1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami dalam kehidupan perempuan sejak masa pubertas dan akan berakhir saat menopause. Perdarahan yang terjadi selama menstruasi berlangsung antara 3-5 hari setelah melewati satu siklus menstruasi dengan rata rata 28 hari (Kaur, 2009). Ketidakseimbangan hormonal yang terjadi selama siklus menstruasi terutama pada fase luteal mempengaruhi kondisi fisik, kondisi psikologis dan perilaku pada seorang wanita (Moreno, 2015). Lebih dari delapan puluh lima persen wanita mengeluhkan keadaan atau kondisi yang dialami terutama sebelum menstruasi (Biggs, 2011). Kumpulan gejala fisik dan kejiwaan yang dialami antara 1 2 minggu sebelum menstruasi dan menghilang setelah terjadi perdarahan disebut sebagai sindrom pramenstruasi (Barclift, 2010). Angka kejadian sindrom pramenstruasi cukup tinggi, yaitu terjadi pada 70 90% wanita pada usia reproduktif dan lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20 40 tahun (Saryono, 2009). Suatu penelitian melaporkan sebanyak 90 % wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi, 20 % diantaranya mempengaruhi aktivitas sehari hari dan 10 % sangat mengganggu. Sekitar 3 5 % wanita menunjukkan keluhan yang cukup
2 berat dan memenuhi kriteria Premenstrual Dysphoric Disorder atau PMDD (Retissu, 2010). Penelitian lain, menunjukkan bahwa empat puluh persen wanita usia reproduktif mengeluhkan kejadian sindrom pramenstruasi yang dialaminya, dengan lima persen merasakan keluhan yang berat sehingga menganggu aktivitas dan kehidupan sehari hari. (Omar, et.all, 2009). Selain menimbulkan keluhan fisik dan emosional pada wanita dan lingkungannya, kejadian sindrom pramenstrasi juga menimbulkan kerugian pada bidang okupasional. Masalah tersebut dikaitkan dengan penurunan produktivitas kerja akibat peningkatan absensi kehadiran serta terganggunya kegiatan ditempat kerja. Etiologi atau penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi belum diketahui secara pasti. Tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi, salah satunya adalah obesitas. Wanita dengan skor indeks massa tubuh lebih dari 30 mempunyai resiko tiga kali lebih tinggi mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan wanita skor indeks massa tubuhnya yang kurang dari 30 (Masho et al., 2005). Indeks Massa Tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi seseorang, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan berlebih dapat berkaitan dengan berlebihnya kadar lemak dalam tubuh. Kadar lipid atau lemak dalam tubuh dapat mempengaruhi produksi beberapa hormon yang bekerja selama
3 terjadinya siklus menstruasi, terutama hormon estrogen, sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi. Data maupun informasi mengenai bagaimana indeks massa tubuh dapat mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi dirasa masih sedikit dan kurang menjelaskan mengenai hubungan yang ada, maka dari itu peneliti bermaksud melakukan penelitian tersebut. Sangat diharapkan setelah dilaksanakannya penelitian ini, dapat memberikan informasi tambahan mengenai sindrom pramenstruasi yang dialami sebagian besar wanita diseluruh dunia. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dipilih sebagai sampel dalam melakukan penelitian, dikarenakan bervariasinya berat badan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dan aksesibilitas yang memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui prevalensi obesitas dan kejadian sindrom pramenstruasi yang dialami mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. 1.2. Masalah Penelitian 1.2.1. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan permasalahan sebagai berikut: a. Timbulnya perubahan fisik dan emosional yang terjadi selama 1 2 minggu sebelum mengalami menstruasi dialami setiap wanita
4 b. Sindrom pramenstruasi memberikan akibat berupa terganggunya aktivitas sehari-hari dan produktivitas dalam pekerjaan c. Berbagai faktor resiko dapat mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi, seperti usia, obesitas, konsumsi rokok, tingkat stres, keturununan serta pola makan. d. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh, mempengaruhi produksi hormon estrogen yang secara tidak langsung meningkatkan kejadian sindrom pramenstruasi e. Penentuan kadar lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh dengan total skor lebih dari tiga puluh mempunyai resiko tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan indeks massa tubuh kurang dari 30. 1.2.2. Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka pertanyaan penelitian ini yaitu : Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada
5 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. 1.3.2. Tujuan khusus a. Mengetahui prevalensi sindrom pramenstruasi yang dialami mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. b. Mengetahui faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis 1.4.1.1. Bagi peneliti. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam menganalisa dan mengidentifikasi hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindrom pramenstruasi. 1.4.1.2. Bagi institusi pendidikan. Menambah refrensi di bidang obstetrik dan ginekologi serta dapat memperkaya bahan bacaan di perpustakaan sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan untuk orang lain dan bahan penelitian selanjutnya. 1.4.2. Praktis 1.4.2.1. Bagi mahasiswi FK UKDW. Memberikan informasi mengenai gambaran kejadian sindrom pramenstruasi yang ditinjau dari indeks massa tubuh.
