ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum KTSP SD, Matematika berfungsi mengembangkan. kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fatima Dwi Ratna, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

ANALISIS PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA TIPE KEPRIBADIAN SENSING DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA ARIABEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL BILANGAN PECAHAN SENILAI DAN MENYEDERHANAKAN BILANGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Matematika menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia terus melakukan perbaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi sangat penting

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. namun tidak menutup kemungkinan mereka masih berada pada tahap preoperasi.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

EKPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi. Seorang guru yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS III SD

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SISWA KELAS VII SMP (STUDI KASUS DI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

SUDARYANTI NIM. A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. objek didik. Pendidikan formal dilalui objek didik secara bertahap, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 5 KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

Kiki Yuni Astuty 1, Pradnyo Wijayanti 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB 1 PENDAHULUAN. utama untuk membentuk manusia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam

(PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mondokan Sragen)

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN Yunni Arnidha Prodi PGSD STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Jl. Makam KH. Ghalib No 112 Pringsewu Lampung Telp (0729) 21359 E-mail : yunniarnidha@stkipmpringsewu-lamping.ac.id ABSTRAK Pemahaman merupakam aspek yang sangat mendasar dalam belajar. Untuk memahami materi secara mendalam diperlukan peguasaan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui tes dan wawancara. Untuk menjamin keabsahan data menggunakan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada siswa yang mampu mencapai semua indikator kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural. Dibuktikan dengan siswa hanya mampu memenuhi 2 indikator yang ditunjukkan siswa dengan cara menyatakan ulang sebuah konsep dan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mampu menguasai konsep-konsep yang berhubungan dengan pecahan, sehingga siswa belum mampu menyelesaikan soal pecahan dengan konsep yang baik dan tepat. Siswa juga hanya mampu memenuhi 2 indikator kemampuan prosedural. Kemampuan prosedural ditunjukkan dengan siswa mampu mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa dan dapat membuktikan kebenarannya. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan konseptual dan prosedural dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Kata kunci: konseptual, prosedural, pecahan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Banyak perhatian khusus yang diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan, khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan yang dimaksud adalah mampu bersaing dalam kehidupan baik dari segi kualitas maupu kuantitas juga kepribadian yang positif. Menurut DEPDIKNAS (2004) pembelajaran di SD betujuan untuk: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) mengembangkan kemampuan 54

menyampaikan informasi datau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram. Pada mata pelajaran matematika khususnya materi pecahan masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan soal pecahan dengan tepat. Siswa merasa kesulitan pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa atau pecahan campuran berpenyebut tidak sama. Biasanya yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan pecahan adalah dengan cara mengalikan penyebut penyebut agar penyebutnya sama. Hal ini dirasakan oleh siswa masih sangat sulit, karena dengan cara ini hasil penyebutnya didapatkan bilangan yang relatif besar sehingga siswa akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyelesaian akhirnya. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri 2 Pringsewu Utara pada pokok bahasan pecahan masih rendah. siswa tidak sistematis dalam menuliskan jawaban dikarenakan tidak memahami konsep pada materi dan tidak mampu memberikan jawaban secara tepat dengan menggunakan konsep serta prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan soal yang diberikan pada pokok bahasan pecahan. Menurut Anderson & Krathwohl dalam Suwarto (2013:7) bahwa dimensi pengetahuan terdiri dari empat jenis, yaitu 1) pengetahuan faktual, 2) pengetahuan konseptual, 3) pengetahuan prosedural, 4) pengetahuan metakognitif. Pengetahuan konseptual yang tidak didukung oleh pengetahuan prosedural akan mengakibatkan siswa mempunyai intuisi yang baik tentang suatu konsep tetapi tidak mampu dalam menyelesaikan suatu masalah. Sebaliknya, pengetahuan prosedural yang tidak didukung oleh pengetahuan konseptual akan mengakibatkan siswa mahir memanipulasi simbol-simbol tetapi tidak memahami dan mengetahui makna dari simbol tersebut. Dengan menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural maka siswa akan mencapai pemahaman yang mendalam tentang apa yang dipelajari. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: bagaimana kemampuan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah pada pokok bahasan pecahan. 55

