BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Pertamina. perburuan minyak di Bumi Nusantara ini yang dimulai sejak awal Abad 19.

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Gambaran Umum PT.Pertamina (Persero) MOR I Sumbagut

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KONSTELASI KESELAMATAN MIGAS LINGKUP PENANGANAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik Field

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya harus secara

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas hektar. PT. Karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Field Tambun PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi Region Jawa

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1975 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan.

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB II SUMATERA EYE CENTER MEDAN. yang menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan maksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I fpendahuluan Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Adapun Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) :

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero)

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN BINA MARGA KOTA BATU

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha, ilmu pengetahuan, dan teknologi sekarang ini

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Alamat : Jl. Rungkut Asri Utara VI/2 Surabaya

EVALUASI TERHADAP PSAK NO. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh : Priyono Puji Prasetyo. Abstrak

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi,

Transkripsi:

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883. Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. Era 1900: Masa Perjuangan Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih di bawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang. Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara. 1957: Tonggak Sejarah Pertamina Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT 10

11 Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada 1971, yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Karena itu Pertamina memainkan peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) Pertamina. Sementara di sisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya. Era 2000: Perubahan Regulasi Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang satu peran sebagai operator murni. Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk dua tahun setelahnya pada 2004. Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang mewajibkan

12 PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan hilir. 2005: Entitas Bisnis Murni Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku surut sejak 17 September 2003 atas seluruh wilayah kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005. Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery). Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus untuk menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan produksi migas nasional. 2.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan

13 kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan ke arah tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Sebaiknya untuk struktur organisasi perusahaan harus disusun sedemikian rupa serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini harus sesuai dengan sifat dan jenis aktivitas serta kebutuhan perusahaan. PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya serta pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir), artinya disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando, juga diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan nasehat sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk lebih jelas strukrur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dapat di lihat pada lampiran halaman 54.

14 2.3 Job Description Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan, dan setiap bagiannya memiliki tugas: 1. GM Marketing Operation Region I a. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan. b. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, pengangkutan, penimbunan, penyaluran, dan menjaga mutu produk yang dijual. c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kerja operasi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan. d. Mengkoordinasi kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan Sumber Daya Manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM agar terwujud suatu sistem kerja yang produktif, efektif, dan efisien. e. Mengkoordinasi hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar sehubungan dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan. 2. Fuel Retail Marketing Region I Manager a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.

15 b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur. dan pemasaran BBM subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM subsidi dan BBK. 3. Industrial Marketing Region I Manager a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB. b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan keagen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB. dan pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB. BBM Nonsubsidi dan BBK. 4. Petrochemical Marketing Area Manager a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

16 b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical. produk-produk Petrochemical. produk-produk Petrochemical. 5. Domestic Gas Region Manager I a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi. b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi. LPG Subsidi dan Nonsubsidi. LPG Subsidi dan Nonsubsidi. 6. Aviation Area Manager a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas. b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas. produk Avtur dan Avigas.

17 produk Avtur dan Avigas. 7. Technical Services Region Manager I a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I. b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I. c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis. d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan pemeliharaan dan pembangunan di wilayah Marketing Operation Region I. 8. HSSE Area Manager Sumbagut a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan penyuluhan dalam bidang pencemaran lingkungan kerja. b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana dan fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG, dan DPPU yang berkaitan dengan HSSE. c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran. d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja

18 9. Marketing Branch Manager NAD a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nangroe Aceh Darusalam. b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur. dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur. BBM subsidi dan BBK. 10. Marketing Branch Manager Sumbar a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat. b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur. dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur. BBM Subsidi dan BBK.

19 11. Marketing Branch Manager Riau a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Riau. b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur. dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur. BBM Subsidi dan BBK. 12. Marketing Branch Manager Kepri a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi b. dan BBK di wilayah Kepulauan Riau. c. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur. d. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur. e. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

20 13. Finance Marketion Operation Region I a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I. b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I. c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I. d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I. 14. Unit Manager Human Resources Sumbagut a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia, penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syaratsyarat kerja serta mengadakan material untuk kebutuhan kantor dan rumah tangga. b. Mengkoordinir kegiatan pelayanan jasa perawatan kesehatan pekerja dan pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya. c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain mengenai sistem dan tata kerja organisasi dan evaluasi jabatan maupun tatalaksananya. 15. IT RegionSumatera Region

21 a. Menerima, memprioritaskan, dan menyelesaikan permintaan bantuan IT. b. Instalasi, perawatan, dan penyediaan dukungan harian baik untuk hardware dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta, dan lain-lain. c. Maintain dan perawatan jaringan LAN. d. Maintain dan perawatan komputer. e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software, dan konektivitas, termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi komponen. f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database. 16. S&D Region Manager I a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan, dan pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi. b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM untuk penyaluran ke depot dan konsumen. c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.