BAB V KESIMPULAN. industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Makmur yang jaraknya memakan waktu selama menit dari Desa Pampang

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

2015 ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN PLTMH DI DESA PAKENJENG SEBAGAI DESA MANDIRI ENERGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

BAB I PENDAHULUAN. ingin disampaikan kepada masyarakat luas tentang sebuah gambaran, gagasan,

Transformasi Desa Indonesia

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas.

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN. waktu). Tetapi, ternyata terdapat hal lain yang membuat gig itu menjadi sebuah

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi perusahaan PT PLN (Persero) dengan kebijakan restrukturisasi

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan

renewable energy and technology solutions

BAB I PENDAHULUAN. banyak daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh program

BAB IV DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

PENGENDALIAN BEBAN MIKROHIDRO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 U n i v e r s i t a s K r i s t e n M a r a n a t h a

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini energi listrik adalah kebutuhan utama bagi semua orang di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB V PENUTUP. Dari keseluruhan kajian dakwah Islam dalam bingkai media penyiaran

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti penerangan rumah, elektronik, hingga keperluan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

Versi 27 Februari 2017

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. sampai ke liang lahat nanti (Sadiman, et al dalam Warsita, 2008:62). Belajar dapat

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terkait dengan proses industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi energi fosil. Proses ini tidak terpisah dengan transformasi masyarakat dalam memproduksi suatu energi. Wilayah pedesaan dengan aktivitas pertanian maupun industri perkebunan seiring dengan terjadinya transformasi ekonomi, kemudian pergeseran struktur politik, diikuti pula oleh pemanfaatan dan produksi-produksi energi masyarakat. Masyarakat di Desa Melawi Makmur tidak luput dari proses tersebut. Eksploitasi dan eksplorasi di bidang energi mulai intensif dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Fenomena ini juga terkati dengan wacana berkembang yang dapat dilihat dari adanya tekanan politik, industrialisasi, dan dorongan pasar yang menyebabkan kebijakan-kebijakan baru mengenai pengembangan energi mulai ekspansif diterapkan di wilayah ini. Selanjutnya pengembangan energi terbarukan akan difokuskan di wilayah-wilayah remote yang belum mendapatkan akses kelistrikan atau potensi energi lainnya. Implementasi pengembangan energi membentuk bagian terpadu dari kehidupan sehari-hari setiap rumah tangga, yang terkait erat dengan gagasan tentang kenyamanan, hingga proses inklusi sosial. Akses ke berbagai jenis energi dapat menentukan apakah kita sebagai bagian dari komunitas/ masyarakat 94

menjalani kehidupan yang baik atau menderita kesulitan. Dalam hal ini dapat dikatakan keduanya baik dari aspek politik, dan sifat alami dari energi, akan saling berinteraksi dalam membawa ke arah pemberdayaan untuk mengakses energi ini yang tertanam kuat dalam kehidupan sosial. Elektrifikasi pedesaan secara sosio-teknikal dapat menjadi salah satu sistem perangkat untuk memecahkan persoalan kelistrikan dan dapat mengatasi ketimpangan kesejahteraan serta penguatan ekonomi masyarakat. Usaha pembangunan sumber energi PLTMH ternyata belum sepenuhnya sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Alih-alih elektrifikasi menguatkan potensi ekonomi masyarakat, faktanya memunculkan ketimpangan sementara ketenagalistrikan di wilayah ini juga menciptakan stratifikasi sosial ekonomi antara kelompok masyarakat yang didasarkan pada akses sumber energi listrik Kelistrikan dengan kondisi tersebut tentunya menjadi tantangan dalam penguatan ekonomi masyarakat. Tantangan ini di antaranya berhubungan dengan aspek-aspek sosial, budaya, dan kondisi politik di pedesaan juga berperan. Kelistrikan di wilayah pedesaan tidak lebih dikarenakan dari dorongan pasar, dan wacana global, yang berorientasi ke bentuk kapitalisasi-kapitalisasi energi. Sehingga proses-proses dominasi dan kondisi ketimpangan tetap akan terjadi, baik itu di tataran makro ataupun pada level akar rumput di masyarakat pedesaan. Namun, dengan fitur yang dimiliki oleh elektrifikasi setidaknya masyarakat tetap mendapatkan manfaat ekonomi meskipun masih kecil lingkup keuntungannya, sementara di sisi lain potensi kelistrikan dengan skema off-grid belum mencapai ketahanan energi di pedesaan. 95

