BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. Nasional yang tertuang dalam BAB II pasal 3 yang berumuskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN. belajar tertentu memberikan prestasi belajar yang baik. Untuk mendapat hasil

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan pada umumnya. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk. Pendidikan jasmani berperan sebagai sarana pembinaan dan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, melalui pendidikanlah suatu upaya mencetak sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Bab II pasal 3). Pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 Bab IX. sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan yang sejalan dengan kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola basket telah dipertandingkan pada PON I di kota Solo.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, kebutuhan akan pendidikan juga semakin meningkat. Karena itu, dunia pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi zaman dan perkembangan yang ada. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan dan kualitas siswa melalui penyajian materi pelajaran yang tepat, beragam dan tidak membosankan. Proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Begitu pula halnya dengan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. Untuk menjamin pelaksanaan program pendidikan berjalan dengan baik maka antara tujuan dan sasaran yang dinyatakan dalam desain kurikulum baik silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pelaksanaan di lapangan harus sejalan dan searah. Pelaksanaan program pendidikan yang bermutu, yang diselenggarakan dengan mematuhi kaidah-kaidah pedagogik, memberikan sumbangan sangat berharga bagi perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum, yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anak mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus 1

2 mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral (Paturusi, 2012:12). Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 tahun 2003). Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan tentang gerak jasmani dalam berolahraga serta faktor kesehatan yang dapat mempengaruhinya. Keterampilan melakukan gerak jasmani dalam berolahraga, menjaga kesehatan, dan sikap perilaku merupakan suatu kesatuan yang utuh, di dalam membentuk peserta didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga, dan sadar kesehatan. Paturusi (2012:7) menekankan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Uraian tersebut di atas secara substansi mengisyaratkan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan. Sejalan dengan tujuan utama pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yaitu meningkatkan life-long physical activity dan mendorong perkembangan fisik, psikologis dan sosial peserta didik (Nopembri dan

3 Sumaryoto, 2014:9). Karenanya bila tujuan ini lebih jauh ditelaah akan memperlihatkan dorongan motivasi dalam melakukan aktivitas fisik, menguatkan konsep diri, belajar bertanggung jawab dan bekerjasama. Dengan harapan peserta didik akan belajar mandiri, mengambil keputusan dalam pembelajaran, belajar bertangung jawab dengan diri dan orang lain. Hal ini akan berjalan setahap demi setahap beralih dari guru kepada peserta didik. Sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di atas, setiap jenjang pendidikan memiliki berbagai tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang berbeda dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk menyumbangkan kompetensi gerak dan keterampilan berolahraga dengan senang hati serta memberi warna pada pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran merupakan proses interaktif antara guru dengan siswa, melibatkan multi pendekatan dengan menggunakan teknologi yang akan membantu memecahkan permasalahan faktual di dalam kelas. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung makna pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional siswa. Kata aktivitas jasmani mengandung makna bahwa pembelajaran berbasis aktivitas fisik. Kata olahraga mengandung makna aktivitas jasmani yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot tubuh. Kegiatan ini dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan atau juga dilakukan

4 dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Sementara kualitas fisik, mental dan emosional mengandung makna siswa memiliki kesehatan yang baik, kemampuan fisik, memiliki pemahaman yang benar, memiliki sikap yang baik tentang fisik, sehingga sepanjang hidupnya mereka akan memiliki gaya hidup sehat. Karena itu pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, guru harus kreatif dalam menyajikan pembelajaran yang bermakna dan menarik. Menyajikan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional guru. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu mata pelajaran sebenarnya bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu: (1) karakteristik mata pelajaran, dan (2) cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan karakteristik mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memiliki indikator yang jelas sebagai mata pelajaran yang menarik. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan mata pelajaran unik yang mengembangkan potensi lengkap individu melalui medium aktivitas fisik yang sangat menarik. Dengan demikian, jika mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menjadi suatu yang sama sekali tidak menarik, maka dapat dinyatakan bahwa penyebabnya terletak pada persoalan cara mengajar guru. Setelah mengamati masalah yang mendasar dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Gunungsitoli, melalui supervisi akademik maupun hasil diskusi dengan guru-guru dalam wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) kota Gunungsitoli, penulis dalam menjalankan tugas pokok sebagai pengawas sekolah menemukan bahwa para guru pada umumnya memiliki kecenderungan menggunakan cara yang sama dalam mengajar dan terkesan lebih memaksa dan mengarahkan langsung pada tujuan

