BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB III METODE PENELITIAN

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sleman tahun membagi sumber daya pariwisata menjadi empat

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tetang Modal Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

PENGEMBANGAN PARIWISATA PERDESAAN (SUATU USULAN STRATEGI BAGI DESA WISATA KETINGAN)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan devisa. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB I PENDAHULUAN I 1

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

MENYUSUN STRATEGI. "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana".

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA IMLEK 2559 DAN CAP GO MEH 2008 Hari/Tanggal : Kamis, 21 Pebruari 2008 Pukul : 09.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak objek dan daya tarik wisata yang kian tahun kian banyak menjadi perhatian wisatawan, baik berasal dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, dengan jumlah tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Table 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Sleman Wisatawan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Wisatawan Nusantara 2.234.896 2.779.316 3.314.313 3.820.575 Wisatawan Mancanegara 255.167 262.916 339.832 312.358 Total 2.490.063 3.042.232 3.654.145 4.132.933 (Sumber : Statistik DIY Tahun 2014) Penghargaan Desa Wisata Nasional tahun 2013 yang diadakan di Desa Wisata Pentingsari, Cangkringan, Sleman memberikan penghargaan terhadap 10 Desa Wisata terbaik tahun 2013, salah satu Penghargaan Desa Wisata Nasional untuk Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 diberikan kepada Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, yang sebelumnya pada tahun 2012 penghargaan Desa Wisata Nasional diberikan kepada Desa Wisata 1

2 Bejiharjo. Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan penghargaan ini selain bentuk kontribusi pariwisata dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus untuk menggerakan perekonomian daerah setempat 1. Salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman yang menjadi desa wisata mandiri pertama, yaitu Desa Wisata Pentingsari. Desa Wisata Pentingsari terletak di Dusun Pentingsari, Cangkringan, Umbulharjo, Sleman. Desa wisata merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan karakteristik khusus untuk menjadi destinasi wisata. Desa wisata sebagai daerah tujuan wisata perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai bagi para wisatawan. Menurut Damanik. J dan Helmut F. Weber (2006:23) masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Dalam pemaparan diatas, masyarakat juga berperan serta untuk ikut terlibat dalam menggali potensi wisata didaerahnya, hal itu akan memperoleh nilai tambah, sehingga yang tadinya dinilai negatif dapat berubah menjadi positif dan yang sudah positif meningkat menjadi daya tarik yang mempesona. Muljadi (2010:104-107) menjelaskan bahwa sapta pesona terdiri 1 Sumber:www.koran-sindo.com/node/346685 (diakses pada tanggal 11 Desember 2013)

3 dari tujuh unsur yaitu : aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, tamah, dan kenangan. Peran aktif masyarakat sebagai pendukung pengembangan pariwisata perlu mendapat perhatian, terutama dalam konsep pengembangan pariwisata jangka panjang. Pariwisata memang belum sepenuhnya tergali secara optimal, padahal sektor ini mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pasar domestik maupun pasar internasional. Bermodal berbagai kondisi alam wilayah yang dimiliki Indonesia, keragaman masyarakat dan kebudayaan yang berkualitas, maka pengembangan sektor pariwisata berbasis masyarakat dianggap potensial untuk dikembangkan agar dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa. Pemberdayaan masyarakat setempat akan turut menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah. 1.2.Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang berjalan di Desa Wisata Pentingsari? 1.2.2. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang dapat dijalankan oleh masyarakat Desa Wisata Pentingsari? 1.3.Tujuan penelitian 1.3.1. Mengetahui proses pemberdayaan masyarakat yang berjalan di Desa Wisata Pentingsari.

