Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

1 Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I peran penting dalam kelanjutan generasi penerus bangsa (Manuaba, 2009).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2014 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN USIA DENGAN KEJADIAN MYOMA UTERI DI BANGSAL SAKINAH RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

KEJADIAN MIOMA UTERI PADA AKSEPTOR HORMONAL

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No.

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD 45 Kuningan Periode 01 Januari 30 November Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RSUD dr. H SOEWONDO KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Adapun Komplikasi

PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN IUD POST PLASENTA. Risneni*, Mugiati*

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI: MIOMA UTERI DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap. kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekadeusia

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Yulrina Ardhiyanti, Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN POST DATE DI RSUD BANGKINANG TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

BAB II. Uterus (rahim) 7-7,5 cm lebar di. ini pada. estrogen. estrogen Menopause, uterus. normal 15

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI Novita Rudiyanti*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail : rudiyantinovita@yahoo.com Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg (Indra, 2012). Data RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek menunjukan kejadian mioma uteri tahun 2013 sebesar 10,4% dan tahun 2014 naik menjadi 11,8%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia menarche dan paritas dengan kejadian mioma uteri di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek tahun 2014.Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control, dilakukan pada bulan September November 2015, populasi adalah 941 responden, kelompok populasi kasus yaitu pasien yang terdiagnosa mioma uteri sebanyak 99 kasus, kelompok populasi kontrol yaitu seluruh populasi yang terdiagnosis selain mioma uteri yaitu sebanyak 842, jumlah sampel 68 orang, alat pengumpulan data adalah ceklist dengan tehnik dokumentasi. Analisis data adalah univariat, bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menyimpulkan dari 68 responden, usia menarche banyak pada usia dini yaitu 51,4%, multipara yaitu 58,8%. Ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri (P- value=0,020 dan OR=4,418). Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mioma uteri (P- value=0,027 dan OR=3,519). Peneliti menyarankan agar menjaga keseimbangan hormon tubuh agar pengeluaran estrogen yang menjadi penyebab mioma uteri dapat sesuai kebutuhan tubuh melalui pola makan yang baik dan mempunyai anak lebih dari satu. Kata Kunci: Usia menarche, paritas dan mioma uteri LATAR BELAKANG Masalah kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) (Manuaba, 2010). Hasil penelitian, wanita lebih rentan terkena berbagai penyakit dari pada lakilaki. Salah satu penyakit yang ditakutkan oleh para wanita adalah penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita seperti mioma uteri (Parker, 2007). uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid. atau disebut juga leiomioma atau fibroid adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. bertumbuh dengan mendorong perbatasan dengan sebuah kapsul palsu, dan bisa tumbuh menjadi sangat besar. Tempat pertumbuhan yang paling sering adalah didalam korpus uteri (Mansjoer, 2007). Diperkiraan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di negara maju angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) dengan pertumbuhan [233]

mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg (Indra, 2012). Data RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek sebagai rumah sakit rujukan di Propinsi Lampung menunjukan kejadian mioma uteri tahun 2013 sebesar 10,4% dan tahun 2014 naik menjadi 11,8%. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat (Saifuddin, 2010). uteri dapat menimbulkan berbagai dampak diantaranya yaitu torsi (putaran tangkai), nekrosis dan infeksi yang menimbulkan terjadinya sindrome abdomen akut, perdarahan, leukore, disminore, degenerasi ganas, poliuria, retensio urine, obstipasi, dan infertilitas (Wiknjosastro, 2010). Dampak mioma uetri dalam kehamilan yaitu abortus, kelainan letak, plasenta previa, plasenta akreta, inersia uteri dan jika letaknya didekat serviks dapat menimbulkan perdarahan post partum (Sulaiman, 2010). Penelitian World Health Organisation (WHO) menyebutkan penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri tahun 2010 sebanyak 1,95%, dan tahun 2011 sebanyak 2,04%. Perihal penyebab pasti terjadinya tumor mioma belum diketahui. uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang dimulut rahim. Bentuk tumor biasnya tunggal maupun multipel dan umumnya tumbuh dalam otot yang dikenal dengan intramanual mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh dalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar (Mansjoer, 2007). Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya mioma uteri diantaranya umur, usia menarche, riwayat keluarga, ras, paritas, berat badan (obesitas) dan makanan (Parker, 2007). Statistik menunjukan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun (Winkjosastro, 2007). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen (Victory, 2006). Marshall dan Faerstein mengemukakan insidensi mioma uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini (<10 tahun) ditemukan meningkatkan resiko relatif mioma uteri, dan menarche lambat (>16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri (Parker, 2007). Paritas lebih sering terjadi pada multipara atau pada wanita yang relatif infertil,tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan miom atau sebaliknya mioma yang menyebabkan infertilitas. uteri banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan satu kali, mioma uteri terjadi 74% pasien dengan paritas multipara, dan 135 pasien dengan paritas nulipara, dengan kata lain sebagian besar mioma uteri terjadi pada paritas multipara. Fungsi ovarium diperkirakan ada kolerasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Usia Menarche, Paritas dan Berat Badan Dengan Kejadian Uteri di RSUD Dr. Hi Abdoel Moeloek Propinsi Lampung tahun 2014. METODE Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Case Control yang merupakan penelitian atau penelaah [234]

