Dan Lingkar Dada Pada Domba Lokal Berbeda Umur Di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Kampus IPB Darmaga Bogor. Bogor. Eka, T. 2015. Variasi Fenotipe Kualitatif dan Kuantitatif Sapi Peranakan Ongole (PO) dan Persilangannya di Kecamatan Subah Kabupaten Sambas. Fakultas peternakan. Universitas Islam Malang. Malang. Hassen, A., D. E. Wilson., R. Rouse dan G.R. Tait Jr. 2004. Use of Linear and Non-Linear Growth Curves to Describe bady weigt Changes of Young Angus Bulls dan Haifers. Lowa State University Animal Industri Report. Horns Rapids Rabbitry. 2004. The Flemish Giant rabbit. Diakses tanggal 13 Februari 2016. Mudawamah. 2011. Ilmu Pemuliaan Ternak. Tunggal Mandiri, Malang Muslih D, Wayan P, Rosuartini. 2005. Metode Pengukuran Karakteristik Ternak Kelinci. Bogor Narasasmita dan Mudikdjo, 1979. Beternak Sapi dan Kerbau. Fakultas Petrnakan Universitas Pertanian Bogor, Bogor. Rhencil. 2012. Jenis-Jenis Kelinci Hias Populer. Di akses 5 Agustus 2016. Rizqy A.H. 2013. Semua Tentang Kelinci. Diakses tanggal 5 Agustus 2016. Sarwono, B. 2002. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Warwick, E.J, J.M. Astuti dan Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Edisi ke-5. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.