BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau aset yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN MENGGUNAKAN MODEL EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) (Studi Kasus: PT. Electronic City Medan Carrefour)

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

Anggaran Bahan Baku. Deskripsi Materi :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

Manajemen Persediaan

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

BAB II TINJAUAN TEORETIS

Pengelolaan Persediaan

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persediaan. by R.A.H

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Bab 1. Pendahuluan. Persediaan bahan baku dalam perusahaan industri memegang peranan yang

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Operasional. Metode EOQ

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas asia atau yang disebut dengan masyarakat ekonomi asia

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

ANALISIS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. GALIC BINA MADA. Rizki Ramadhoni

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PENGELOLAAN INFORMASI PERGUDANGAN (STUDI KASUS : PT. SURYA INTI ALAM) ODE S.L.I. LADAMAY

ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA

menghitung EOQ Menghitung EOQ

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh untung (profit) yang besar dengan biaya yang sedikit, perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau aset yang dimiliki sebaik mungkin. Salah satu aset perusahaan dan berhubungan langsung untuk memperoleh pendapatan adalah persediaan yang juga merupakan aktiva lancar di mana informasinya sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Pengambilan keputusan yang baik tentang persediaan akan mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan dan mendorong masyarakat sebagai pelanggan agar tidak meninggalkan produk yang dipasarkan perusahaan. Persediaan adalah barang yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan atau barang yang digunakan maupun dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. Persediaan perusahaan dagang berbeda dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri satu jenis persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Pengertian persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi. Dengan pengendalian persediaan barang yang baik, penilaian terhadap persediaan akan menjadi suatu sarana untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam evaluasi perusahaan serta sebagai alat untuk pengendalian intern

2 yang baik. Perusahaan dituntut untuk mampu menerapkan kebijakan persediaan barang dengan baik agar dapat memberikan informasi yang akurat guna kelancaran aktifitas perusahaan. Setiap perusahaan sangat perlu menggunakan suatu model tersendiri untuk mengendalikan persediaan barang dagangan. Model-model yang dapat digunakan adalah dengan model EOQ (Economic Order Quantity), model LIFO (Last-In First-Out), model FIFO (First-In First-Out) dan berbagai model lainnya. Model EOQ merupakan suatu model yang dapat mengoptimalkan persediaan barang dagangan sehingga biaya-biaya persediaan dapat menjadi minimum. Selain dapat mengoptimalkan biaya dalam pengendalian persediaan, model EOQ juga dapat menentukan jumlah barang yang seharusnya akan dipesan serta kapan pemesanan barang akan dilakukan kembali. Dalam model LIFO, barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Sementara pada model FIFO, pemesanan pertama akan dibebankan pada barang-barang yang dikeluarkan dari gudang disusul dengan pembelian terakhir. PT. Electronic City Medan Carrefour adalah sebuah perusahaan dagang yang mempunyai aktifitas utama menjual produk-produk elektronik seperti television, DVD player, AC (Air Conditioner), handphone, mesin cuci, dan sebagainya. PT. Electronic City Medan Carrefour menjual produk tanpa melakukan perubahan pada produk dagangan dan memesan produk dari distributor produk barang dagangan. Dalam aktifitasnya, PT. Electronic City Medan Carrefour melakukan penjualan tunai dan kredit sebagai usaha menarik pelanggan sebanyak mungkin. Selama ini PT. Electronic City Indonesia cabang Medan Carrefour adalah perusahaan dagang yang menjual barang-barang elektronik telah menerapkan PSAK No.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian persediaan menggunakan model pencatatan sistem perpectual dan penilaian persediaan dengan model LIFO (Last-In First-Out).

