Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

KETAHANAN HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK AKIBAT DIABETES DAN NON DIABETES YANG MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR.


BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD DR.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PIRNGADI. Oleh: PREVISHA KALIAHPAN

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015:

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap terjadinya transisi epidemiologi, dengan semakin meningkatnya. penyakit tidak menular. Menurut WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

Status gizi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang menjalani hemodialisis adekuat dan tidak adekuat

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA LAMA HIPERTENSI DENGAN ANGKA KEJADIAN GAGAL GINJAL TERMINAL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD W.Z. YOHANNES KUPANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.

Gambaran kadar fosfat anorganik pada serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 nondialisis

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

Profil pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2014 Juli 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manado

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

KEJADIAN PENYAKIT KARDIOSEREBROVASKULAR PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V DENGAN DIABETES MELITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015:

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN KEJADIAN STROKE NON HEMORAGIK DAN STROKE HEMORAGIK DI RSUD DR MOEWARDI

Transkripsi:

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: RESI ASADILLAH MAJID J 500 140 125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HALAMAN PERSETUJUAN PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI PUBLIKASI ILMIAH Oleh: RESI ASADILLAH MAJID J 500 140 125 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Dr. Suryo Aribowo T., M.Kes., Sp.PD (KHOM) NIK: 1058 i

HALAMAN PENGESAHAN PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI OLEH: RESI ASADILLAH MAJID J500140125 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari...,... 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD. (...) (Ketua Dewan Penguji) 2. Dr. Retno Sintowati, M.Sc. (...) (Anggota 1 Dewan Penguji) 3. Dr. Suryo Aribowo T., M.Kes., Sp.PD (KHOM) (...) (Anggota 2 Dewan Penguji) Dekan Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M. Kes. NIK: 919 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta,... 2018 Penulis RESI ASADILLAH MAJID J500140125 iii

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 YANG TELAH MENJALANI DAN BELUM MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI Abstrak Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit dengan etiologi beragam dan dapat berakhir dengan kondisi gagal ginjal. Hemodialisis (HD) menjadi salah satu terapi bagi penderita PGK stadium 5 dan kadar albumin befungsi untuk mengetahui daya tahan penderita PGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar albumin pasien PGK stadium 5 yang belum dan telah menjalani HD rutin di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional dan subjek penelitian adalah penderita PGK stadium 5 yang belum dan telah menjalani HD rutin di RSUD Dr. Moewardi. Untuk teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan menggunakan uji Mann-Whitney. Penelitian ini menggunakan 82 sampel, terdiri dari 41 pasien PGK yang telah menjalani HD rutin dan 41 pasien PGK yang belum menjalani HD rutin. Setelah itu, diketahui perbedaan kadar albumin pada pasien PGK yang belum menjalani HD 3,37±0,562 gr/dl dan pasien PGK yang telah menjalaninya 3,79±0,469 gr/dl. Kesimpulan penelitian ini yaitu kadar albumin pasien PGK stadium 5 yang telah menjalani HD rutin lebih baik daripada yang belum menjalaninya. Kata kunci: penyakit ginjal kronik, kadar albumin, hemodialisis Abstract Chronic kidney disease (CKD) is a disease with a varied etiology and may end up with a condition of renal failure. Hemodialysis (HD) is one of the therapies for stage 5 CKD patients. Albumin levels is a predictor of the endurance of patients with CKD. This study aims to know the difference of albumin levels in patients with stage 5 CKD who has had and has not had the routine HD in RSUD Dr. Moewardi. This study is an observational analytic research with cross sectional study design and the subjects were patients with stage 5 CKD who has had and has not had the routine HD at Dr. Moewardi. Sampling technique performed with purposive sampling technique and used Mann-Whitney test. This study used 82 sample, consists of 41 patients with stage 5 CKD who has had the routine HD and 41 patients with stage 5 CKD who has not had that therapy. It s known that the differences of albumin levels in patients who has not had the HD were 3,37±0,562 gr/dl and patients who has had the HD were 3,79±0,469 gr/dl. The conclusion is albumin levels in patients with stage 5 CKD who has had the routine HD is better than the patients who has not had the HD. Keywords: chronic kidney disease, albumin levels, hemodialysis iv