hubungan antara dua variabel pada situasi atau sekelompok subjek secara retrospektive. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita penderita penyakit ginekologi yang dirawat di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Prop. Lampung tahun 2014 yang berjumlah 941 orang. Kelompok populasi kasus yaitu pasien yang terdiagnosa mioma uteri sebanyak 99 kasus. Kelompok populasi kontrol yaitu seluruh populasi yang terdiagnosis selain mioma uteri yaitu sebanyak 842. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Perbandingan kasus dan kontrol sebesar 1:1 sehingga didapat kelompok kasus 34 orang dan kelompok kontrol 34 orang, untuk pengambilan sampel mengunakan sistematik random sampling. Cara menentukan kelompok kasus yaitu 99 dibagi 34 yaitu 3, medical record diberi no urut 1-99 lalu secara berurutan yang diambil kelipatan 3. Cara menentukan kelompok kontrol yaitu 842 dibagi 34 yaitu 25, medical record diberi no urut 1-842 lalu secara berurutan yang diambil kelipatan 25. Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medik tahun 2014 di instalasi catatan medik RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Prop. Lampung. Alat ukur adalah alat-alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran terhadap sampel atau subjek yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan ceklist yang akan diisi data pasien berdasarkan catatan medik tahun 2014 di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Prop. Lampung yang terisi dengan lengkap. Teknik pengukuran secara dokumentasi. Data yang terkumpul akan dianalisis univariat dan analisis bivariat dengan mengunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%, (α = 0,05). Analisa Bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel dependent dan variabel independent yaitu dengan menggunakan uji chi square. HASIL Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche Usia Menarche f % Menarche Dini 22 32,4 Menarche Normal 35 51,4 Menarche Lambat 11 16,2 Jumlah 68 100 Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel usia menarche menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami menarche pada usia normal yaitu 51,4%. Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Paritas f % Nullipara 5 7,4 Primipara 23 33,8 Multipara 40 58,8 Jumlah 68 100 Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel paritas menunjukan bahwa sebagian besar responden multipara yaitu 58,8%. Tabel 3: Distribusi Responden Menurut Usia Menarche dan Uteri Uteri Usia Tidak Total p OR Menarce value f % f % f % Dini 16 47,1 6 17,6 22 32,4 Normal 18 52,9 28 82,4 46 67,6 0,02 4,14 Jumlah 34 100 34 100 68 100 Tabel di atas menjelaskan hasil analisis hubungan antara usia menarche dengan mioma uteri diperoleh bahwa diantara responden yang mengalami mioma uteri terdapat 16 (47,1%) responden menarche pada usia dini dan 18 (52,9%) responden yang menarche pada usia normal. Hasil uji statistik diperoleh nilai P- value=0,020, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan mioma uteri. [235]

Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=4,148, artinya responden yang mengalami menarche pada usia dini mempunyai presiko 4,148 kali menderita mioma uteri dibandingkan dengan responden yang mengalami menarche pada usia normal. Tabel 4: Distribusi Responden Menurut Paritas dan Uteri Uteri Total Paritas Tidak p OR value f % f % f % Nullipara & 19 55,9 9 26,5 28 41,2 Primipara 0,027 3,519 Multipara 15 44,1 25 73,5 40 58,8 Jumlah 34 100 34 100 68 100 Tabel di atas menjelaskan hasil analisis hubungan antara paritas dengan mioma uteri diperoleh bahwa diantara responden yang mengalami mioma uteri terdapat 19 (55,9%) responden nullipara dan primipara dan 15 (44,1%) responden yang multipara. Hasil uji statistik diperoleh nilai P- value=0,027, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan mioma uteri. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,519, artinya responden yang mempunyai paritas nullipara dan primipara mempunyai presiko 3,519 kali menderita mioma uteri dibandingkan dengan responden yang mempunyai paritas multipara. PEMBAHASAN Hubungan Usia Menarche dan Uteri Hasil analisis hubungan antara usia menarche dengan mioma uteri diperoleh bahwa diantara responden yang mengalami mioma uteri terdapat 16 (47,1%) responden menarche pada usia dini dan 18 (52,9%) responden yang menarche pada usia normal. Hasil uji statistik diperoleh nilai P- value=0,020, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan mioma uteri. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=4,148, artinya responden yang mengalami menarche pada usia dini mempunyai presiko 4,148 kali menderita mioma uteri dibandingkan dengan responden yang mengalami menarche pada usia normal. Hal ini sesuai dengan Hasil penelitian di RSUD M. Yunus Bengkulu tahun 2011 yaitu ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri nilai p=0,000 < α 0,05 serta usia manarche merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi mioma uteri dengan nilai OR 13.623. Penelitian Devy Isella Liyani tahun 2011 menunjukan bahwa ada hubungan antara usia menarche (P=0,007). tumbuh meningkat pada wanita dengan paparan estrogen yang lebih awal dan lama seperti pada wanita dengan menarche dini. Banyaknya estrogen dalam darah wanita yang terkena mioma dan tidak terkena mioma sebenarnya sama, tetapi banyaknya estradiol pada wanita dengan mioma lebih tinggi daripada wanita yang tidak terkena mioma. Hal ini disebabkan karena pada wanita dengan mioma uteri memiliki sedikit enzim yang dapat mengubah senyawa estradiol ke estrone sehingga tumpukan senyawa estradiol lebih banyak dan akan meningkatkan pertumbuhan mioma. Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian Victory dkk. (2006) yang mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Selain itu, Marshall dkk (1998) dan Faerstein (2001) mengemukakan insidensi mioma uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini (<10 tahun) ditemukan meningkatkan risiko relatif mioma uteri, dan menarche lambat (>16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri (Parker, 2007). Hasil penelitian diatas juga menunjukan terdapat 52,9% responden yang mengalami menarche pada usia normal tahun tapi menderita mioma uteri. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor resiko lain diantaranya umur, riwayat [236]

keluarga, ras, paritas, berat badan (obesitas) dan makanan (Parker, 2007). Selain faktor resiko terdapat pula faktor penyebab yaitu hormon estrogen. uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Berdasarkan hasil penelitian dan teori maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama dan banyak paparan estrogen pada tubuh akan meningkatkan terbentuknya mioma uteri sehingga diharapkan agar dapat menjaga keseimbangan hormon tubuh agar pengeluaran estrogen sesuai dengan kebutuhan tubuh. Keseimbangan hormon dapat dicapai dengan menjaga pola makan yaitu makanan seimbang, olahraga dan pengunaan alat kontrasepsi non hormonal. Deteksi dini adanya mioma uteri dengan melihat tanda dan gejala serta pemeriksaan gynekologi sangat penting dilakukan bagi perempuan yang telah memasuki masa reproduksi. Hubungan Paritas dengan Uteri Hasil analisis hubungan antara paritas dengan mioma uteri diperoleh bahwa diantara responden yang mengalami mioma uteri terdapat 19 (55,9%) responden nullipara dan primipara dan 15 (44,1%) responden yang multipara. Hasil uji statistik diperoleh nilai P- value=0,027, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan mioma uteri. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,519, artinya responden yang mempunyai paritas nullipara dan primipara mempunyai presiko 3,519 kali menderita mioma uteri dibandingkan dengan responden yang mempunyai paritas multipara. Hal ini sesuai dengan penelitian Lewellyn, 2001 yang menyatakan lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya mempunyai 1 anak. Resiko terjadinya mioma uteri akan menurun dari 20%-50% dengan melahirkan minimal 1 orang anak. Penelitian Chen menemukan bahwa resiko menurun hingga 70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih. Penelitian di RSUD dr. Moewardi Surakarta periode 2009-2010 menghasilkan jumlah kasus mioma uteri terbanyak pada wanita nullipara sebesar 24,56%, primipara sebesar 21,05%, paritas 2 sebesar 20,18%, paritas 3 sebesar 19,30%, paritas 4 sebesar 8,77%, paritas 5 sebesar 6,12%. uteri memiliki karakteristik yang serupa dengan miometrium normal selama kehamilan, termasuk peningkatan produksi matriks ekstraseluler dan peningkatan eksresi reseptor hormon steroid dan peptida. Miometrium selama postpartum kembali pada keadaan normal baik dalam ukuran dan aliran darah melalui proses apoptosis dan dediferensiasi. Proses remodeling ini berperan dalam involusi miom yang responsible. Teori lain menyatakan bahwa suplai darah ke miom akan berkurang selama involusi uterus akibat nutrisi yang ikut berkurang. uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya mempunyai 1 anak. Semakin meningkatnya jumlah kehamilan maka akan menurunkan insiden mioma uteri. Resiko terjadinya mioma uteri akan menurun dari 20%-50% dengan melahirkan minimal 1 orang anak. Sekresi estrogen wanita hamil sifatnya sangat berbeda dengaan sekresi oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil yaitu hampir separuh estriol, suatu estrogen yang relatif lemah daripada estradiol yang disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan wanita yang tidak pernah hamil atau melahirkan, estrogen yang ada ditubuhnya adalah murni estrogen yang dihasilkan ovarium yang semuanya digunakan untuk proliferasi jaringan uterus (Guyton, 2001). [237]

