BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANGAN DENGAN KUALITAS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang. menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit tersebut, maka terkena kewajiban menyelenggarakan. pelayanan rekam medis sesuai dengan PERMENKES RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, masalah yang dirumuskan, tujuan serta manfaat penelitian dilakukan.

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek, penilaian moral

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya (Depkes RI, 2005). Pelayanan keperawatan diberikan dalam bentuk kinerja perawat yang harus didasari kemampuan yang tinggi sehingga mendukung pelaksanaan tugas perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Kualitas asuhan keperawatan dapat tergambar dari dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan memegang peranan penting terhadap segala macam tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan mempengaruhi kesadaran masyarakat akan hak-haknya dari suatu unit kesehatan (Iyer, 2001). Selain itu dokumentasi adalah bagian dari pertanggungjawaban perawat secara utuh terhadap klien yang dirawat.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bentuk pencatatan dan pelaporan yang dilakukan perawat dalam setiap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dokumentasi harus relevan, fokus pada klien, komprehensif, tepat waktu, fleksibel, mendapatkan data penting pasien, menjaga kualitas dan keberlangsungan perawatan, riwayat klien, tujuan dan menunjukkan standar tertentu. Ciri dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah fakta (factual basis), akurat (accuracy), lengkap (completeness), ringkas ( conciseness), terorganisir (organization), waktu yang tepat (time liness) dan bersifat mudah dibaca (legability) (Potter & Perry, 2005). Dokumentasi asuhan keperawatan yang tidak dilakukan dengan lengkap yang dapat menurunkan kualitas pelayanan keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan, dalam aspek legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan keperawatan (Iyer, 2001). Hal ini menjadi wujud dari kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendokumentasikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dapat ditunjukkan dari tujuh hasil akhir yaitu menunjukkan secara nyata respon klien terhadap perawat, merefleksikan proses keperawatan, deskripsi kondisi (status klien) secara terus-menerus dari shift ke shift, menghindari duplikasi informasi, berisi kegiatan perencanaan keperawatan, menfasilitasi monitoring kualitas pelayanan, berisi perencanaan pelayanan keperawatan yang saling melengkapi (Iyer&Camp, 2005). Sedangkan Potter&Perry

(2010) menyatakan bahwa kualitas dokumentasi didasarkan pada fakta, keakuratan atau ketepatan, kelengkapan, up to date, terorganisasi dan mudah dibaca. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan. Kinerja perawat dapat ditunjukkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan keperawatan sehingga menunjukkan hasil yang baik bagi perawat dalam kurun waktu tertentu (Kurniadi, 2013). Menurut Gibson dan Ivancevich (2001) terdapat faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu, faktor organisasi dan faktor psikologis. Faktor individu salah satunya adalah demografi yaitu karakteristik dari individu berupa umur, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian. Faktor organisasi berupa sumber daya, kepemimpinan, imbalan dan supervisi. Faktor psikologis berupa sikap, persepsi dan motivasi. Penelitian yang berhubungan dengan kinerja perawat dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Asman (2001) bahwa kinerja perawat baik dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan lebih banyak dimiliki oleh perawat dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan daripada dengan pendidikan SPK yaitu 89.7%. Penelitian Rahmat, dkk (2012) didapatkan lama kerja (R=0,350) yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat. Penelitian Pribadi di ruang rawat inap RSUD Kelet Jepara (2009) didapatkan ada hubungan faktor motivasi perawat dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian Rugaya (2006) di RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie Ternate menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan, sikap, motivasi, imbalan dan supervisi dengan kinerja perawat pelaksana. Penelitian Yanti dan Warsito (2013) terdapat hubungan yang

