SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM 1. Al Quran Al quran menurut bahasa (Etimologi), al Quran berarti bacaan, adapun menurut Istilah (Termonologis), yaitu Firman Allah SWT. Yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah Ibadah. Sebagai wahyu terakhir, al Quran berisi hal hal yang berkaitan dengan hukum hukum agama dan sosial yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Karena al Quran merupakan sumber hukum Islam yang tertinggi, maka setiap muslim wajib menyadarkan seluruh kegiatannya kepada al Quran. apabila kita berpegang teguh kepadanya dijamin akan hidup selamat di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT dalam surat An Nisa: 105, sebagai berikut: Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. Selain itu dalam surat al Isra ayat: 9 juga dijelaskan: Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Al Quran sebagai petunjuk dan pedoaman bagi manusia, al quran memberikan petunjuk bagi manusia agar tidak tersesat, memberikan kabar gembira bagi mereka yang beriman karena surga balasannya.
Menurut penyelidikan para ahli, secara garis besar al Quran mengandung tiga pokok pengetahuan hukum yang mengatur kehidupan manusia. Ketiga dasar pokok al Quran itu antara lain: a. Al i tiqadiyah, yaitu dasar dasar keyakinan (aqidah) terhadap Allah dan kepercayaan lainnya. b. Al Khuluqiyyah, yaitu mengatur sikap dan tata krama perilaku manusia. c. Al Akhkamul amaliyyah, yaitu yang mengatur segala tindakan manusia, termasuk perkataan dan perbuatannya. Sedangkan Al Akhkamul amaliyyah, terdiri dari dua bagian, yaitu a. Yang mengatur tindakan manusia dalam berhubungan dengan ALLah, yang dikenal dengan Ibadah. b. Yang mengatur tindakan manusia, baik secara individu maupun kelompok, dinamakan muamalah. Pada zaman sekarang, hukum hukum manusia muamalah dirinci lagi menjadibeberapa macam antara lain: a. Hukum keluarga, termasuk didalamnya natara lain: munakahat, mawaris, dan lain lain. b. Hukum pidana, termasuk didalamnya menyangkut masalah antara lain: Qisas, denda, dan kifarat membunuh orang. c. Hukum perdata, termasuk diantaranya: jual beli, utang piutang, gadai, syirkah dan lain lain. d. Hukum tata negara, termasuk antara lain: tata cara pemerintahan, falsafah negara, perundang undangan serta hak hak dan kewajiban warga negara. e. Hukum Internasional, termasuk antara lain: cara pperhubungan antar negara, hubungan antar non muslim denag muslim, masalah peperangan dan perdamaian. f. Hukum pengadilan, termasuk antara lain: masalah gugatan, pembuktian, saksi, sumpah saksi, dan lainnya. g. Hukum ekonomi, yaitu meliputi antara lain: menyangkut harta kekayaan negara, haka hak orang miskin, pemeliharaan anak yatim dan lainnya. Adapun kedudukan al Quran berfungsi, antara lain: a. Sebagai dasar dan hukum Islam.
b. Sebagai pedoman dan petunjuk kepada manusia. c. Sebagai pembawa kabar gembira dan kebenaran yang mutlak. d. Membenarkan dan menyempurnakan kitab kitab terdahulu. e. Sebagai obat penawar hati dan penyakit jiwa. 2. Al hadits Hadits menurut bahasa, hadits artinya yang baru, atau sepadan dengan as sunnah yang berarti perilaku, adat istiadat, dan linya. Adapun menurut Istilah hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi Mohammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan nabi. Ketetapan atau taqrir nabi yaitu perkataan atau perbuatan yang disaksikan oleh nabi, apabila nabi membiarkan berarti nabi menyetujuinaya. namun dalam kalangan ulama ada yang membedakan sunnah dengan Hadits. Sunnah diartikan sebagai kenyataan yang berlaku pada masa Rasulluoh, atau yang menjadi tradisi dalam masyarakat Islam pada masa itu, menjadi pedoman untuk melakukan ibadah dan muamalah, sedangkan Hadits adalah keterangan keterangan dari rasul yang sampai pada kita. Hadits adalah sumber hukum asasi yang kedua setelah al Quran. kedudukan hadits sebagai juru tafsir dan pedoman pelaksananan yang oteintik terhadap al Quran. jadi pada hakikatnya sumber hadits itu sendiri adalah Al Quran dan dan aturan aturan dasarnya yang umum. sesuai firman allah dalam surat al Hasyr ayat 7 yaitu: Artinya: apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. Jadi apabila ada suatu masalah dan tidak ada dalam al Quran, maka harus dicari dalam kitab kitab hadits. Sebagai sumber hukum, hadits mempunyai fungsi antara lain: 1. Sebagai penjelas ayat ayat al Quran yang bersifat global agar bisa dipahami oleh manusia dengan mudah. 2. Sebagai pendukung dan penetap hukum yang telah ada dalam al Quran. 3. Sebagai pencipta hukum yang belum ada dalam al Quran. 3. Ijtihad Menurut harfiah, ijtihat berasal dari ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga, memeras pikiran berusaha sungguh sungguh dan bekerja semaksimal mungkin.