6 1.4.2.2. Bagi tempat penelitian. Memberikan masukan dan informasi mengenai kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswi dengan berbagai kategori indeks massa tubuh. 1.4.2.3. Bagi petugas kesehatan. Memberikan masukan dan informasi bagi 1.5. Keaslian Penelitian petugas kesehatan tentang hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindrom pramenstruasi sehingga dapat meningkatkan pelayanan medis yang efektif dan efisien berdasarkan informasi yang didapatkan dari penelitian ini. Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti, Judul Penelitian Desain Sampel Hasil Tahun Penelitian Pratita, 2013 Hubungan antara Cross Total sampel Tidak terdapat Derajat Sindrom sectional sebanyak 63 hubungan antara Pramenstruasi dan orang, dengan derajat sindrom Aktivitas Fisik dengan 33 orang pramenstruasi Perilaku Makan pada perilaku dengan perilaku Remaja Putri makan sesuai makan pada dan 30 orang remaja putri, nilai perilaku p = 0,132 makan tidak sesuai. Retissu, 2010 Hubungan indeks Cross Total sampel Terdapat massa tubuh dengan sectional sebanyak 75 hubungan antara sindroma pramenstruasi orang, dengan indeks massa 36 orang tubuh dengan kategori sindrom overweight pramenstruasi, dan 39 orang nilai p = 0,026 kategori nonoverweight
7 Dewi, 2013 Hubungan kadar Cross Total sampel Hubungan kadar kolesterol, IMT, lingkar sectional sebanyak 30 kolesterol dengan pinggang dengan orang, dengan derajat sindrom derajat premenstrual 15 orang pramenstruasi, syndrome pada wanita dengan IMT nilai p = 0,140. usia subur normal, dan Indeks Massa 15 orang Tubuh dengan dengan IMT derajat sindrom obesitas. pramenstruasi, nilai p = 0.007. Lingkar pinggang dengan derajat sindrom pramenstruasi, nilai p = 0.07 Omar et. all, Sindrom pramenstruasi Cross Total sampel Tidak terdapat 2009 dan terapi pengobatan sectional sebanyak 158 hubungan pada perempuan orang dengan bermakna antara Malaysia di klinik 94 orang premenstrual kesehatan primer. tidak syndrome dengan melakukan usia, status terapi maritas, siklus pengobatan, menstruasi dan dan 64 orang usia menarche, melakukan nilai p = 0,034 terapi pengobatan. Czajkowska Siklus menstruasi dan Studi Total sampel Sindrom et. al, 2015 prevalensi sindrom prospektif sebanyak 125 pramenstruasi pramenstruasi pada atlit orang, terdiri terjadi pada dewasa. dari 75 atlit 49,33% atlit wanita dan wanita sedangkan kelompok pada wanita nonkontrol 50 atlit sebesar 32%, wanita sehat nilai p = 0,045. yang bukan atlit.