1. PENDAHULUAN United States Renal Data System (USRDS) melaporkan bahwa pada tahun 2013 di Amerika Serikat, kejadian penyakit ginjal kronik sebanyak 117.162 kasus (USRDS, 2015). Menurut WHO, Indonesia akan mengalami peningkatan kejadian penyakit ginjal kronik sebesar 41,4% tahun 1995-2025 dan menurut Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), di Indonesia terdapat 70.000 penderita penyakit serupa, dan akan bertambah sekitar 10% tiap tahunnya (Tandi, Mongan, & Manoppo, 2014). Berdasarkan data yang didapat dari Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia khususnya di daerah Jawa Tengah sebesar 0,3%. Klaten merupakan kota di Jawa Tengah yang memiliki prevalensi penyakit ginjal kronik tertinggi, yaitu mencapai angka 0,7%. Dari hasil penelitian Riskesdas juga diketahui bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring bertambahnya umur. (Riskesdas, 2013). Populasi penderita penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat yang menjalani dialisis (hemodialisis dan dialisis peritoneal) meningkat 1,9% dari tahun 2012 ke tahun 2013 mencapai 113.944 pasien, dan hasil ini meningkat 24% jika dibandingkan pada tahun 2000. Meningkatnya jumlah ini juga dialami oleh populasi penderita penyakit ginjal kronik yang melakukan tranplantasi ginjal (USRDS, 2015). Menurut data IRR (Indonesian Renal Registry) yang didapat dari 249 renal unit yang melaporkan, 30.554 pasien aktif menjalani hemodialisis pada tahun 2015, dengan prevalensi gagal ginjal akut pada gagal ginjal kronik 4%, gagal ginjal akut 7%, dan gagal ginjal kronik 89%. Meningkatnya gagal ginjal akut yang menjalani dialisis diakibatkan kondisi penyakit tersebut berat dan dilakukan terapi pendukung ginjal (PERNEFRI, 2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kubrusly (2012), mengatakan bahwa tingkat albumin setelah dilakukan hemodialisis mengalami peningkatan sehingga status protein pasien lebih baik dan risiko kematian akibat kekurangan gizi rendah. Albumin merupakan penanda biokimia yang umum digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien hemodialisis. Kadar 1

albumin yang rendah akan meningkatkan angka dari mortalitas dan morbiditas (Kubrusly, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pupim (2007), mengatakan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan jumlah albumin. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi malnutrisi yang dialami oleh pasien ketika menjalani terapi hemodialisis. Pada penelitian lain, dikatakan bahwa asupan gizi yang tidak adekuat dan inflamasi pada kondisi malnutrisi dapat menurunkan konsentrasi serum albumin (Lajuck, Moeis, & Wongkar, 2016). Pada penelitian oleh Agus (2009), mengatakan bahwa penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis merasakan banyak problem mental, yang mana dilihat pada rerata skor Status Mental Health-nya yang rendah dan juga mengalami malnutrisi. Kondisi malnutrisi ini dapat dilihat dari kadar albumin plasma yang ada di dalam tubuh mengalami penurunan. Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa penelitian mengenai perbedaan kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin di Jawa Tengah dan Surakarta masih terbatas. Hal ini yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik crosssectional. Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Oktober 2017 hingga Januari 2018. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi di bagian Poli Klinik Penyakit Dalam pada bulan Agustus 2015 hingga Agustus 2017. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah total sampel 82 pasien. Purposive Sampling yaitu teknik memilih responden 2

berdasarkan pertimbangan subyektif dan praktis (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Pada penelitian ini yang menjadi kriteria dalam pemilihan sampel adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah dan belum menjalani hemodialisis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis, hemodialisis rutin (minimal 2 kali per minggu), dan usia 18-65 tahun, laki-laki atau perempuan. Untuk yang dieksklusikan adalah pasien dengan data rekam medik tidak lengkap, pasien dengan penyakit komorbid hepar, pasien PGK et causa Systemic Lupus Eritematous, dan pasien PGK et causa Multiple Myeloma. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik pasien. Hasil data tersebut dianalisis dengan uji Mann-Whitney, karena pada uji normalitas distribusi data tidak normal. Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS versi 23 for Windows. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2017 - awal Januari 2018. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti data catatan rekam medis penderita penyakit ginjal kronik stadium 5 pada periode Agustus 2015 Agustus 2017. Sampel yang memenuhi kriteria restriksi berjumlah 82 rekam medis yang terdiri dari 41 rekam medis pasien PGK stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis dan 41 rekam medis pasien PGK stadium 5 yang telah menjalani hemodialisis. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan kadar albumin plasma sebagai variabel terikat dan status hemodialisis rutin sebagai variabel bebas. Untuk karakteristik subjek penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. 3