3 Perusahaan hanya menjual barang dagangan yang dipesan dari distributor. Jumlah barang yang akan dijual dan jumlah barang yang disimpan di gudang tergantung dari permintaan konsumen. Artinya pengendalian persediaan barang dagangan yang akan dijual berdasarkan dari banyaknya permintaan dari konsumen akan barang dagangan. Namun, jika permintaan konsumen akan barang dagangan meningkat (fluktuasi), maka perusahaan sering mengalami masalah yakni permintaan konsumen tidak terpenuhi akibat barang yang disimpan di gudang tidak tersedia. Karena perusahaan tidak dapat langsung memenuhi permintaan barang yang diinginkan konsumen sehingga konsumen harus menunggu perusahaan memesan barang dagangan dari pihak distributor, perusahaan akan mengadakan biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya kehabisan atau kekurangan barang (shortage cost), yang menyebabkan biaya pengadaan persediaan barang dagangan menjadi lebih besar. Selain menimbulkan biaya pengadaan persediaan dagangan yang besar, perusahaan juga akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan akibat konsumen yang beralih ke perusahaan lain yang lebih memadai akan barang dagangan perusahaan. Dengan adanya masalah yang dihadapi PT. Electronic City Medan Carrefour, yakni tidak optimalnya persediaan barang dagangan yang akan dijual yang mengakibatkan permintaan pelanggan tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan keuntungan dan menimbulkan biaya pengadaan persediaan barang dagangan menjadi lebih besar, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN MENGGUNAKAN MODEL EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) (Studi Kasus: PT. Electronic City Medan Carrefour) 1.2 Perumusan Masalah Menganalisis frekuensi setiap periode pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk, dan menghitung jumlah barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk yang akan dipesan setiap kali melakukan pemesanan berdasarkan perhitungan model EOQ.

4 1.3 Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu: 1. Permintaan untuk persediaan diketahui dengan pasti dan konstan sepanjang waktu, yaitu mulai tahun 2011 sampai tahun 2015. 2. Ketika tingkat persediaan mencapai titik nol atau dengan kata lain persediaannya tinggal sedikit, pemesanan baru seketika dilakukan dan langsung diterima (tidak diperkenankan terjadi kekurangan). 3. Barang dagangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis televisi 32 inchi dan AC 2pk. 4. Data yang akan digunakan adalah data jumlah penjualan barang dagangan per tahun, data rata-rata biaya setiap kali pemesanan dan data rata-rata biaya setiap kali penyimpanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk. 1.4 Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penelitian yakni untuk mengetahui jumlah pemesanan optimal dan frekuensi pemesanan optimum barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk, mengetahui efisiensi penghematan biaya pengadaan persediaan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk, dan mengetahui titik pemesanan kembali serta waktu antar pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk, serta mengetahui perbandingan jumlah biaya persediaan antara yang dikeluarkan PT. Electronic City Medan Carrefour dengan biaya pengadaan persediaan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk berdasarkan perhitungan model EOQ. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mempermudah dalam melakukan pengoptimalan persediaan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC secara efisien dan efektif pada PT. Electronic Medan Carrefour dalam rangka mempertahankan pasar penjualan di tengah banyaknya persaingan yang semakin pesat dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa dan perpustakaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca serta membantu penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan.

