BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang dipelajari sejak dini. Matematika bisa menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung teknologi, matematika juga sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu matematika satu dengan lainnya saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Dengan sengaja atau tidak, seseorang dari sekolah dasar sampai tingkat tinggi telah dipetakan untuk berpikir secara matematis. Berpikir matematis mengharuskan seseorang menjadi pemikir yang logis serta kritis. Sikap dan cara berpikir yang seperti ini dapat dikembangan melalui pembelajaran matematik, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara rasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa sesuatu aktivitas, jika proses yang dijalankan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan, maka akan diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (In am Akhsanul, 2012). Oleh karena itu pada pembelajaran matematika siswa dituntut memiliki keterampilan dasar yang bermakna. Keterampilan dasar matematik siswa mengacu pada kemampuan dasar dalam memahami permasalahan matematika dalam disiplin ilmu maupun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ilmu matematika yang dipelajari pada jenjang dasar, menengah hingga atas memiliki pemahaman yang berbeda setiap tingkatannya. Saat siswa berada pada kelas 3 sampai kelas 5 siswa mulai melihat hubungan-hubungan aritmatik seperti pada hitungan perkalian yang ternyata merupakan perulangan bilangan yang dijumlahkan, sedangkan siswa yang berada di kelas 6 sampai 1
kelas 8 siswa mulai mengerti akan adanya hubungan matematik dengan kehidupan sehari-harinya dan saat kelas 9 sampai kelas 12 siswa mulai dapat menghubungkan banyak topik ke topik lainnya (Wahyudin,2008). Perubahan inilah yang menjadi proses perubahan pola pikir siswa dalam belajar matematik. Pada siswa sekolah menengah pertama, siswa mulai belajar materi-materi abstrak yang mengharuskan mereka berpikir dalam menyelesaikan persoalan matematika maupun dalam konteks luar matematika. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, ada beberapa hal mengenai standar proses yang perlu dipahami oleh siswa maupun pengajar. Ada lima standar proses dalam pembelajaran matematika, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving); kemampuan penalaran (reasoning); kemampuan komunikasi (communication); kemampuan representasi (representation) dan kemampuan membuat koneksi (connection) (NCTM,2000). Kemampuan membuat koneksi (connection) adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa dalam belajar mengaitkan ide-idenya (mathematical connections). Jadi, bisa dikatakan bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sehingga melalui koneksi matematika, konsep pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika akan semakin luas, tidak hanya terfokus pada satu topik tertentu yang sedang dipelajari. Koneksi matematika menjadi sangat penting karena merupakan kemampuan dasar utama yang tidak bisa terpisahkan dengan kemampuan dasar lainnya. Disamping itu, memahami adanya koneksi membuat siswa tidak hanya belajar tentang matematika, namun juga belajar tentang kegunaan matematika. Hal ini selaras dengan pertanyaanpertanyaan terdahulu yang sering dipikirkan oleh seseorang ketika belajar ilmu matematik, yakni tentang apa pentingnya belajar matematika untuk kehidupan sehari- 2
hari. Dijelaskan When student can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more lasting (NCTM,2000). Apabila siswa dapat menghubungkan konsep-konsep matematika secara matematis, maka siswa akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan dapat bertahan lebih lama. Pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika dapat lebih baik, jika siswa dapat mengaitkan ide, gagasan, prosedur dan konsep dari pelajaran yang sudah diketahui dengan pelajaran yang baru didapatkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan koneksi matematika di sekolah, yaitu : (1) memperluas wawasan pengetahuan siswa; (2) memandang matematika sebagai suatu kesatuan, bukan sebagai materi yang berdiri sendiri; dan (3) mengenali relevansi dan manfaat matematika, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Wahyudin, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran matematika kedepannya siswa diharapkan menjadi pemecah masalah bukan lagi sekedar menjadi penemu jawaban. Berdasarkan dari analisis peneliti dalam soal Ujian Nasional (UN) tahun 2015 terdapat