signifikan antara motivasi dan supervisi dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat dalam menjalankan tugasnya juga dipengaruhi oleh dari kemampuan fungsi manajerial dari kepala ruangan yang merupakan bagian dari faktor organisasi yang mempengaruhi kinerja perawat. Kepala ruang sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit harus memiliki kemampuan manajerial untuk mengelola asuhan keperawatan melalui pendekatan manajemen keperawatan, dengan menyusun standar kerja dan prosedur kerja yang diketahui oleh perawat. Pendekatan manajemen keperawatan tersebut dapat dilakukan melalui pelaksanaan fungsi manajerial sebagai kepala ruangan yaitu melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian (Huber, 2000) dan menurut Arwani&Supriyanto (2006) kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian dan evaluasi. Pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan ini diharapkan dapat mengarahkan dan membimbing perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Penelitian tentang fungsi manajerial kepala ruangan dengan kinerja perawat dapat dibuktikan oleh penelitian Ferdiansyah (2006) di RSUD Dr.Soetomo Surabaya, bahwa kompetensi kepala ruangan dalam melaksanakan fungsi manajerial merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja perawat. Hasil penelitian Pribadi (2009) di RSUD Kelet Jepara, didapatkan ada hubungan antara persepsi perawat tentang supervisi kepala ruangan terhadap pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian Herdiana dan Rosa (2011) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, didapatkan ada pengaruh fungsi manajerial supervisi klinik terhadap dokumentasi asuhan keperawatan. Sementara dari hasil penelitian Haryanti, dkk (2010) ada pengaruh antara persepsi perawat tentang fungsi manajerial kepala ruangan terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil Penelitian Warsito pada tahun 2007 di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan bahwa persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik. RSUD Pariaman merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas C berdasarkan Keputusan Mentri No. 233/Menkes/SK/VI/1983. RSUD Pariaman sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. RSUD Pariaman memiliki 166 tempat tidur (TT) yang tersebar dimasing-masing ruang rawat inap yang terdiri dari 12 ruang rawat inap dengan BOR 60,45% (Sumber: Medical Record RSUD Pariaman, 2015), sedangkan jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap RSUD Pariaman adalah 148 tenaga perawat dengan jenjang pendidikan yang bervariasi mulai dari SPK, D3 keperawatan, S1 keperawatan dan ners. Dengan tingginya angka indikator pelayanan rawat inap dan jumlah tenaga perawat yang tersebar di 12 ruang rawat inap diatas menjadikan perawat belum bisa melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan yang sesuai standar dan berkualitas. Berdasarkan data ketenagaan RSUD Pariaman tahun 2015, usia perawat di ruang rawat inap paling banyak < 35 tahun yitu 59,3%, tingkat pendidikan didominasi

oleh pendidikan D3 keperawatan sebesar 48,65%, masa kerja 50% kurang dari 5 tahun, status kepegawaian 54,7 % tenaga PNS. Berdasarkan hasil observasi pada saat praktak residensi, setiap tindakan didokumentasikan oleh perawat dalam status pasien, namun pendokumentasian masih didominasi berupa tindakan medis. Hasil wawancara dengan perawat menyatakan tidak ada penekanan khusus terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan yang sesuai standar sehingga perawat hanya mencatat tindakan yang sudah dilakukan ke pasien dan perawat menyatakan tidak ada bentuk perhargaan baik berupa imbalan maupun hadiah khusus kepada perawat yang melakukan melengkapi maupun mendokumentasian asuhan keperawatan sesuai standar. Dari hasil evaluasi studi dokumentasi terhadap 20 rekam medis pasien, didapatkan hasil dokumentasi pengkajian keperawatan hanya 47%, merumuskan diagnosa keperawatan 54%, tindakan keperawatan 47%, evaluasi 50% dan menulis catatan keperawatan 67%. Dari hasil kuisioner 73,3 % perawat mendokumentasikan hasil implementasi setiap selesai menjalankan tindakannya, namun masih sebatas tindakan medis dan tidak semua proses asuhan keperawatan dicatat di status pasien. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sandra (2012) di RSUD Pariaman didapatkan bahwa pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana 60,5% buruk, dimana satiap aspek yang ada dalam format dokumentasi tidak seluruhnya di lengkapi dan cara pengisian format tidak sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan yaitu 75% (Depkes RI, 2005).