Tabel 2. Distribusi Data Albumin Berdasarkan M ean 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%) Jenis Kelamin Laki-laki PGK 5 Non 17 20,7% HD PGK 5 HD 25 30,5% Perempuan PGK 5 Non 24 29,3% HD PGK 5 HD 16 19,5% 42(51,2) 40(48,8) Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 Pada Tabel 1 menunjukkan distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penderita penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin lebih banyak pada laki-laki, yaitu dengan jumlah 42 pasien (51,2%) dibandingkan dengan yang perempuan dengan jumlah 40 pasien (48,8%). Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%) Usia 18-40 tahun PGK 5 Non 9 11,0% HD PGK 5 HD 8 9,8% 41-65 tahun PGK 5 Non 32 39,0% HD PGK 5 HD 33 40,2% Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 17(20,7) 65(79,3) Tabel 1. Distribusi Subjek Penel itian Berdasarkan Usi a Untuk distribusi subjek penelitian berdasarkan usia, didapatkan bahwa jumlah pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis terbanyak pada kategori usia 41-65 tahun, dengan jumlah 65 pasien (79,3%). Tabel 3. Distribusi Data Albumin Berdasarkan Mean Karakteristik Mean±SD P value PGK 5 non HD 3,37±0,562 PGK 5 HD 3,79±0,469 0,000 Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 4

Dari Tabel 3 diketahui mean ± SD dari kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis rutin adalah 3,37±0,562. Pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum menjalani hemodialisis rutin didapatkan mean ± SD kadar albumin plasma sebesar 3,79±0,469. Jadi untuk kelompok yang telah menjalani hemodialisis rutin memiliki rerata kadar albumin plasma yang lebih besar daripada yang belum menjalani hemodialisis rutin. Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Variabel Lain Karakteristik Kelompok N Persentase Total (%) Rerata Diabetes Mellitus Ya PGK 5 Non 10 12,2% HD 22(26,8) PGK 5 HD 12 14,6% Tidak PGK 5 Non 31 37,8% HD 60(73,2) PGK 5 HD 29 35,4% LFG PGK 5 Non 7,79±3,53 HD PGK 5 HD 7,16±2,91 Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 Pada Tabel 4 menjelaskan distribusi subjek penelitian berdasarkan variabel lain. Variabel yang diteliti adalah diabetes mellitus dan laju filtrasi glomerulus. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa kelompok yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus pada pasien PGK 5 non HD dan PGK 5 HD lebih banyak dibandingkan yang memiliki riwayat diabetes mellitus pada penelitian ini. Tercatat sebanyak 60 pasien (73,2%) yang mana 31 pasien (37,8%) belum menjalani hemodialisis dan 29 pasien (35,4%) sudah menjalani hemodialisis tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Untuk pasien PGK 5 non HD memiliki rerata LFG sebesar 7,79±3,53 yang lebih besar dibandingkan PGK 5 HD yaitu sebesar 7,16±2,91. 5

2. Analisis Data Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk menguji secara statistik perbedaan kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Sebelum masuk ke dalam tahap analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Jika data yang dimasukkan terdistribusi secara normal maka dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan. Apabila data tidak normal dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Jika setelah ditransformasi data tetap tidak normal, maka digunakan uji Mann Whitney (Sastroasmoro & Ismael, 2014). a. Uji Normalitas Uji normalitas untuk penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 41 atau <50. Sebaran data dapat dikatakan normal apabila nilai p pada uji normalitas Shapiro-Wilk lebih dari 0,05, sedangkan data dikatakan tidak normal apabila nilai p kurang dari 0,05 (Dahlan M., 2011). Pada Tabel 10 di bawah ini menunjukkan hasil uji normalitas nilai p variabel kadar albumin plasma. Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk Shapiro-Wilk Penyakit Ginjal Statistic Df Sig. Kronik Kadar Albumin Plasma Non- Hemodialisis 0,918 41 0,006 Hemodialisis 0,962 41 0,179 Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 Tabel 3. H asil Uj i Normalitas D ata Shapiro-Wilk Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil distribusi data kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik yang belum menjalani hemodialisis tidak normal dengan nilai p<0,05. Sedangkan pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisis memiliki data yang normal dengan nilai 6

p>0,05. Dengan hasil tersebut, maka perlu dilakukan transformasi data untuk menormalkan data. b. Transformasi Data Tabel 6. Hasil Transformasi Data Shapiro-Wilk Shapiro-Wilk Penyakit Ginjal Statistic Df Sig. Kronik Kadar Albumin Plasma Non- Hemodialisis 0,954 41 0,093 Hemodialisis 0,917 41 0,006 Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 Tabel 4. H asil Tr ansformasi Data Shapiro-Wilk Dari data hasil transformasi dapat diketahui proses transfromasi data tidak berhasil menormalkan data. Sehingga untuk uji hipotesis yang digunakan adalah uji alternatif T tes tidak berpasangan, yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. c. Uji Mann-Whitney Hasil dari uji Mann-Whitney untuk menguji perbedaan kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik staidum 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Mann-Whitney Albumin Mann-Whitney U 411.500 Z -3.987 Asymp. Sig. (2-tailed).000 Sumber: SPSS 23 for windows, 2018 Dari tabel 7 menunjukan bahwa hasil Mann-Whitney didapatkan hasil sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin, karena nilai p pada uji tersebut adalah p<0,05. 7

