BAB I PENDAHULUAN. yang berat. Perlu diketahui bahwa sebuah sistem pendidikan Islam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan merupakan unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan di sebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Seiring zaman yang selalu berkembang dan dunia pendidikan yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mengembangkan dan membina potensi. sumberdaya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

PENGARUH SIKAP BELAJAR SISWA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi disegala bidang kehidupan masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Sistem Pendidikan nasional. Edgar Dalle ( Reigeluth, 2013 : 7 )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siti Solehah 35. Kata Kunci : Aktivitas Hasil Belajar, Sifat Wajib ALLAH, Strategi Pembelajaran Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Garungan, yang menyatakan bahwa motif adalah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

Peningkatan Ketrampilan Siswa Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas III SDN Paranonge

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup dimasa depan.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sering kali di hadapkan dengan problematika yang berat. Perlu diketahui bahwa sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai kompenen pendidikan yang saling berkaitan, diantara kompenen tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi, dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dengan muridnya, evaluasi belajar, sarana prasarana, metodologi pembelajaran dan lain-lain. Berbagai kompenen yang telah disebutkan di atas sering kali berjalan apa adanya, alami tradisional, karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang. Akibat dari semua itu, maka mutu pendidikan agama Islam seringkali menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. 1 Menurut UU no. 20 tahun 2003 pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pedidik yang profesional. 2 1 WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (akarta: Gramedia, 1983), h.15 2 Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Salatiga: JP Books, 2007), h. 1-2

2 Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkuangan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. 3 Suatu kondisi optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. 4 Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru, sayangnya tidak semua keinginan guru itu terkabul karena berbagai faktor penyebabnya. Pada umumnya saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Jarang sekali para guru yang memberikan ice breaking atau jeda ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan. Padahal melakukan ice breaking ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting. 3 Syauful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 147-148 4 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar baru, 1992)

3 Ice breaking atau pemecah kebekuan lebih sering dipakai pada saat penataran, atau diklat (pendidikan dan latihan) saja, yang memang pesertanya adalah orang-orang dewasa yang cepat mengalami kelelahan dan kejenuhan serta lemah dalam proses penyimpanan memori. Sehingga ice breaking di sini dimanfaatkan untuk menyegarkan suasana belajar, menghilangkan kejenuhan, rasa kantuk yang memang sangat mudah menyerang orang-orang dewasa. Sampai dengan saat ini sebagian guru yang masih enggan menyisipkan ice breaking didalam kegiatan belajarnya. Hal ini disebabkan karena para guru kebingungan mencari bahan yang dapat dijadikan sebagai ice breaking. Bagi guru yang pandai melucu tentu bukanlah suatu masalah untuk melakukan ice breaking dalam kegiatan belajarnya. Karena membuat cerita lucu dapat juga dikatakan sebagai salah satu bentuk ice breaking. Sementara sebagian lagi dikarenakan guru belum memahami fungsi dari ice breaking itu sendiri. Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan di tuntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif, hal ini penting terutama menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyanangkan. Cara guru melakukan kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran yang lainnya. 5 Oleh karenanya dari sekian banyak materi yang telah dijelaskan guru, seringkali tidak dapat diserap semua dengan baik oleh para siswa. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kemampuan daya tangkap otak dalam 5 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 95

4 menyimpan memori setelah beberapa saat lamanya. Kalau kita cermati pada awalnya grafik tingkat daya serap siswa terhadap apa yang disampaikan guru cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa menit kemudian terjadilah penurunan memori atau tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Pada saat inilah merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ice breaking. Karena pada saat itu siswa telah mengalami kejenuhan sehingga mereka sangat membutuhkan penyegaran untuk mengembalikan potensi atau kemampuan dalam menangkap pelajaran secara maksimal. Dengan menyisipkan ice breaking dalam setiap pembelajaran diharapkan daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas pun menjadi selalu segar. 6 Ada yang menyebutkan bahwa Ice breaking adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. 7 Suatu ice breaking yang baik dapat membuat suatu even melejit. Ice breaking yang dilakukan tidak perlu lama-lama, biasanya dilakukan untuk mengawali suatu kegiatan selama satu atau dua menit. Ice breaking ini bisa diguanakan baik untuk kelompok kecil maupun kelompok besar, namun h. 1. 6 file:///d:/icebreakingdlmpembelajaran-100302210222phpapp02.htm 7 Adi Soenarno, Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif, (Yogyakarta: Andi offset, 2005),

5 keefektifannya akan menurun jik seorang guru tidak mampu menggunakannya. 8 Punggunaan penerapan ice breaking dalam pembelajaran ini di harapakan agar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak terkesan membosankan, monoton dan kaku. Dengan diterapkan ice breaking pada pelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah berhasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari peserta didik. Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna maka berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri, atas dasar pemikiran ini peneliti ingin mengadakan penelitian ada menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Ice Breaking terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat mengajukan konsepsi rumusan masalah sebagai berikut: 8 M. Said, Ice Breaker Games (kumpulan permainan penggugah semangat), (Yogyakarta: Andi offset, 2010), h. 2.