Paritas lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan miom atau sebaliknya mioma yang menyebabkan infertilitas. uteri banyak terjadi pada wanita dengan nullipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan satu kali atau lebih, mioma uteri terjadi 74% pasien dengan paritas nullipara, dan 26% pasien dengan paritas multipara, dengan kata lain sebagian besar mioma uteri terjadi pada paritas nullipara. Fungsi ovarium diperkirakan ada kolerasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat 44,1% responden yang multipara namun menderita mioma uteri. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ita Rahmi tahun 2012 menunjukan Paritas Multipara mempunyai resiko terjadinya mioma uteri yaitu mayoritas sebesar 38 responden dengan persentase 59,4%. uteri tidak hanya disebabkan oleh faktor resiko paritas, namun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi diantaranya Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors). Beberapa faktor resiko lain diantaranya umur, riwayat keluarga, ras, paritas, berat badan (obesitas), makanan, latihan, merokok dan kehamilan (Parker, 2007). Berdasarkan hasil penelitian dan teori maka dapat disimpulkan bahwa semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka akan menurunkan faktor resiko terjadinya mioma uteri. Persalinan dan proses pemulihan organ reproduksi pada masa nifas membuat mioma uteri kekurangan supply darah sehingga menjadi semakin kecil dan menghilang. Diharapkan bagi responden yang mempunyai faktor resiko dianjurkan mempunyai anak lebih dari 1 sehingga dapat menurunkan resiko terkena mioma uteri. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Variabel usia menarche menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami menarche pada usia normal yaitu 51,4%. Variabel paritas menunjukan bahwa sebagian besar responden multipara yaitu 58,8%. Ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri (Pvalue=0,020 dan OR=4,418). Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mioma uteri (Pvalue=0,027 dan OR=3,519) Bagi tempat praktik Deteksi dini tentang gejala mioma uteri terutama di pelayanan Poliklinik Kebidanan lebih ditingkatkan agar penanganan miom uteri dapat segera dilakukan agar tidak berkembang menjadi komplikasi lebih lanjut yang membahayakan nyawa pasien. Pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien yang berkunjung kerumah sakit tentang faktor-faktor yang dapat memicu pertumbuhan mioma uteri. Pemberian informasi ini dapat melalui pemasangan poster, leaflet, dan penyuluhan atau konseling serta penanganan yang tepat dan cepat DAFTAR PUSTAKA Devy Isella Liyani, 2011. Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Uteri di RSUD Tugu Rejo Semarang Jones, Derek Lewellyn, 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : Hipocrates Manuaba, I.B.G. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta. EGC [238]

Parker, W.H. 2007. Etiologi, Symptomaatology & Diagnosis of Uterine Myomas, Departemen of Obstetric & Gynecology UCLA School Medicine, California: American Society For Reproduktive Medicine. Saifudin, 2010. Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Sulaiman, Sastrawinata, 2010. Ginekologi. Bandung: Elstar Offset Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo [239]