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian tersebut, maka peneliti penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural siswa sekolah dasar pada pokok bahasan pecahan. 2. LANDASAN TEORI Konsep bilangan pecahan sebenarnya sudah dialami anak sebelum sekolah. Seorang anak mengambil setengah bagian makanan yang disediakan, atau mengamati ibunya membagi sebutir telur rebus dengan membelahnya menjadi dua bagian yang relative sama dan anak menganggap bahwa kedua bagian itu sama. Setiap bagian merupakan bagian setengah dari sebutir telor rebus itu. Pecahan yang dipelajari di Sekolah dasar (SD), sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Menurut widdiharto (2008) konsep adalah makna atau arti suatu ungkapan untuk menandai konsep tersebut. Pemaknaan diartikan sebagai aturan untuk membedakan yang termasuk konsep, yaitu yang memenuhi aturan, atau yang tidak termasuk konsep karena tidak sesuai aturan atau definisinya. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara potongan-potongan informasi berupa fakta, keterampilan, konsep dan prinsip yang dapat dipandang sebagai suatu jaringan pengetahuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Suratman (2011) ketika siswa telah memperoleh pemahaman konseptual dalam bidang matematika, mereka dapat melihat hubungan antara konsep dan prosedur sehingga dapat memberikan argumen untuk menjelaskan mengapa beberapa fakta merupakan akibat dari fakta yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di SD harus dapat mendorong siswa untuk dapat memahami konsep matematika yang menjadi dasar bagi penerapan konsep pada jenjang berikutnya. Suwarto (2013:9-10) menyatakan bahwa pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan meliput skema-skema, model-model, mental atau teori eksplisit dan implisit dalam modelmodel psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan seseorang mengenai bagaimana pokok bahasan tertentu diatur dan disusun sehingga berkaitan dengan suatu cara yang lebih sistematis. Indikator yang harus dicapai dalam memenuhi kemampuan pengetahuan konseptual adalah menyatakan ulang sebuah konsep, 56

mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan non-contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu serangkaian langkah-langkah yang diikuti. Kemahiran prosedural mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan bagaimana menggunakannya secara tepat, dan keterampilan dalam menampilkannya secara fleksibel, akurat, dan efisien. Pada pembelajaran di kelas dalam pokok bahasan pecahan siswa dapat menyelesaikan soal perkalian atau pecahan dengan benar tanpa mengetahui mengapa menggunakan prosedur seperti itu. Pengetahuan prosedural mencakup pemahaman mekanikal dimana siswa dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana, pemahaman induktif dimana siswa dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa dan pemahaman rasional dengan siswa dapat indikator yang membuktikan kebenaran sesuatu 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemahaman konseptual dan prosedural siswa SD kelas V Negeri 2 Pringsewu Utara pada pokok bahasan pecahan. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif. Dari teknik pengumpulan data, untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data. Untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu, teknik pengumpulan data untuk memberikan hasil data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda dari sumber yang sama. Dalam hal ini teknik soal tes dan teknik wawancara. 4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang ditemukan sebagian besar siswa belum mampu mencapai semua indikator-indikator kemampuan konseptual dan prosedural. Kemampuan pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara obyek matematika sebagai jaringan pengetahuan yang memuat keterkaitan antara satu dengan lainnya. Sedangkan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang langkah-langkah 57