6 1. Bagaimana penerapan ice breaking pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo? 3. Bagaimana pengaruh penerapan ice breaking terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Secara umum setiap peneliti pasti mempunyai tujuan tertentu yang diharapkan akan mampu memberikan masukan yang berarti dalam dunia pendidikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan ice breaking pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan ice breaking terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo.

7 D. Kegunaan Penelitian antara lain: Selain dari tujuan di atas, maka penelitian ini juga memiliki kegunaan 1. Bagi peneliti, penelitian ini sangat penting untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pengaruh penerapan ice breaking terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. Selain itu penelitian skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan study strata satu (S1). 2. Penelitian ini di harapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para praktisi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. 4. Bagi sekolah dan instansi-instansi dalam dunia pendidikan, pada umumnya merupakan kontribusi tersendiri, atau dijadikan referensi tambahan guna mendukung tercapainya proses evaluasi yang lebih baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 5. Bagi siswa sebagai peningkatan kesadaran akan pentingnya peran aktif dalam proses belajar mengajar demi terciptanya minat belajar yang efektif. 6. Bagi penulis sebagai perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal belajar mengajar.

8 E. Penelitian Terdahulu Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian semacam ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya : 1. Upaya Menghilangkan Kebosanan Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Menggunakan Strategi Ice Breaker Di Mim K Radenan Trucuk Klaten oleh Mohammad Fitriyanto dari IAIN Surakarta. 2. Adakah Pengaruh Pemberian Metode Ice Breaking terhadap Tingkat Motivasi Belajar pada Siswa Kelas IV SDN Ngagel Rejo III Surabaya. 3. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Dengan Selingan (Ice Breaker) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis oleh Budi Roviatin dari Universitas Lampung. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pembelajaran secara Smart Learning. Peneliti menjadikan masalah di atas sebagai sasaran penelitian dan lokasi yang di ambil peneliti adalah di sekolah SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo.

9 Agar jelas dan tidak meluas pembahasan dalam karangan ilmiah ini, maka kiranya peneliti untuk memberikan batasan penelitian, adapun keterbatasan penelitian adalah: 1. Penerapan Ice Breaking pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo 2. Hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo G. Definisi Operasional Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran dan memudahkan pembaca dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Ice Breaking terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo, maka perlu penegasan judul dengan maksud agar pembaca tidak mengambil pengertian lain. Adapun istilah yang memerlukan penjelasan dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Pengaruh Adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa/yang berkekuatan (ghaib, dan sebagainya). 9 1976), hal. 538. 9 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka

10 Menurut penulis yang dimaksud pengaruh adalah suatu daya atau kekuatan dalam hal ini berupa penerapan ice breaking terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. 2. Penerapan Ice Breaking Padanan dua kata Inggris yang mengandung makna memecah es. Ice breaker adalah sebuah cara untuk membuat peserta pelatihan, seminar, pertemuan, atau meeting menjadi terkonsentrasi. Jika peserta terkonsentrasikan ke pembicaraan, maka diharapkan peserta akan bisa aware terhadap materi yang disampaikan pembicara atau trainer. Ada juga yang menyebutkan bahwa Ice Breaker adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. 10 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. 10 Adi Soenarno, Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif, (Yogyakarta: Andi offset, 2005), h. 1.

11 Belajar adalah berasal dari kata ajar yang berarti barang apa yang dikatakan kepada orang supaya diketahui (dituruti dan sebagainya). 11 4. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak didik agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami dam mengamalkan ajaran islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. 12 5. SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo Lokasi SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo ini sangat strategis karena letaknya dipinggir kota sehingga mudah dijangkau baik siswa ataupun personal sekolah lainnya. Sedangkan dalam penelitian ini SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo merupakan lokasi obyek penelitian sekaligus sumber data yang terletak di Jl. Raya Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo. Kegiatan Belajar Mengajar yang diselenggarakan oleh SMP Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo keberadaanya sangat membantu masyarakat dalam memenuhi tuntutan pengetahuan melalui jalur bidang pendidikan. 11 Ibid, h. 22 12 Zakiyah Darojat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 1992), h. 86.

12 H. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat dimengerti maka dalam skripsi ini secara garis besar akan penulis uraikan pembahasan pada masing-masing bab berikut ini: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini memuat segala kajian yang berkaitan dengan teori yakni: a. Studi tentang ice breaking Pengertian ice breaking, langkah-langkah, tujuan, kelebihan dan kekurangan ice breaking. b. Studi tentang prestasi belajar Pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dan langkah prestasi belajar. c. Studi tentang materi pendidikan agama islam

13 d. Studi tentang pengaruh penerapan ice breaking terhadap prestasi belajar siswa. e. Studi tentang hipotesis penelitian BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang: jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, tehnik analisa data. BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini penulis sajikan tentang paparan data dan temuan penelitian, yang meliputi penyajian data dan analisis data. BAB V : PENUTUP a. Simpulan b. Saran