4 1.3.2. Merumuskan strategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Pentingsari. 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Manfaat yang dapat diperoleh secara teoritis dari penulisan ini adalah memberikan tambahan wawasan terhadap ilmu kepariwisataan, khususnya strategi pengembangan desa wisata berbasis pemberdayaan masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diberikan adalah dapat menjadi masukan maupun acuan bagi Pemerintah dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan terhadap konsep pembangunan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari. 1.5.Tinjauan Pustaka Penulisan skripsi ini mengacu pada buku-buku yang terkait dengan tema yang dikemukakan yaitu mengenai strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun buku atau tinjauan pustaka yang membahas mengenai permasalahan diatas yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Antara (2011) berjudul Strategi Pengembangan Pariwisata Alternatif di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung memaparkan tentang potensi yang mendukung Desa

5 Pelaga untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata, dukungan masyarakat Desa Pelaga terhadap rencana pengembangan desa dan strategi pengembangan pariwisata di Desa Pelaga. Hasil penelitian ini Desa Pelaga memiliki potensi wisata yang layak untuk dikembangkan dan telah memenuhi empat komponen penting yaitu attraction, accesibility, amenity, dan ancillary. Selain itu, masyarakat lokal sudah terlibat langsung dalam daaerah Desa Pelaga kedepan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa strategi SWOT seperti strategi SO, ST, WO, dan strategi WT. Penelitian oleh Lestari (2009) berjudul Pengembangan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat studi di Desa Wisata Kebang Arum, Sleman memaparkan bahwa bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Kembang Arum adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat secara langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan desa wisata. Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat sudah pernah dilakukan oleh Hendryantoro (2014) dalam tesis yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya (Studi di Desa Wisata Brayut Pandowoharjo Kab. Sleman D.I.Y) memaparkan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil dicapai ketika masyarakatdesa Wisata Brayut mampu mengelola struktur organisasi,

6 partisipasi masyarakat dalam perencanaan, operasi, dan mengevaluasi serta dalam melakukan pemantauan terus menerus pada desa wisata. Penelitian yang dilakukan Hidayat yang berjudul Analisis Komponen Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Pentingsari, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (2014). Dari penelitian ini dipaparkan bahwa secara umum daya tarik wisata Desa Wisata Pentingsari adalah komponen yang memiliki nilai budaya jawa, keindahan alam serta kearifan local. Kearifan local di Desa Wisata Pentingsari menjadi sebuah komponen yang memiliki peran penting dalam kegiatan kepariwisataan. Terakhir penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2015) berjudul Modal Sosial Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dan Sambi Kabupaten Sleman. Penelitian ini membahas tentang kondisi modal sosial masyarakat, keberhasilan pengembangan pariwisata, dan hubungan modal sosial terhadap keberhasilan pengembangan di Desa Wisata Pentingsari dan Sambi.Hasil dari penelitian tersebut menemukan tiga halyaitu perbedaan mencolok terjadi pada modal sosial elemen jaringan, keberhasilan pengembangan desa wisata yang dilihat dari peran serta, kelembagaan, manfaat dan obyek wisata di Pentingsari dan Sambi memperlihatkan kondisi yang berbeda, dan tingkat modal sosial masyarakat mempengaruhi keberhasilan pengembangan desa wisata. Dari beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa kesamaan fokus penelitian yang berkaitan dengan strategi

7 pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai proses pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan di Desa Wisata Pentingsari. Selain itu akan dirumuskan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. 1.6.Landasan Teori 1.6.1. Strategi Pengembangan Pariwisata Pengembangan adalah suatu usaha untuk menuju kearah yang baik,yang berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan yang dimaksud dapat berupa kualitas dan kuantitas. Pengembangan pariwisata dapat berupa meningkatkan objek wisata dan meningkatkan mutu pelayanan. Sedangkan dalam kuantitas dapat berupa perluasan keanekaragaman dan akomodasi wisata. Yoeti (2008 : 48) mengatakan bahwa: Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri perlu dipertimbangkan dalam segala segi tanpa kecuali, karena diakui bahwa pariwisata sebagai suatu industri tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan erat dengan sektor-sektor ekonomi, sosial dan budaya yang hidup dalam masyarakat. Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang semakin banyak secara terus menerus sehingga dapat menjadi aset penting dalam