5 1.6 Tinjauan Pustaka 1.6.1 Pengertian Persediaan Menurut Aminudin, S.Si (2005) bahwa pengendalian persediaan merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Menurut Pangestu Subagyo, SE., MBA, Marwan Asri, SE., MBA dan T. Hani Handoko, SE (1990) bahwa masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Pengertian manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan kunci keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Analisis persediaan adalah salah satu topik paling populer dalam ilmu manajemen. Salah satu alasannya adalah bahwa hampir semua jenis organisasi bisnis memiliki persediaan. Walaupun pelaku bisnis cenderung untuk berpikir mengenai persediaan hanya dalam hal jumlah persediaan yang terdapat dalam rak toko, bentuk persediaan dapat bermacammacam, seperti produk setengah jadi pada tingkat proses manufaktur yang berbeda-beda, bahan baku, tenaga kerja, atau kas. Sebagai tambahan, tujuan dari persediaan tidaklah selalu untuk memenuhi permintaan pelanggan. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan sering menyimpan persediaan bahan baku dalam jumlah besar sebagai cadangan terhadap pemogokan (Bernard W. Taylor III, 2001). 1.6.2 Economical Order Quantity (EOQ) Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat digunakan analisis kuantitas pesanan yang ekonomis. EOQ adalah jumlah bahan yang dapat dibeli dengan biaya persediaan yang minimal atau sering disebut jumlah pesanan bahan yang optimal. Dalam pengendalian persediaan bahan atau barang ada dua jenis biaya yang dipertimbangkan, yaitu: 1. Biaya pesan (ordering cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan suatu barang. Apabila dalam satu tahun suatu perusahaan membutuhkan bahan untuk dibeli sebanyak R unit, dan setiap kali pembelian bahan sebanyak Q unit, serta biaya pesanan setiap kali pesan sebesar O (ordering cost) rupiah, maka biaya pesan dapat dihitung dengan rumus:

6 T = O. (1.1) T = total biaya pesan R = jumlah barang yang dipesan selama setahun Q = jumlah yang dipesan dalam satu periode O = biaya pesan setiap kali pesan. 2. Biaya simpan (carrying cost) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk proses penyimpanan suatu barang yang dibeli. Apabila barang yang dipesan setiap kali Q unit, maka rata-rata persediaan adalah. Apabila biaya simpan sebesar C rupiah dari rata-rata barang yang disimpan, maka biaya simpan dapat dihitung dengan rumus: T = C. (1.2) T = total biaya penyimpanan C = biaya simpan setiap kali penyimpanan = rata-rata persediaan. 3. Total biaya persediaan tahunan dihitung dengan menjumlahkan total biaya pesan dan total biaya simpan. = T + T = O. + C. (1.3) = total biaya persediaan tahunan. 1.6.3 Menghitung Q Optimal Nilai Q yang optimal tidak hanya terjadi saat total biaya persediaan minimum, tetapi juga ketika total biaya pemesanan sama dengan total biaya penyimpanan. Hubungan ini dinyatakan secara matematis sebagai berikut: O. = C. (1.4) Karena akan diketahui nilai Q yang menjadi variabel keputusan yang akan dicari, pertama harus dikalikan kedua sisi persamaan dengan Q, yang menghasilkan:

7 R.O =.C Kemudian, kalikan kedua sisi dengan 2, dan bagi kedua sisi dengan C sehingga diperoleh: =.. Karena yang akan dicari adalah nilai Q, maka dimisalkan bahwa sama dengan nilai Q yang optimal. atau = harus diakarkan dan akan =.. (1.5) = nilai optimal Q. menandakan bahwa nilai Q adalah optimal, dikenal sebagai model EOQ. Jumlah pemesanan ekonomis yang akan dilakukan dapat dihitung sebagai berikut: FPE = (1.6) FPE = jumlah pemesanan ekonomis yang akan dilakukan. Dengan mengasumsikan satu tahun sama dengan 365 hari, maka dapat ditentukan waktu antara pemesanan berikutnya. WAP = WAP = waktu antara pemesanan berikutnya. (1.7) 1.6.4 Re-Order Point (ROP) ROP menjawab pertanyaan kapan mulai mengadakan pemesanan kembali. Pemesanan kembali terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di gudang penyimpanan barang berkurang terus atau persediaan barang telah hampir habis. Oleh karena perusahaan harus menentukan titik pemesanan kembali agar tidak kehabisan persediaan (stock out) maupun kelebihan persediaan (over stock). Re- Order point (titik pemesanan ulang) dihitung dengan mengalikan tenggang waktu