Ijtihad meeupakan salah satu dasar hukum Islam setelah Al Quran dan Hadits. Hasil ijtihad adalah menopang risalah Islam abadi. Ia menjadi saksi bahwa Islam selalu memberikan pintu terbuka buat intelek manusia yang selalu mencari cari. Bukan saja diperkenalkan tetapi bahkan ijtihad itu diperintahkan. Ijtihad sangat luas sekali, yakni selain dalam bidang hukumijtihad juga berarti segala usaha untuk merealisasikan ajaran ajaran al Quran dan hadits. Serta membudidayakan alam dalam rangka pengamalan fungsi manusia sebagai kholifah. Adapun syarat syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan ijtihad, antara lain: 1. Memahami ayat yat al Quran dan segala ilmu yang berhubungan dengannya. 2. Mengetahui ilmu riwayat. Mengetahui sebab sebab turunnya ayat (asbabaul Nuzul) al Quran dan hadits serta riwayat yang benar atau salah dan lainnya. 3. Mengetahui nasikh mansukh dari ayat al Quran dan Hadits. Nasikh mansukh artinya penghapusan atau penggantian suatu hukum. 4. Menguasai bahasa arab dengan segala seluk beluknya (nahwu, saraf, dan balagah) sebab al Quran dengan bahasa arab. 5. Memahami pendapat para ulama terdahulu, misalnya mazhab yang pernah ada dan lainnya. 6. Menguasi ilmu pengetahuan yang cukup tentang dalil naqli dan aqli. Misalnya: ilmu fiqh, ushul fiqh dan ilmu ilmu lainnya. Kedudukan ijtihat adalah sebagai sumber hukum ketiga, sesudah al Quran da hadits. Jadi dalam mencari sumber hukum tentang sesuatu masalah atau peristiwa yang terjadi maka harus dicari dalam al quran atau hadits. Apabila pada kedua sumber tersebut tidak dijumpai, maka baru diusahakan dengan cara berijtihat. Adapun cara berijtihad pada masa sekarang dengan cara berkelompok dan berbagai ahli ilmu yang diperlukan dalam masalah tersebut. misalnya ijtihat dalam masalah kesehatan maka wajib melibatkan ahli kedokteran, ahli medis, dan lain nya yang ada kaitanya. Dengan demikian hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, karena para ahli dalam bidangnaya masing masing mengadakan permasalahn sebenarnya. Ijtihat secara berkelompok tersebut seperti yang dilakukan MUI, Muhamadiyah, NU dan lain lain. Dalam melakukan ijtihat diperlukan metode metode antara lain: a. Ijma yaitu pemufakatan atau kesatuan pendapat para ahli mujtahid dalam segala zaman mengenai sesuatu ketentuan hukum syariah. Misalnya: kesepakatan dalam
membukukan al quran pada masa kekolifahan Abu Bakar, rasulluloh tidak menyuruh membukukan al Quran tetapi karena khawatir al Quran hilang dari hafalan sahabt maka para ulama saat itu sepakat dan mengijinkajn al Quran dibukukan. b. Qiyas yaitu menetapkan suatu hukukm terhadap suatu masalah berdasarkan analogi dengan al Quran atau hadits. Dengan demikian disamakan kepada hukum sesuatu, pembandingan, pengambilan kesimpulan hukum yang telah ada, karena ada sebab sebab yang sama berdasarkan al Quran dan hadits. Misalnya menyamakan hukum minum bir dan Wiksy adalah haram. Hal ini di qiyaskan terhadap larangan minum khamer, karena sama sama memabukan dan merusak akal. c. Istihsan yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu maslah ijtihadah atas dasar prinsip prinsip ajaran Islam. Misalnya: pendapat yang berpegang pada kebaikan sesuatu bagi manusia sepeerti keadilan, perlindungan dan lain lain. d. Masalihul mursalah yaitu menetapkan hukum terhadap suatu masalah ijtihadiyah atau pertimbangan manfaat yang sesuai dengan tujuan syariah. Misalnya: pengenaan pajak terhadap orang orang kaya untuk keperluan angkatan perang dan menjaga kemananan negara, atau menghukum penjahat dengan merampas kekayaan yang berasal dari kejahatannya atau untuk mengganti orang yang dirugikan atas kejahatan tersebut. (ditulis Mohamad Feri Fadli, mahasiswa pascasarjana jurusan PAI)