untuk mengidentifikasi obyek matematika, algoritma dan definisi. Analisis kemampuan konseptual dan prosedural siswa didasarkan pada hasil tes dan wawancara yang dilakukan dengan subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan soal tes yaitu siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan. Berikut pembahasan dari kemampuan pengetahuan konseptual dan kemampuan prosedural pengatahuan siswa: 1. Kemampuan pengetahuan Konseptual NO Subjek Tabel 1. Data Hasil Analisis Kemampuan Pengetahuan Konseptual Tingkat Kemampuan Pengetahuan Konseptual I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7 1. AK - - - - 2. WF - - - - Subjek AK hanya mampu mencapai indikator 1 kemampuan pengetahuan konseptual, hal ini meliputi kemampuan subjek untuk mengingat ulang konsep pecahan dan mampu mngerjakan soal no 2 dengan benar. AK juga mampu menyebutkan konsep pecahan dengan baik. AK juga mampu mencapai indikator ke 5 yaitu mengembangkan syarat perlu yaitu konsep KPK dalam soal tes no 3. Untuk subjek WF mampu mengulang dan mengingat kembali konsep KPK. WF juga mampu mencapai indikator 3 yaitu mampu membuat satu bentuk contoh pecahan. Selanjutnya subjek WF juga mampu mencapai indikator 5 ditunjukkan dengan mampu menerapkan dan mengembangkan konsep pecahan. 2. Kemampuan Pengetahuan Prosedural No Tabel 2. Data Hasil Analisis Kemampuan Pengetahuan Prosedural Subjek Tingkat Kemampuan Pengetahuan Prosedural I.1 I.2 I.3 1. AK - 2. WF - Subjek AK hanya mampu mencapai indikator 2 kemampuan prosedural, hal ini meliputi kemampuan subjek mampu mencobakan dan menerapkan konsep pecahan dengan benar. 58

Subjek AK juga mampu mencapai indikator 3 kemampuan prosedural dibuktikan AK mampu menyelesaikan soal no 1 dengan benar, serta mampu menjelaskan langkah-langkah mengerjakan soal nomor 1 dengan benar. Subjek WF juga hanya mampu mencapai indikator 2 kemampuan pengetahuan prosedural dibuktikan WF juga mampu mencobakan dan menerapkap konsep pecahan pada soal no 3. Dengan demikian berdasarkan pembahasan dan penjelasan di atas, subjek AK dan WF belum ada yang mampu mencapai semua indikator-indikator kemampuan konseptual dan prosedural. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian belum memiliki kemampuan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural merupakan aspek yang penting dan saling terkait penggunaannya untuk menyelesaikan soalsoal matematika. Pengetahuan konseptual yang tidak didukung oleh pengetahuan prosedural akan mengakibatkan siswa memiliki intuisi yang baik tentang suatu konsep tetapi tidak mampu menyelesaikan suatu masalah. Di lain pihak, pengetahuan prosedural yang tidak didukung oleh pengetahuan konseptual akan menyebabkan siswa dapat memberikan jawaban dari soal tetapi tidak memahami apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, siswa dituntut memiliki kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural yang baik agar dapat memahami apa yang mereka pelajari secara mendalam. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada siswa yang mampu mencapai semua indikator kemampuan pengetahuan konseptual dan prosedural. Siswa hanya mampu mencapai indikator 1 dan indikator 5 pada kemampuan pengetahuan konseptual. Kemampuan ini ditunjukkan siswa dengan cara menyatakan ulang sebuah konsep dan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mampu menguasai konsep-konsep yang berhubungan dengan konsep pecahan, sehingga siswa belum mampu menyelesaikan permasalahan soal pecahan dengan konsep yang baik dan tepat. Untuk siswa dengan kemampuan prosedural hanya mampu memenuhi indikator 2 dan indikator 3. Kemampuan prosedural pada ditunjukkan dengan siswa mampu mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa dan dapat membuktikan kebenarannya. 59

5.2 Saran Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru lebih memperhatikan kemampuan konseptual dan prosedural siswa dalam menyelesaikan soal matematika guna meningkatkan hasil studi siswa. Guru dapat menganalisis kemampuan konseptual dan prosedural secara berkala kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan prosedural dalam menyelesaikan permasalahan matematika. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suratman. D. (2011). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Cakrawala Kependidikan.Vol 9, No 2. Untan.ac.id Suwarto. (2013). Dimensi Pengetahuan. Jakarta: PT Kanisius. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI) Widdiharto, Rachmadi. (2008). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Paket fasilitasi pemberdayaan KKG/MGMP Matematika: http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/22-diagnosis-kesulitan-belajar-matematika-smp- Rachmad.pdf. 60