8 pembangunan, khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian rakyat. Strategi yang perlu dilakukan salah satunya melalui communityenterprises yaitu meningkatkan dan memperluas kegiatan-kegiatan usaha berbasis komunitas. Hal ini diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan berbasis pada swadaya serta kekuatan ekonomi serta membantu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Communityenterprises ini berperan antara lain dalam : 1. Mengembangkan potensi dan kemampuan sesuai dengan pengetahuan yang telah berkembang dalam masyarakat sehingga dapat merangsang tumbuhnya kepercayaan, kemandirian dan kerjasama. 2. Membantu mengembangkan teknologi lokal, sehingga dapat mengurangi ketergantungan teknologi. 3. Menciptakan wahana untuk latihan peningkatan ketrampilan sumber daya manusia dan menumbuhkembangkan jiwa kewiraswastaan dan swadaya. 4. Menciptakan peluang kerja di pedesaan sehingga dapat menarik keebihan angkatan kerja. 5. Memperkuat basis ekonomi pedesaan.

9 6. Mengurangi kesenjangan ekonomi antara daerah, terutama desa dan kota sehingga dapat mengurangi arus migrasi ke kota (Noer,1999:121). Menurut Marpaung (2002:49) pengembangan desa wisata pada dasarnya adalah proses bagaimana sebuah desa dapat berkembang dan sebagai pusat wisata yang memiliki unsur hiburan dan pendidikan. Pembangunan sektor pariwisata sangat potensial untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat. 1.6.2. Desa Wisata Desa wisata yang menurut Asyari (2011:1) adalahsebuah desa yang hidup mandiri dengan potensi yang dimilikinya dapat dijual sebagai atraksi daya tarik wisata tanpa melibatkan investor, memilikikriteria-kriteria untuk menjadi suatu atraksi wisata, yaitu(hadiwijaya, 2012:69): 1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan yang menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2. Memiliki objek-objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal dan sebagainya untuk dikembangkan menjadi objek wisata.

10 3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4. Keamanan di desa tersebut terjamin. 5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi dan tenaga kerja yang memadai. 6. Beriklim dingin dan sejuk. 7. Berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. 1.6.3. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Pariwisata Istilah pemberdayaan disepadankan dengan bahasa inggris empowerment. Menurut Parsons (1994) yang dikutip oleh Suharto (2010), pemberdayaan adalah suatu proses ketika seseorang akan menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mampu memberikan pengaruh terhadap kejadian-kejadian, serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan tersebut lebih menekankan bahwa orang mendapatkan ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk memberikan pengaruh terhadap kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya

11 Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) secara ideal menekankan pada pembangunan pariwisata dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dalam setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan sampai dengan pemantauan dan evaluasi, masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi karena tujuan akhir pembangunan pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat (Demartoto, 2009: 22). Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat digambarkan melalui pola pengembangan sebagai berikut: Gambar 1.1 Pola Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Sumber : Demartoto, 2009: 22) Penelitian ini akan menggunakan teori pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Dermatoto, 2009 : 22) dalam menganalisis proses berjalannya pemberdayaan masyarakat di Desa

12 Wisata Pentingsari. Sedangkan dalam perumusan strategi, peneliti menggunakan analisa SWOT yang kemudian diturunkan menjadi strategi pengembangan pariwisata berlandaskan pada teori Yoeti (2008 : 48) dan Marpaung (2002 : 49). 1.7.Metode Penelitian Adapun metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.7.1. Jenis Penelitian Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. 1.7.2. Sumber Data 1. Data Primer Data ini diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara mendalam. Narasumber yang diambil dalam proses wawancara mendalam ini adalah para pelaku usaha pariwisata di Desa Wisata Pentingsari, baik itu pengelola Desa Wisata Pentingsari, tokoh masyarakat yang meliputi Kepala Desa, Ketua RW dan Ketua RT, masyarakat Desa Wisata Pentingsari dan wisatawan. 2. Data Sekunder Dalam penelitian ini digunakan literature yang bersumber dari penelitian terdahulu/pustaka yang sesuai dengan judul penelitian,