5 pembelajaran tanpa perancangan yang lebih kreatif. Hal tersebut bukan sekedar menjadikan kesan mengajar pendidikan jasmani sebagai aktivitas rutin yang membosankan, tetapi juga menjauhkan dari praktek pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif. Karena itu pengembangan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap guru pendidikan jasmani. Guru yang kreatif senantiasa melakukan pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain dalam penyampaian materi ajar. Permainan bola basket merupakan salah satu materi permainan bola besar yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas, dan sebagai permainan yang terpopuler di kalangan anak-anak, remaja dan dewasa. Pada prinsipnya permainan bola basket dimainkan oleh dua tim yang saling berlawanan. Tujuan utamanya adalah memasukan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya. Untuk mencapai tujuan tersebut harus menguasai teknik dasar bola basket. Salah satu materi yang diajarkan pada permainan bola basket di Sekolah Menengah Atas adalah menembak (shooting) bola ke keranjang. Teknik shooting bola basket mempunyai karakteristik tersendiri, dan membutuhkan koordinasi gerak yang tinggi juga. Pembelajaran shooting bola basket di Sekolah Menengah Atas dilaksanakan pada kelas XI (sebelas). Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di antaranya SMA Negeri 1 Gunungsitoli, terlihat bahwa hasil belajar permainan bola basket khususnya materi shooting, siswa mengalami kesulitan terlihat dari hasil belajar shooting bola basket yang rendah dan selalu di bawah kriteria

6 ketuntasan minimum. Hal ini dapat terlihat dari nilai formatif mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai berikut pada Tabel 1.1: Tabel 1.1. Hasil Belajar Shooting Bola Basket Kelas XI SMA Negeri 1 Gunungsitoli Tahun Nilai Nilai Rata-rata KKM Pelajaran Terendah Tertinggi 2009-2010 65 80 71,2 72 2010-2011 65 80 70,8 72 2011-2012 62 80 70,2 72 2012-2013 65 82 70,5 72 2013-2014 68 85 71,4 72 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa setiap tahun pelajaran sejak tahun 2010 sampai tahun 2014, tingkat hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Gunungsitoli masih di bawah rata-rata. Menurut guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, nilai prestasi belajar siswa yang belum memuaskan itu, disebabkan nilai praktek atau keterampilan siswa masih relatif rendah. Hasil pengamatan peneliti di SMA Negeri 1 Gunungsitoli, bahwa selama ini guru menyajikan materi dengan gaya mengajar komando dan cenderung tidak variatif. Hal ini membuat siswa tidak termotivasi karena siswa hanya melakukan kegiatan belajar berdasarkan apa yang diperintahkan oleh guru, sehingga siswa sulit mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Kerena itu peneliti tertarik menerapkan gaya mengajar inklusi dan gaya mengajar latihan, supaya pembelajaran lebih variatif dan dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket siswa. Berdasarkan pengamatan di atas perlu diperhatikan bahwa peran guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa sangat strategis. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru harus kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan

7 berbagai cara agar bahan pelajaran yang disajikan diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta dan Saputra (2013:69) membagi tiga aspek keterampilan memvariasikan metode dalam proses belajar mengajar yaitu (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Dalam pelaksanaan pengajaran, guru dihadapkan dengan tugas yang kompleks. Siswa dipacu supaya aktif secara maksimal, dan guru aktif menuntun dan mengarahkan aktivitas siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu guru berupaya memadukan metode dan gaya mengajar untuk mengantarkan materi atau tugas-tugas ajar untuk mencapai tujuan. Guru harus kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada. Gaya mengajar ada yang berpusat pada guru dan ada yang perpusat pada peserta didik. Tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil, sebab tergantung pada situasi. Namun guru harus banyak menguasai gaya mengajar dikarenakan untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang menggerakan siswa dan agar guru dan siswa sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masing-masing. Peran guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di antaranya adalah menentukan dan memilih gaya mengajar yang tepat dan efektif agar siswa dapat mengerti dan melakukan materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kemampuan guru memilih dan menyajikan materi pelajaran ditentukan oleh kemampuan pengalamannya dalam mengajar. Pembelajaran dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, umumnya menggunakan gaya mengajar yang dikembangkan oleh Mosston. Mosston menggunakan STS (spectrum of Teaching Style), dimana spektrum

8 tersebut berada di antara serangkaian gaya, dari gaya mengajar berpusat pada guru hingga gaya mengajar berpusat pada peserta didik. Sehubungan dengan itu, untuk mengajarkan materi permainan bola basket khususnya teknik shooting bola basket dapat dipilih gaya mengajar yang tepat dan mudah diterapkan kepada siswa. Di antara gaya mengajar yang diperkenalkan oleh Mosston di atas, maka gaya mengajar yang ingin dijadikan variabel penelitian pada tesis ini adalah gaya mengajar inklusi (inclusion style) dan gaya mengajar latihan (practice style). Walaupun permainan bola basket merupakan permainan beregu namun shooting merupakan teknik individu yang harus dikuasai dengan benar dalam permainan basket. Karena itu penekanan pembelajaran gerak yang sesuai adalah pembelajaran individual. Hal ini terdapat pada gaya mengajar inklusi (inclusion style) yang bertujuan untuk membelajarkan siswa pada tingkat kemampuan masing-masing. Siswa dapat memilih tingkat kesulitan aktivitas gerak yang akan dilakukannya dari materi yang telah disusun oleh guru. Sedangkan gaya mengajar latihan (practice style) bertujuan menawarkan kepada siswa waktu untuk melakukan latihan secara individu. Materi diajarkan bagian demi bagian dan terlebih dahulu diperagakan oleh guru dalam melakukannya sehingga memudahkan siswa untuk belajar. Keberhasilan belajar shooting bola basket yang maksimal tidak hanya semata-mata dalam penguasaan teknik dasar dan penggunaan gaya mengajar yang tepat, namun diperlukan kemampuan koordinasi gerak tinggi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Koordinasi gerak dalam hal ini koordinasi mata tangan.

9 Koordinasi merupakan kemampuan seluruh tubuh untuk menyesuaikan dan mengatur gerak secara simultan pada saat melakukan suatu gerakan. Melakukan shooting bola basket mencakup rangkaian gerak, yakni mulai dari menangkap dan memegang bola, menempatkan posisi badan yang tepat dan seimbang, fokus pada target (mengkoordinasikan letak ring), pergerakan lengan, melepaskan bola. Kesulitan belajar teknik dasar permainan bola basket berhubungan erat dengan kemampuan koordinasi gerak peserta didik, yaitu kemampuan peserta didik dalam merangkai dan menggabungkan unsur gerak sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam melakukan suatu gerakan, dalam hal ini teknik shooting bola basket. Apabila siswa memiliki koordinasi gerak tinggi, kemungkinan menguasai gerak lebih cepat atau bahkan lebih baik, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian hasil belajar shooting bola basket siswa ditentukan oleh penerapkan gaya mengajar dan juga ditentukan oleh kemampuan koordinasi gerak siswa. Karena itu penelitian ini akan mencari perbedaan pengaruh gaya mengajar dan kemampuan koordinasi terhadap hasil belajar shooting bola basket. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: Apa sajakah faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan? Apakah di dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan memerlukan cara atau metode khusus? Apakah semua metode pembelajaran yang ada dapat diterapkan dalam mengajarkan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan? Apakah gaya mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan

10 kesehatan? Apakah semua materi pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat menggunakan gaya mengajar yang sama? Apakah dengan menggunakan gaya mengajar yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar shooting bola basket siswa? Apakah gaya mengajar inklusi (inclusion style) dapat memberikan hasil yang signifikan terhadap hasil belajar shooting bola basket siswa? Apakah gaya mengajar latihan (practice style) dapat memberikan hasil yang signifikan terhadap hasil belajar shooting bola basket siswa? Apakah ada pengaruh gaya mengajar inklusi (inclusion style) dan gaya mengajar latihan (practice style) terhadap peningkatan prestasi belajar shooting bola basket siswa? Bilamana terdapat pengaruh gaya mengajar, gaya mengajar manakah yang memberikan pengaruh lebih baik? Apakah terdapat perbedaan gaya mengajar inklusi (inclusion style) dan gaya mengajar latihan (practice style)? Apakah ada pengaruh kemampuan koordinasi mata tangan terhadap hasil belajar shooting bola basket? Apakah ada perbedaan hasil belajar shooting bola basket siswa yang memiliki koordinasi mata tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata tangan rendah? Kemampuan koordinasi mata tangan yang bagaimanakah yang berpengaruh terhadap hasil belajar shooting bola basket? Apakah siswa yang memiliki koordinasi mata tangan tinggi akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki koordinasi mata tangan rendah dalam pembelajaran shooting bola basket? Apakah gaya mengajar inklusi (inclusion style) lebih baik dibandingkan dengan gaya mengajar latihan (practice style) pada siswa yang memiliki kemampuan koordinasi mata tangan tinggi? Apakah gaya mengajar inklusi (inclusion style) lebih baik dibandingkan dengan gaya mengajar latihan (practice style) pada siswa yang memiliki kemampuan koordinasi mata

11 tangan rendah? Apakah terdapat interaksi antara gaya mengajar dan koordinasi mata tangan terhadap hasil belajar shooting bola basket siswa? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah gaya mengajar sebagai variabel bebas dan kemampuan koordinasi sebagai variabel moderator serta hasil belajar shooting bola basket sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gunungsitoli. D. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah hasil belajar shooting bola basket siswa yang diajar dengan gaya mengajar inklusi (inclusion style) lebih tinggi dibandingkan dengan gaya mengajar latihan (practice style)? 2. Apakah hasil belajar shooting bola basket siswa yang memiliki kemampuan koordinasi mata tangan tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan koordinasi mata tangan rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara gaya mengajar dengan kemampuan koordinasi mata tangan terhadap hasil belajar shooting bola basket siswa?

12 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hasil belajar shooting bola basket yang diajar dengan gaya mengajar inklusi (inclusion style) lebih tinggi dibandingkan dengan gaya mengajar latihan (practice style). 2. Hasil belajar shooting bola basket siswa yang memiliki kemampuan koordinasi mata tangan tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan koordinasi mata tangan rendah. 3. Interaksi antara gaya mengajar dengan kemampuan koordinasi mata tangan terhadap hasil belajar shooting bola basket. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pendidikan yang berkaitan dengan gaya mengajar dan koordinasi mata tangan pada materi shooting bola basket. Serta sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam menggunakan gaya mengajar pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada materi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan shooting bola basket. Sebagai bahan informasi keefektifan penggunaan gaya mengajar inklusi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

13 Bagi siswa penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan shooting bola basket yang optimal. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan dorongan untuk terus meningkatkan hasil belajar melalui latihan di luar sekolah. Pengetahuan yang optimal diperlukan oleh siswa sebagai bekal untuk dikembangkan di masyarakat. Bagi sekolah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penyusunan kegiatan ekstrakurikuler. Selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha mengoptimalkan kebijakan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar permainan bola basket yang lebih baik di SMA Negeri 1 Gunungsitoli.