BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

dokumen-dokumen yang mirip
Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

EFEKTIVITAS KONSUMSI BUAH APEL (PYRUS MALUS) JENIS FUJI TERHADAP SKOR PLAK GIGI DAN ph SALIVA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia (Notoharjo & Lely, 2005). Masalah kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus karena termasuk dalam sepuluh besar yang tersebar di berbagai daerah (Dewanti, 2012). Penyakit periodontal dan karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat yang biasanya disebabkan oleh plak pada gigi (Huda dkk, 2015). Perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya pernyakit periodontal tersebut (Taufik dkk, 2008). Depkes RI (2012) menyampaikan bahwa penyakit gigi dan mulut berupa karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang semua golongan umur, bersifat progresif dan bila tidak dirawat maka akan parah. Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dapat dicapai dengan meningkatkan upaya promotif, preventif sejak usia dini sampai dengan usia lanjut. World Health Organization memberikan data empiris bahwa sekitar 60-90% kerusakan gigi dialami pada anak usia sekolah dan hampir 100% dialami pada orang dewasa (Huda dkk, 2015). Menurut Dewanti (2012) masalah karies gigi di Indonesia terdapat sebesar 72,1% dengan 46,5% tidak dilakukan perawatan gigi. Plak merupakan penyebab karies di dunia sekitar 75-90% (Huda dkk, 2015). Taufik dkk (2008) juga memberikan pendapat bahwa penyebab karies di dunia adalah plak. Menurut Cholid dkk (2015) plak gigi merupakan deposit lunak yang terdiri atas mikroorganisme 1

2 dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri tersebut adalah Streptococcus dan Lactobacilllus yang memetabolisasi sisa makanan jenis karbohidrat untuk difermentasikan. Dihasilkan asam dengan penurunan ph 4,5-5,0 dalam waktu 1-3 menit dan kembali normal pada ph 7 dalam waktu 30-60 menit. Proses demineralisasi permukaan gigi terjadi apabila ph menurun terus menerus. Kandungan kalsium, natrium, dan kalium dalam saliva akan melakukan remineralisasi struktur gigi ketika plak dihilangkan. Saliva berperan penting dalam mencegah terjadinya karies dengan cara membersihkan bakteri, sebagai buffer, sebagai antimikroba, dan remineralisasi. Peningkatan saliva akan muncul selama pengunyahan dengan diikuti peningkatan ph (Telgi et al., 2013). Newman et al. (2011) menyebutkan bahwa plak merupakan penyebab terjadinya karies dan penyakit periodontal karena mengandung bakteri patogen yang menempel pada permukaan gigi dan gingival. Asam sebagai produk metabolik bakteri dapat dinetralkan oleh saliva sehingga terhindar dari proses demineralisasi gigi. Sekresi saliva yang lebih banyak dapat dirangsang dengan proses pengunyahan makanan berserat. Kecepatan sekresi saliva dan diet mempengaruhi perubahan ph saliva. Upaya pencegahan karies dan penyakit periodontal serta peningkatan kebersihan mulut dapat dilakukan dengan cara mencegah dan menghilangkan akumulasi plak. Menurut Savitri dkk (2014) gigi berjejal ditandai adanya tumpang tindih (overlapping) gigi-gigi yang berdekatan. Gigi berjejal menjadi keluhan yang sering dijumpai pada pasien-pasien ortodonti dan keadaan ini bisa menimbulkan gangguan pada penampilan seseorang, pengunyahan, serta pembersihkan gigi. Kondisi gigi

3 yang berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya karena sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi. Kondisi ini menyebabkan penumpukan plak yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gingivitis. Hal ini disebabkan karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu gigi berlubang (karies) dan penyakit gusi (gingivitis) bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi (periodontitis) sehingga gigi menjadi goyang dan terpaksa harus dicabut (Sasea dkk, 2013). Menurut Penda dkk (2015) kontrol plak dengan mengunyah makanan berserat secara alamiah sebagai pengendali plak. Secara fisiologis makanan padat dan berserat akan meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut dan proses pengunyahan makanan ini akan merangsang produksi saliva. Buah segar, setengah matang, berair, dan berserat dapat membantu menurunkan indeks plak. Taufik dkk (2008) juga memberikan pendapat bahwa kontrol plak juga dapat dilakukan dengan modifikasi mekanis dan kimia, misalnya dengan mengunyah buah segar dan berserat. Penggunaan konsumsi buah-buahan dapat mencegah pembentukan plak gigi dengan menggunakan buah-buahan yang mengandung epikatekin. Buah belimbing (Averrhoa carambola) mengandung epikatekin sebagai antikaries karena bersifat bakterisid. Epikatekin akan menghambat pembentukan plak dengan cara menghambat reaksi glikosilasi bakteri yang menghambat perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi dan mematikan Streptococcus mutans (Cholid dkk,