13 arsip-arsip desa wisata, brosur dan acara peliputan media di Desa Wisata Pentingsari. 1.7.3. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan pengamatan di Desa Wisata Pentingsari, Dusun Pentingsari, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Observasi dilakukan secara partisipatif penuh maupun nonpartisipatif. Observasi partisipatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara ikut berperan langsung di Desa Wisata Pentingsri. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 11 Juni 2014 s.d 15 Oktober 2014. 2. Wawancara Mendalam Data yang diperoleh dengan menggunakan responden yang dipilih karena memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, sehingga lebih mengetahui informasi yang diperlukan oleh penulis. Wawancara dilakukan kepada : 1) Pengelola Desa Wisata Pentingsari, yang meliputi struktur kepengurusan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data informasi mengenai potensi apa saja yang dimiliki Desa Wisata Pentingsari sehingga keberadaannya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

14 2) Tokoh masyarakat yang meliputi Kepala Desa, Ketua RW, dan Ketua RT. Wawancara ini dilakukan dalam rangka menggali informasi mengenai peranan desa wisata dalam memberdayakan masyarakat. 3) Masyarakat Desa Wisata Pentingsari yang dipilih random. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mngenai kontribusi apa saja yang telah dilakukan untuk pengembangan Desa Wisata Pentingsari. 4) Wisatawan yang berkunjung dipilih untuk memperoleh data atas kesan dan pesan terhadap pelayanan masyarakat dan para pengelola Desa Wisata Pentingsari, serta paket wisata yang ditawarkan. 3. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber tertulis, media digital, media cetak, seperti karya ilmiah terkait, hasil penelitian yang relevan, dokumen sejarah, dokumen produk kebijakan tata kelola desa wisata, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Desa Wisata Pentingsari, dan dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian. 1.7.4. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka selanjutnya diolah menjadi informasi

15 yang digunakan untuk menghasilkan pembahasan penelitian. Tahapan pengelolaan data adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data Setelah data terkumpul, seluruh data diklasifikasikan dan diindentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Data yang berasal dari rekaman wawancara mendalam yang menjadi poin penting maupun kata kunci dari pertanyaan penelitian diubah dalam bentuk transkrip untuk selanjutnya dapat dilampirkan dalam pembahasan. 2. Penyajian Data Tahapan ini merupakan tahapan menampilkan data yang telah diklasifikasikan sebelumnya. Data yang disajikan berbentuk deskriptif analitik. Data yang telah terkumpul diuraikan dalam bentuk pembahasan dan dianalisis berdasarkan teori pemberdayaan masyarakat dan perumusan strategi menggunakan analisisswot. Beberapa hasil data yang didapat diuraikan dalam bentuk tabel dan bagan. Sementara itu, penentuan perumusan strategi pengembangan pariwisata didasarkan analisa SWOT dan bentuk pemberdayaan masyarakat Desa Wisata Pentingsari yang telah berjalan. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan berisi tentang penjelasan hasil temuan di lapangan dan hasil analisis yang telah dilakukan. Disusulkan pula

16 beberapa rekomendasi untuk dapat mencapai strategi-strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. 1.7.5. Analisis SWOT Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman (Rangkuti, 1999:18-19). Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah : 1. Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S). Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang. 2. Mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan (T dan W). Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana perbaikan.

17 1.4.Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini disusun secara sistematis dalam kerangka penulisan sebagai berikut : BAB I berisi tentang pendahuluan, dimana peneliti menjabarkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang gambaran umum tentang sejarah, kondisi geografis, lokasi, pengelolaan Desa Wisata Pentingsari, visi dan misi, sosial kependudukan, fasilitas dan objek wisata Desa Wisata Pentingsari. BAB III berisi tentang pembahasan yang membahas tentangpemberdayaan masyarakat Pentingsari, strategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Pentingsari, analisis SWOT, dan rumusan strategi pengembangan pariwisata. BAB IV berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran yang bermanfaat untuk pengembangan Desa Wisata Pentingsari.