JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174 TAHUN 1999 TENTANG REMISI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG REMISI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fockema Andreae, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PK TAHUN 2010 TENTANG REMISI SUSULAN

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A YOGYAKARTA

Naskah Publikasi (Ringkasan Skripsi)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

: : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM

BAB II LANDASAN HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP Dasar Hukum Pemberian Remisi di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB III PROSES PENGAJUAN DAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DAN KENDALANYA

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

Jurnal Skripsi PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA YOGYAKARTA

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PELAKSANAAN PEMBERIAN CUTI BERSYARAT BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KEROBOKAN DENPASAR

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS I SURABAYA DI PORONG

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA Oleh: M. Fahmi Al Amruzi

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB III PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan setiap tanggal 17 Agustus. 1 Pada hakekatnya semua narapidana

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sanksi atau nestapa sebagaimana diatur dalam hukum pidana (Strafrecht) dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Salah satu ciri negara hukum Indonesia yaitu adanya. yang bertugas mengawal jalannya pemeriksaan sidang pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB III PENUTUP. kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. lingkungan sosial yang lama. LAPAS, misalnya mencuri. c. Sikap senioritas yang kerap terjadi. d. Sifat emosional yang berlebihan.

Dirinci per Jenis Perkara Tahun Lawsuits which Came in Prosecutor by Its Kind,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

Institute for Criminal Justice Reform

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan hukum yang berlaku, dalam hal ini hukum tidak lagi semata-mata

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalani masa pidana, hal ini sudah diatur dalam Undang undang tentang

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI III DPR RI KE LAPAS KEROBOKAN, DENPASAR BALI NOVEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Law adalah Equality before the Law. Asas ini dituangkan dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

Transkripsi:

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) Diajukan Oleh : Reymon Axel Amalo NPM : 100510399 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan Pidana FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2016

1 PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) Reymon Axel Amalo, Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta Email: reymon.amalo@yahoo.co.id ABSTRACT This research aims to find out about the implementation of remission to corruption convicts in prisons Wirogunan, Remission is a reduction in criminal past for convicts. corruption convicts have the rights to be given remission. Based on research in prison wirogunan implementation of remission to corruption convicts in prison Wirogunan has been running effectively in accordance with the law. This research uses normative research methods, normative research methods is research that focuses on the norms of positive law in the form of legislation. Data collections by interviews and legal facts. (Keywords: remission, corruption convicts, rights, prison.) terkandung dalam Pancasila. Sistem 1. PENDAHULUAN Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menegaskan bahwa Sistem Pemasyarakatan bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan serta merupakan penerapan dan bagian yang Pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan, dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dan masyarakat. Pelaksanaan pembinaan pemasyarakatan didasarkan atas prinsipprinsip sistem pemasyarakatan untuk merawat, membina, mendidik dan membimbing warga binaan dengan tak terpisahkan dari nilai-nilai yang

2 tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna. 1 Narapidana memiliki hakhaknya sesuai dengan yang tertulis dalam pasal 14 ayat (1) undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan yang salah satunya yaitu pada huruf I yaitu hak untuk mendapatkan remisi. remisi merupakan hak yang diberikan terhadap narapidana dan anak pidana yang telah berkelakuan baik selama menjalani pidana. Dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana yang memenuhi syaratsyarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Bahkan, dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 disebutkan secara Anak Pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sejahat apapun perbuatan yang telah dilakukan oleh terpidana, terpidana tersebut tetap dilekati dengan hak untuk mendapatkan remisi. Kita mengetahui bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan hukum yang sama atau lazimnya disebut Equality before the Law yang berarti bahwa terdapat persamaan kedudukan di hadapan hukum dimana setiap orang tidak boleh dikesampingkan hak dan kewajiban, walaupun dia telah melakukan kejahatan. Dalam konteks ini, terpidana korupsi pun memiliki hak untuk mendapatkan remisi. Dalam sistem pemasyarakatan yang dianut oleh Indonesia, tidak ada pembedaan nomenklatur antara terpidana korupsi dengan terpidana tindak pidana lain. 2 eksplisit bahwa setiap Narapidana dan 1 http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/ fl9389/node/13297 2 https://constituendum.wordpress.com/2016/01/21/ pemberian-remisi-bagi-terpidana-korupsi/

3 Berdasarkan ketentuan Pasal 2 dan 3 Keputusan Presiden Republik apabila narapidana atau Anak Pidana yang Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 bersangkutan menjalani pidana: selama tentang Remisi, dikenal jenisjenis/bentuk Remisi yaitu: a. Remisi Umum adalah remisi yang diberikan pada Hari Peringatan Proklamasi 1) Berbuat jasa kepada negara; 2) Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Kemerdekaan Republik Negara atau Indonesia tanggal 17 Agustus; kemanusiaan; 3) Melakukan perbuatan b. Remisi Khusus adalah yang membantu remisi yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. d. Remisi dasawarsa adalah bersangkutan, dengan remisi yang diberikan ketentuan jika suatu agama mempunyai satu hari besar keagamaan dalam setahun, kepada narapidana dan anak pidana setiap 10 (sepuluh) Tahun sekali pada hari maka yang dipilih adalah kemerdekaan Indonesia hari besar yang paling pada tanggal 17 Agustus. 3 dimuliakan oleh penganut agama yang bersangkutan; c. Remisi tambahan adalah remisi yang diberikan 3 Dwijda Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 97.