3.2 Pembahasan Pada Tabel 1 membahas mengenai distribusi penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil uji didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlagh perempuan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Putri (2016) pada penelitiannya, bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hasil ini juga sama dengan data statistik Screening and Early Evaluation of Kidney Disease study yang menunjukkan bahwa pasien laki-laki (61%) lebih banyak dari perempuan (39%). Sebagian besar laki-laki yang menderita penyakit ginjal kronik disebabkan karena pola makan yang tidak teratur dan kemungkinan mengkonsumsi minuman beralkohol (Putri, 2016). Pada Tabel 2 dapat diketahui distribusi penyakit ginjal kronik pada pasien yang belum dan telah menjalani hemodialisis berdasarkan usia. Dari hasil uji didapatkan bahwa usia dewasa tua (41-65 tahun) lebih banyak ditemukan daripada usia dewasa muda (18-40 tahun). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tjekyan, 2014). Bertambahnya usia mempengaruhi anatomi, fisiologi, dan sitologi dari ginjal. Ginjal akan mengalam atrofi dan berkurangnya korteks ginjal seiring bertambahnya usia. Adanya penebalan membran basal glomerulus dan ekspansi mesangium glomerular dapat mengakibatkan terjadinya glomerulosklerosis yang merupakan patofisiologi awal penyakit ginjal kronik (Tjekyan, 2014). Tabel 3 membahas mengenai rerata kadar albumin plasma pada pasien penyakit ginjal kronik yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Didapatkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisis memiliki rerata albumin lebih tinggi dibandingkan yang belum hemodialisis. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kubrusly (2012) bahwa tingkat albumin setelah dilakukannya hemodialisis lebih tinggi dibandingkan yang belum hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis mengalami kehilangan protein selama 8

hemodialisis berlangsung. Dengan pemenuhan protein yang baik dan pola makan yang teratur, maka kebutuhan protein dalam tubuh tetap terjaga dan kadar albumin plasma baik (Kubrusly, 2012). Berdasarkan data hasil uji statistik pada Tabel 4, pasien penyakit ginjal kronik dengan riwayat diabetes mellitus tidak lebih banyak dengan yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Menurut data yang dilaporkan oleh PERNEFRI (2012), pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi paling sering ditemukan adalah penyakit ginjal hipertensi. Sedangkan etiologi karena diabetes mellitus tidak lebih banyak dibandingkan penyakit ginjal hipertensi (Haryanti, 2015). Pada hasil uji statistik untuk melihat rerata laju filtrasi glomerulus, didapatkan rerata laju filtrasi glomerulus pasien penyakit ginjal kronik yang belum menjalani hemodialisis lebih tinggi dibandingkan yang sudah menjalani hemodialisis. Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk pada penelitian ini tidak normal dan setelah dilakukan transformasi tidak berhasil menormalkan data, sehingga dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil dari uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0,001. Sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang belum dan telah menjalani hemodialisis rutin. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kubrusly (2012) bahwa kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin menjadi lebih baik dibandingkan yang belum menjalani hemodialisis. Albumin merupakan protein yang disintesis di hepar yang membentuk lebih dari 50% protein plasma total. Kadar albumin dapat mengalami penurunan pada orang-orang dengan status nutrisi yang kurang baik, penyakit hati lanjut, atau orang-orang dengan kondisi katabolik yang berhubungan dengan kanker atau penyakit inflamasi (Nerscomite, 2010). Secara umum albumin digunakan sebagai penanda biokimia dan nutrisi pokok pada pasien penyakit ginjal kronik, karena mudah diukur dan dapat 9