Wilayah-wilayah sumber daya yang kemudian dianggap berpotensi untuk diinvestasikan oleh masyarakat, cenderung sudah diprivatisasi oleh masyarakat. Karena melihat potensi sumber daya air atau sungai menjadi syarat penting di wilayah ini untuk membangun sumber energi listrik. ketidakseimbangan dalam mengakses fasilitas yang sama, kemudian memunculkan adanya kecemburuan dan ketidakadilan dari masyarakat Suak Mansi. Melalui sudut pandang politik ekonomi akses-akses sumber daya seperti PLTMH cenderung mulai eksklusif dikuasai dan dimiliki kelompok masyarakat tertentu. Sementara penguasaan akses sumber daya tersebut kerap kali akan menyebabkan salah satu kelompok masyarakat menjadi tidak beruntung dan termarginalkan seperti dalam kasus pengembangan energi listrik di wilayah ini. Proses ketimpangan yang terjadi dapat dilihat dari, PLTMH merupakan investasi pembangunan yang penting bagi masyarakat. PLTMH dengan investment cost yang tinggi memicu masyarakat untuk memprivatisasi sumber listrinya sebagai investasi masa depan. Respons ini merupakan salah satu representasi dari interaksi antara orang di Nek Sawak dan Landau ketika memanfaatkan sumber daya tersebut. Akhirnya perkembangan energi terbarukan khususnya elektrifikasi pedesaan memberikan efek yang jelas dalam kehidupan rumah tangga, dan masyarakat yakni kebutuhan terhadap penerangan waktu malam hari dan hiburan seperti televisi semakin meningkat intensitasnya. Dengan peningkatan intensitas waktu tersebut akan mengurangi keintiman dalam rumah tangga, dan secara tidak langsung mempengaruhi relasi sosial anggota keluarga dalam satu rumah tangga. 96

Kehidupan masyarakat di pedesaan dengan terkoneksinya listrik menciptakan kehidupan baru, pola aktivitas individu yang berubah, komunikasi dan interaksi sosial ekonomi yang lebih transaksional dan konsumtif, dikarenakan keinginan material yang baru. Secara singkat elektrifikasi kemudian dapat ditinjau suatu perangkat atau sistem yang memiliki fitur-fitur yang akan membentuk perspektif baru dalam masyarakat. Secara teknis masyarakat mengandalkan PLTMH sebagai sumber energi listrik yang penting. Selanjutnya demi keberlangsungan listrik PLTMH pengelolaan dan pemeliharaan listrik tenaga mikrohidro di pedesaan akan cenderung dikelola secara mandiri, dengan mempertimbangkan potensi keberlanjutannya untuk dikembangkan kapasitas energi listriknya. Secara sosial ekonomi, PLTMH menyediakan listrik yang lebih murah dan lebih terjangkau. Dan perlu digarisbawahi listrik yang murah ini kemudian mendorong berubahnya aktivitas masyarakat. Selanjutnya elektrifikasi juga menjadi proses eksklusi suatu kelompok masyarakat satu terhadap masyarakat lainnya terkait dengan proses pemagaran terhadap akses sumber daya yang dimanfaatkan di wilayah ini. Elektrifikasi di sisi lain akan menjelaskan keberadaan mereka ke kehidupan di luar wilayah mereka. Masyarakat memahami ketika elektrifikasi ini hadir dalam urusan kehidupan mereka secara tidak langsung mengkonstruksi pengetahuan mereka untuk melihat bagaimana kehidupan mereka di desa sudah jauh lebih dekat dengan masyarakat di area urban atau perkotaan. Elektrifikasi membawa mereka ke kehidupan yang baru, masyarakat sekarang dapat hidup nyaman dan bersantai di rumah mereka, seperti menonton televisi selama berjam- 97

jam atau dapat mendengarkan musik kesukaan mereka dengan puas. Dan terakhir masyarakat mulai dapat juga memvisualisasikan kehidupan di perkotaan ketika gelap datang, seperti apa yang mereka dapatkan sekarang ketika mereka mendapatkan penerangan di rumah mereka. 98