8 (L) dengan permintaan per hari. Jika diasumsikan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari (sesuai masa kerja perusahaan dalam setahun), maka permintaan per hari adalah. Jadi, rumus untuk titik pemesanan ulang (PU) adalah: L = tenggang waktu PU = titik pemesanan ulang PU = L. R = jumlah barang yang dipesan dalam setahun. (1.8) Sedangkan frekuensi pemesanan tergantung pada R dan Q (jumlah barang yang dipesan dalam satu periode) yang dirumuskan sebagai berikut: F = (1.9) F = frekuensi pemesanan. 1.7 Metode Penelitian Adapun metodologi penelitian yang dilakukan peneliti yaitu, sebagai berikut: a. Studi literatur tentang model EOQ (Economic Order Quantity) Studi literatur dimaksudkan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah beberapa rumus yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, maupun makalah. Kegunaan penelitian literatur adalah untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis masalah yang diteliti. b. Studi kasus Penelitian lapangan (field research) terhadap perusahaan yang bersangkutan. Suatu cara peneliti untuk memperoleh data dengan cara melakukan tinjau langsung ke lokasi objek penelitian yaitu PT. Electronic City Medan Carrefour. Data yang diperoleh yaitu data jumlah penjualan barang dagangan per tahunnya, data rata-rata biaya setiap kali pemesanan, dan data rata-rata biaya setiap kali penyimpanan yang resmi dari barang dagangan televisi (television) 32 inchi dan AC (Air Conditioner) 2pk mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

9 c. Mengolah data Langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut: 1. Menghitung frekuensi pemesanan barang dagangan, total biaya pemesanan, dan total biaya penyimpanan setiap kali pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk berdasarkan kuantitas setiap kali pemesanan barang dagangan yang dilakukan PT. Electronic City Indonesia Medan Carrefour. 2. Menghitung total biaya persediaan setiap kali pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk yang dilakukan PT. Electronic City Indonesia Medan Carrefour dengan menjumlahkan total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. 3. Menghitung jumlah pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk yang ekonomis setiap kali pemesanan dengan menggunakan model EOQ. 4. Menghitung frekuensi pemesanan ekonomis barang dagangan, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk berdasarkan model EOQ. 5. Menghitung total biaya persediaan setiap kali pemesanan barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk berdasarkan model EOQ dengan menjumlahkan total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. 6. Menghitung profit dari pengadaan persediaan barang dagangan terhadap PT. Electronic City Indonesia Medan Carrefour yakni cara dengan mengurangkan total biaya persediaan tahunan yang dilakukan PT. Electronic City Indonesia Medan Carrefour dengan total biaya persediaan tahunan berdasarkan model EOQ terhadap barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk. 7. Menghitung berapa selang waktu yang dibutuhkan antara pemesanan berikutnya, dengan cara melakukan perhitungan berdasarkan masa kerja perusahaan dalam setahun yakni 365 hari (t = 365 hari) dibagi dengan frekuensi pemesanan ekonomis barang dagangan berdasarkan perhitungan model EOQ. 8. Menghitung jumlah optimal pemesanan barang kembali (ROP) dengan cara mengalikan tenggang waktu (L), dengan permintaan per hari. Jika mengasumsikan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari, maka permintaan per hari adalah.

10 9. Membuat kesimpulan dan saran dari pengolahan data jumlah penjualan barang dagangan per tahunnya, data rata-rata biaya setiap kali pemesanan, dan data rata-rata biaya setiap kali penyimpanan yang resmi dari barang dagangan televisi 32 inchi dan AC 2pk dari tahun 2011 sampai tahun 2015. 1.8 Alur Penelitian Sumber Data ~ Data Penjualan ~ Data Biaya Operasional Pengolahan Data Model EOQ Model ROP Menentukan: Menentukan: a. Kuantitas Pemesanan Ekonomis Pemesanan Ulang (PU) Q =.. PU = L. b. Total Biaya Persediaan Optimum L = tenggang waktu = O. + C. R = permintaan barang c. Frekuensi Pembelian Optimal per periode waktu F = d. Waktu Antar Pemesanan WAP = Kesimpulan dan Saran Gambar 1.1 Alur Penelitian