dikaitkan dengan kondisi klinis penyakit ginjal kronik. Kondisi hipoalbuminemia juga sering dikorelasikan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien penyakit ginjal kronik (Kubrusly, 2012). Albumin memiliki fungsi mempertahankan tekanan onkotik plasma sehingga menghindari terjadinya edema. Albumin juga sangat penting untuk transportasi berbagai molekul, termasuk bilirubin, asam lemak bebas, obat-obatan, dan hormon. Penurunan kadar albumin menyebabkan gangguan homeostasis normal dan metabolisme serta distribusi obat dan molekul lainnya, sehingga pemberian obat perlu dilakukan penyesuaian (Nerscomite, 2010). Kondisi hipoalbuminemia sangat sering ditemukan pada penderita penyakit ginjal kronik. Selain terapi hemodialisis untuk penderita penyakit ginjal kronik, terdapat terapi albumin yang mana dipakai sebagai terapi suplemen pada kondisi hipoalbuminemia. Namun, terapi suplemen albumin memiliki beberapa efek samping meskipun pengobatannya terbilang mudah dan praktis. Pemberian suplemen albumin pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat menyebabkan intoksikasi aluminium dan retensi Na (Fahmia, 2012). Terapi untuk penderita penyakit ginjal kronik dengan berbagai gejalanya dapat dilakukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, memperlambat perburukan ginjal dengan mengurangi beban filtrasi ginjal, dan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi dan penyakit kardiovaskular (Suwitra, 2014). 3.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak diketahui hubungan sebab akibat secara jelas dikarenakan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Keterbatasan data yang tercantum dalam rekam medis pasien juga memengaruhi pengambilan data penelitian. Terdapat beberapa pasien yang setelah hemodialisis hanya diperiksa kreatinin dan ureum saja tanpa diperiksa kadar albumin plasma. 10

4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar albumin pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang telah menjalani dan belum menjalani hemodialisis rutin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Penulis menyarankan untuk pada penelitian berikutnya dapat mengggunakan desain penelitian lain untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang lebih jelas, misalnya menggunakan desain penelitian case control atau cohort. Kemudian penggunaan jumlah sampel yang lebih banyak dengan kriteria restriksi yang lebih ketat pada penelitian selanjutnya. Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan sampel kelompok yang berpasangan, agar dapat diketahui hubungan sebab akibat yang lebih jelas dan dapat diketahui manifestasi klinis yang mungkin terjadi selama menjalani terapi hemodialisis. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada: Prof. DR. Dr. EM. Sutrisna., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, dr. Erika Diana Risanti, M.Sc., selaku Kepala Biro Skripsi, dr. Suryo Aribowo Taroeno., M.Kes, Sp.PD (KHOM), selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis dari awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini, dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda., M.Sc, Sp.PD, selaku penguji skripsi satu, dr. Retno Sintowati, M.Sc, selaku penguji skripsi dua. Kemudian tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak di RSUD Dr. Moewardi yang telah meberikan izin untuk melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan baik, keluarga penulis, jajaran staff administrasi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 11

DAFTAR PUSTAKA Fahmia, N. 2012. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang. JURNAL GIZI, 1(1). Haryanti, I. 2015. Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority, 4. Kubrusly, M. 2012. Comparative Analysis of Pre- and Post-Dialysis Albumin Levels as Indicators of Nutritional and Morbidity and Mortality Risk in Hemodialysis Patients. J Bras Nefrol, 27-35. Lajuck, K., Moeis, E., & Wongkar, M. 2016. Status Gizi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 yang Menjalani Hemodialisis Adekuat dan Tidak Adekuat. Jurnal e-clinic (ecl), 4(2). Nerscomite. 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: UNAIR. PERNEFRI. 2015. Indonesian Renal Registry. PERNEFRI. Pupim, L., Flakoll, P., & Ikizler, T. 2007. Exercise Improves Albumin Fractional Synthetic Rate in Chronic Hemodialysis Patients. Journal of Clinical Nutrition, 61(5), 686-689. Putri, T. 2016. Gambaran Kadar Albumin Serum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Non Dialisis. Jurnal ebm, 4(1). Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Suwitra, K. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Dalam Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta: Interna Publishing. Tandi, M., Mongan, A., & Manoppo, F. 2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit Ginjal Kronik dengan Nilai Agregasi Trombosit di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal e-biomedik, 2, Nomor 2, 509. Tjekyan, S. 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Mohammaad Hoesin Palembang Tahun 2012. MKS, 4. Tokala, B. F. 2015. Hubungan Antara Lamanya Menjalani Hemodialisis Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Dengan Penyakit Ginjal Kronik Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-clinic (ecl), 3. USRDS. 2015. United States Renal Data System: Incidence, Prevalence, Patient Characteristics, and Treatment Modalities. 2. 12

Widyatmoko, A. 2009. Kadar Albumin dan Perbedaan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Terminal Saat Menjalani Hemodialisis dan Setelah Pindah Ke Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Mutiara Medika, 9(2), 01-06. 13

14