4 2. METODE Jenis penelitian yang digunakan yaitu, penelitian hukum normatif yang merupakan penelitian yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. Data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer. Metode pengumpulan data sekunder dalam penulisana ini, penulis menggunakan cara studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan bisa juga yang statusnya masih tahanan, artinya orang yang masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim atau belum memperoleh putusan pengadilan. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan bisa juga yang statusnya masih bahan hukum sekunder dan bahan tahanan, artinya orang yang masih hukum tersier. Metode pengumpulan analisis data dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, setelah itu diseleksi berdasarkan permasalahan yang dilihat dengan ketentuan peraturan yang berlaku, kemudian disimpulkan sehingga diperoleh jawaban permasalahan. berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim atau belum memperoleh putusan pengadilan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Desi Afneliza, A.Md. IP, sebagai kepala bagian registrasi di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta, jumlah penghuni lapas menurut perkara pidana, dilakukan penghitungan setiap

5 bulannya, tepatnya pada akhir bulan. Berikut ini adalah data penghitungan terakhir pada 31 Agustus 2016 di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan: Jenis perkara Jumlah penghuni korupsi 41 Perampokan 44 Penipuan 54 Pembunuhan 35 Perlindungan anak 78 Narkoba 21 Pencucian uang 8 Penggelapan 12 Perjudian 12 Penganiyayaan 13 Ketertiban 11 Materai 3 Mata uang 2 Penadahan 3 Penculikan 6 Pencurian 44 Lain-lain 9 TOTAL 396 Jumlah penghuni lapas di lembaga pemasyarakatan wirogunan tiap harinya berbeda di karenakan masuk keluarnya penghuni lapas, sebagai contoh penghitungan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan pada tanggal 20 September 2016 berjumlah 452 (empat ratus lima puluh dua) narapidana, yaitu 397 (tiga ratus Sembilan puluh tujuh) terdiri dari 322 (tiga ratus dua puluh dua) laki-laki dan 75 (tujuh puluh lima) perempuan juga tahanan yang berjumlah 55 (lima puluh lima) tahanan terdiri dari 7 (tujuh) lakilaki dan 48 (empat puluh delapan) perempuan. Adapun alur pemberian remisi kepada narapidana dan anak pidana yaitu, warga binaan pemasyarakatan harus terlebih dahulu telah menjalani pidana penjara minimal 6 (enam) bulan dari masa pidana yang dijatuhkankan padanya, Selain daripada itu warga binaan pemasyarakatan yang bersangkutan harus berkelakuan baik selama menjalani pidana. Setelah itu barulah warga binaan pemasyarakatan tersebut diusulkan remisi oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan yang ditujukan pada kantor wilayah kementrian hukum dan ham. Kemudian

6 Kementerian Hukum dan Ham akan memberikan remisi setelah mendapat pertimbangan dari Direktur Jendral Pemasyarakatan setelah itu Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang remisi diberitahukan kepada warga binaan pemasyarakatan. Adapun alur pemberian remisi bagi narapidana tindak pidana korupsi juga sama, yaitu telah menjalani pidana penjara yang dijatuhkan padanya minimal 6 (enam) bulan dan berkelakuan baik, akan tetapi ada tambahan syarat yaitu, narapidana tindak pidana korupsi bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya dan telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 34 dan Pasal 34A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Pasal 1 Keputusan Presiden No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Desi Afneliza, A.Md. IP, sebagai kepala bagian registrasi, dapat diketahui bahwa dari awal tahun 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 20 September 2016, jumlah narapidana tindak pidana korupsi sebanyak 41 (empat puluh satu) orang, yang sudah diberikan remisi sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang, yang terdiri dari 30 (tiga puluh) laki-laki dan 2 (dua) perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. Dengan demikian terlihat bahwa dari narapidana tindak pidana korupsi yang berjumlah 41 (empat puluh satu) orang, pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 20 September 2016, terdapat 32 (tiga puluh dua) narapidana tindak pidana korupsi yang terdiri dari 30 (tiga puluh) orang laki-laki dan 2

7 (dua) orang perempuan yang diberikan remisi, sesuai dengan alur pemberian remisi bagi narapidana tindak pidana korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, yaitu: telah menjalani pidana penjara selama 6 (enam) bulan dari keseluruhan masa pidana yang dijatuhkan padanya, berkelakuan baik, bersedia bekerja sama dengan pemerintah untuk membongkar kasus tindak pidana yang dilakukannya dan juga membayar ganti kerugian sesuai dengan jumlah yang dijatuhkan pada sesuai dengan keputusan pengadilan. penjara selama 6 (enam) bulan dari keseluruhan masa pidana yang dijatuhkan padanya, berkelakuan baik, bersedia bekerja sama dengan pemerintah untuk membongkar kasus tindak pidana yang dilakukannya dan juga membayar ganti kerugian sesuai dengan jumlah yang ditentukan sesuai dengan keputusan pengadilan. Setelah itu Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan mengusulkan pemberian remisi bagi narapidana ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Yogyakarta. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham akan 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh penulis di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, maka penulis menyimpulkan bahwa pemenuhan hak narapidana tindak pidana korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan untuk mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) yaitu pertama-tama narapidana harus menjalani pidana memberikan remisi setelah memperoleh pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari awal tahun 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 20 September 2016, jumlah narapidana tindak pidana korupsi sebanyak 41 orang, yang sudah diberikan remisi sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang, yang terdiri dari 30 (tiga puluh) laki-laki

8 dan 2 (dua) perempuan. Dengan demikian, menurut penulis pemberian remisi sebagaimana yang telah dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan sudah terlaksana sesuai dengan perturan yang berlaku dan hak-hak narapidana khususnya narapidana korupsi sudah terpenuhi. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi. Website http://www.hukumonline.com/pusatdata /download/fl9389/node/13297 https://constituendum.wordpress.com/20 16/01/21/pemberian-remisibagi-terpidana-korupsi/ 5. REFRENSI Buku Dwijda Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.