beberapa soal yang memuat ketiga koneksi yang sudah dijelaskan di atas. Misalnya pada Ujian Nasional tahun 2015 pada soal nomor 3, diketahui ada sebuah drum berbentuk tabung dan diketahui diameternya. Dalam drum tersebut berisi air dengan tinggi yang di tentukan. Jika dalam drum dimasukkan dua bola padat dengan jari jari 12 cm maka berapa besar kenaikan airnya. Dapat kita analisis dari soal tersebut bahwa terlihat ada hubungan antara matematika dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat membayangkan bentuk dari drum yang berisi air dan diberikan dua buah bola padat. Tinggi rendahnya kemampuan siswa mengkoneksikan masalah-masalah matematika menjadi salah satu indikator penting pada pengajaran matematika disekolah, khususnya tingkat pertama. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara 3
antara peneliti dan guru matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu, di sekolah tersebut pembelajaran matematika dilakukan di kelas secara kontekstual namun ada beberapa guru yang telah menggunakan bahan ajar berbasis IT seperti penggunaan Power Point Text (PPT), tugas berbasis internet, dan lain sebagainya yang akan membantu siswa lebih paham akan hubungan ilmu matematika dengan bidang lainnya. Lemahnya kemampuan koneksi matematika pada siswa dengan hasil wawancara dengan guru di SMP Muhammadiyah 8 Batu salah satunya karena keterbatasan waktu guru dalam menyampaikan materi. Dengan banyaknya tuntutan bab-bab yang harus diberikan kepada siswa, hal ini menyebabkan kurangnya pengeksploran koneksi matematika yang diberikan kepada siswa dan mengakibatkan kemampuan koneksi untuk beberapa siswa menjadi kurang. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis lebih lanjut bagaimana tingkat kemampuan koneksi matematika siswa di SMP Muhammadiyah 8 Batu dengan mengambil sampel salah satu kelas pada kelas VIII. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, koneksi matematik merupakan tombak utama dalam lima standar proses matematika. Oleh karena itu penulis merumuskan beberapa masalah yang terkait dengan hal tersebut, yaitu: 1. Bagaimanakah tingkat kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Batu? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa SMP Muhammadiyah 8 Batu? 4
C. Pembatasan Masalah Pembahasan masalah dalam pembelajaran matematika sangatlah luas. Agar penelitian ini terbatas pada fokus penelitian, maka peneliti memberikan batasan masalah pada : 1. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Batu dan dipilih secara acak siswa yang berkemampuan tinggi sedang dan rendah berdasarkan tes kemampuan koneksi matematis. 2. Materi yang digunakan adalah bangun datar segi empat. 3. Koneksi matematika merupakan keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya atau pengetahuan baru digunakan untuk membangun atau memperkuat pemahaman tentang hubungan antara ide-ide matematika, konsep, atau representasi. 4. Koneksi matematika dibagi menjadi tiga yaitu, koneksi antar topik matematika, koneksi matematika dengan disiplin ilmu di luar matematika, dan koneksi matematika dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. 5. Kemampuan koneksi matematik siswa ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa di SMP Muhammadiyah 8 Batu. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan apakah siswa sekolah tingkat pertama mampu untuk mengkoneksikan matematika dengan hal lain. 2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa. 5
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk semua pihak. Adapun manfaat yang dapat diuraikan secara teoritis dan praktis, yang pertama adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara umum, manfaat teoritis dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kemampuan untuk mengkoneksikan matematika ke berbagai arah. Pelitian ini juga ditujukan untuk siswa yang mendapat berbagai kesulitan dalam belajar yang dihubungkan dengan kemampuan koneksi matematika siswa tersebut. Walaupun penelitian ini hanya diwakili beberapa siswa saja namun diharapkan dapat menjadi cerminan pembelajaran yang diperoleh siswa selama ini, sehingga pengajarpun dapat mengetahui bagaimana kondisi kemampuan siswanya. Dan manfaat praktisnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengajar atau guru tentang koneksi matematika dalam menyelesaikan soal pada materi bangun datar segi empat. Dengan mengetahui informasi tersebut, diharapkan guru dapat menyempurnakan kualitas pembelajaran yang diberikan di dalam kelas. 6