4 2015). Konsumsi makanan yang berserat tidak akan merangsang pembentukan plak, dan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. Makanan kaya serat juga banyak ditemukan pada buah (Newman et al., 2011). Buah belimbing sudah meluas penyebarannya di Jawa Tengah (Sulistyono dan Isnawati, 2011). Belimbing merupakan buah dengan manfaat yang belum banyak diketahui khususnya anak-anak di pedesaan. Buah belimbing mengandung zat epikatekin yang memiliki daya antibakteri dapat menghambat terjadinya plak (Kartikasari, 2012). Buah belimbing juga dapat digunakan sebagai anti inflamasi, analgesik dan diuretik. Penelitian Reddy et al. (2010) memberikan bukti empiris bahwa skor indeks plak untuk gigi anterior yang tidak beraturan lebih tinggi daripada gigi yang beraturan. Penelitian ini sejalan dengan Sasea dkk (2013) menyampaikan bahwa gigi yang berjejal akan lebih berpotensi untuk terjadinya penumpukan plak daripada gigi yang tidak berjejal. Penelitian Huda dkk (2015) juga memberikan bukti empiris bahwa terdapat penurunan plak karena mengunyah buah berserat serta melalui kandungan kimiawi epikatekin pada buah. Pengetahuan tentang kandungan buah belimbing yang banyak di wilayah Demak sebagai pencegahan plak perlu diketahui sejak dini dari kalangan anakanak. Selain itu adanya susunan gigi berjejal menjadi penyebab penempelan sisa makanan yang sulit dibersihkan sehingga terjadi akumulasi plak. Pentingnya hal tersebut menjadikan motivasi peneliti ingin membuktikan perbedaan indeks plak siswa berjejal dan tidak berjejal di sekolah pedesaan dengan perlakuan mengunyah buah belimbing.

5 Buah-buahan dan tanaman yang tumbuh memiliki kandungan yang salah satunya bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur an : Dengan air hujan itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang berpikir (An-Nahl : 11). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pengunyahan buah belimbing (Averrhoa carambola) efektif terhadap penurunan indeks plak pada gigi berjejal?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pengunyahan buah belimbing (Averrhoa carambola) terhadap penurunan indeks plak gigi berjejal. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan indeks plak sebelum pengunyahan buah belimbing (Averrhoa carambola).

6 b. Mendeskripsikan indeks plak sesudah pengunyahan buah belimbing (Averrhoa carambola). c. Menjelaskan beda indeks plak sebelum dan sesudah pengunyahan buah belimbing (Averrhoa carambola). D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa buah belimbing (Averrhoa carambola) memiliki banyak manfaat membantu membersihkan plak sehingga mencegah terjadinya karies gigi yang menjadi masalah penyakit di Indonesia. 2. Bagi Pendidikan Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah referensi pada instansi pendidikan berkaitan buah belimbing (Averrhoa carambola) mempunyai pengaruh terhadap penurunan indeks plak. Penelitian ini juga meningkatkan siswa SMP untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan pengendalian plak menggunakan buah belimbing yang merupakan buah khas Demak. 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menjadi bahan yang digunakan untuk penelitian selanjutnya.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Pada penelitian Cholid dkk (2015) dengan judul pengaruh kumur sari buah belimbing manis (Averrhoa carambola) terhadap perubahan ph plak dan ph saliva (studi pada anak usia 12-15 tahun pondok pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak). Pada penelitian ini juga dimasukan kriteria inklusi sampel gigi berjejal ringan dan tidak berjejal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berumur sari buah belimbing manis. 2. Penelitian Huda dkk (2015) dengan judul efektivitas konsumsi buah apel (pyrus malus) jenis fuji terhadap skor plak gigi dan ph saliva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan skor plak gigi dan ph saliva setelah mengkonsumsi buah apel jenis fuji dengan skor apel fuji lebih tinggi dari xylitol. 3. Penelitian Dasgupta et al. (2013) dengan judul Averrhoa carambola: an updated review. Jenis penelitian deskriptif dengan hasil Averrhoa carambola dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk dapat mengurangi penyakit kulit, gatal-gatal, infestasi cacing, diare, muntah, wasir, dan demam intermiten. Buah belimbing dijadikan sebagai obatobatan tradisional di negara-negara seperti India, China, Filipina, Brasil untuk berbagai penyakit. 4. Penelitian Das et al. (2013) dengan judul A comprehensive study on antioxidant, antibacterial, cytotoxic and phytochemical properties of Averrhoa carambola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Averrhoa

8 carambola tidak kuat sebagai aktivitas antibakteri, tetapi memiliki antioksidan yang baik. Mempunyai phytochemical aktif seperti flavonoid, glikosida, alkaloid, karbohidrat, saponin dan steroid. Averrhoa carambola mampu menunjukkan aktivitas sitotoksik dengan baik. 5. Penelitian Reddy et al., (2010) dengan judul Relationship Between Gingivitis and Anterior Teeth Irregularities Among 18 to 26 Years Age Group: A Hospital Based Study in Belgaum, Karnataka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat indeks plak dan indeks gingiva untuk gigi tidak beraturan yang lebih tinggi dibandingkan gigi beraturan. 6. Penelitian Taufik dkk (2008) dengan judul Index plaque differences between before and after chewing apples. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan indeks plak setelah mengunyah apel. Penelitian ini menyimpulkan bahwa indeks plak menurun setelah mengunyah apel terutama daerah oklusal gigi posterior, sehingga ada perbedaan antara sebelum dan setelah mengunyah apel. 7. Penelitian Souza dan Ulema (2004) dengan judul Evaluation of periodontal index of gingival and plaque with dental crowding in development of gingivits in children and adolescents. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara plak gigi dengan peradangan pada gusi, tetapi tidak ada hubungan antara crowding gigi dengan peradangan gusi.