Keterbatasan tenaga perawat juga menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja, sehingga tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada format pendokumentasian keperawatan. Disamping itu perawat menyatakan kepala ruangan hanya mengarahkan perawat melengkapi dokumentasi ketika pasien akan pulang, bimbingan kepala ruangan untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar tidak pernah dilakukan dan supervisi kepala ruangan untuk menilai dokumentasi asuhan keperawatan jarang dilakukan. Dari data diatas dapat dilihat bahwa fungsi manajerial dari kepala ruangan terutama fungsi pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari kepala ruangan masih belum terlaksana dengan baik. Fungsi manajerial dari kepala ruangan tidak bisa dipisahkan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian sehingga mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Banyaknya aspek yang mendasari tidak terlaksananya pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD pariaman ini, menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan belum memenuhi standar pendokumentasian asuhan keperawatan Depkes RI yaitu untuk menilai pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dikatakan baik apabila 75% dan kurang baik apabila < 75% (Depkes RI, 2005). Berdasarkan uraian diatas peneliti melihat fungsi manajerial kepala ruangan dan kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan fenomena

yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Analisis hubungan fungsi manajerial kepala ruangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan Di Ruang Inap RSUD Pariaman. 1.2 Rumusan Masalah Perawat dalam peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dapat memperhatikan hak-hak pasien untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Kualitas asuhan keperawatan dapat dilihat dari dokumentasi asuhan keperawatan yang dicatat oleh perawat sebagai laporan status dan perkembangan kondisi pasien selama dirawat. Kepala ruangan di sebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan koordinasi kegiatan dengan perawat pelaksana yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang berkualitas. Namun keberhasilan suatu rumah sakit bukan hanya dilihat dari keberhasilan seorang kepala ruangan dalam memimpin ruangan, melainkan juga peran dari seluruh perawat pelaksana dengan meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Analisis Hubungan Fungsi Manajerial kepala ruangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja perawat dengan kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman?.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan fungsi manajerial kepala ruangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diketahuinya fungsi manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian) kepala ruangan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.2 Diketahuinya kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.3 Diketahuinya faktor individu (umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan status kepegawaian) perawat di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.4 Diketahuinya faktor organisasi (imbalan) perawat di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.5 Diketahuinya faktor psikologis (sikap, motivasi) perawat di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.6 Diketahuinya hubungan fungsi perencanaan kepala ruangan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman.

1.3.2.7 Diketahuinya hubungan fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.8 Diketahuinya hubungan fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.9 Diketahuinya hubungan fungsi pengawasan kepala ruangan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.10 Diketahuinya hubungan fungsi pengendalian kepala ruangan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.11 Diketahuinya hubungan faktor individu (umur, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian) dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.12 Diketahuinya hubungan faktor organisasi (imbalan) dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.13 Diketahuinya hubungan faktor psikologis (sikap, motivasi) dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman. 1.3.2.14 Diketahuinya fungsi manajerial kepala ruangan dan faktor-faktor kinerja yang paling berhubungan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Aplikatif 1.4.1.1 Meningkatkan kinerja bagi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diruang rawat inap. 1.4.1.2 Meningkatkan pemahaman perawat dan kepala ruangan bahwa fungsi manajerial kepala ruangan mempunyai peran yang penting dalam mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. 1.4.2 Manfaat Keilmuan 1.4.2.1 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan bagi perawat sehingga menjadi arahan pengembangan kemampuan dan pemahaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yang berkualitas. 1.4.2.2 Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan teori dan konsep manajemen keperawatan 1.4.3 Manfaat Metodologi 1.4.3.1 Penelitian ini dapat memberi manfaat dalam penerapan teori dan konsep manajemen keperawatan dan pendokumentasian dalam meningkatkan kemampuan baik perawat maupun kepala ruangan. 1.4.3.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian selanjutnya.