PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan masyarakat tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki peranan penting dan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di sekitar pantai. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk menghindari abrasi laut, dan berperan untuk memperluas daratan, sebagai pelindung pantai, penahan angin, pengendali banjir dan penyerap logam berat, bahan berbahaya dan beracun serta peningkatan produktivitas perikanan (persemaian biota laut), sehingga kelestarian daya dukung ekosistem mangrove memiliki arti vital bagi pembangunan. Pentingnya fungsi ekosistem mangrove bagi kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, menyebabkan perlunya dijaga kelangsungan hutan ini, dalam artian memulihkan dan melestarikan fungsinya untuk meningkatkan manfaat yang dapat diambil dari ekosistem mangrove tersebut. Fungsi pelestarian ekosistem mangrove itu sangat dikehendaki, namun kenyataannya keadaan ekosistem itu sebagian telah mengalami kerusakan. Hutan dan masyarakat sekitar hutan mempunyai saling ketergantungan. Kondisi masyarakat yang berada di sekitar hutan mendorong mereka untuk memanfaatkan fungsi hutan secara terus menerus tanpa menyadari akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan hutan untuk menyangga kehidupan sosial ekonomi sangat terasa apabila hutan sudah mulai rusak. Saenger (1983) menyatakan bahwa fungsi ekosistem mangrove mencakup:
fungsi fisik; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis; tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai biota. Fungsi ekonomi; sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan dan lain-lain. Secara historis pengetahuan masyarakat lokal tentang pengelolaan hutan telah cukup memadai, namun peningkatan terus menerus kualitas teknis dan produktivitas lahan hutan masih cukup relevan untuk dilakukan saat ini, terutama untuk menghindari ekstraktivitas dalam pengusahaan sumberdaya hutan. Selain itu, pengelolaan hutan di masa mendatang juga menuntut adanya kelembagaan masyarakat yang fungsional dan mandiri, yang banyak di syaratkan oleh pemerintah (Awang dkk., 2000). Kelembagaan yang fungsional dan mandiri tersebut penting agar hak dan akses pengelolaan yang akan di berikan tidak di terapkan dalam skema penguasaan yang horizontal dan anarkis, melainkan melalui pendekatan kolektif yang diorientasikan kepada kesejahteraan seluruh masyarakat. Dengan demikian, obsesi menjadikan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga lokal yang ada di masyarakat untuk peran pengaturan fungsi hutan yang menyelaraskan kepentingan ekonomi dan konservasi dapat terlaksana (Awang dkk., 2000). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bentukbentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove dengan mengkaji perbedaan mekanisme dan output dari bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove dan bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih baik, agar
kelangsungan eksistensi jasa lingkungan dan modal alam yang ada di ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan terus menerus untuk kelangsungan hidup lintas generasi, baik pada saat ini maupun saat yang akan datang. Perumusan Masalah Pemanfaatan ekosistem mangrove saat ini cenderung bersifat merusak, sehingga menyebabkan penurunan luas ekosistem mangrove dari waktu ke waktu. Eksploitasi ekosistem mangrove yang berlebihan, konversi ekosistem mangrove menjadi kawasan tambak, industri, pemukiman, dan pertanian merupakan penyebab utama menurunnya luasan ekosistem mangrove. Luasan ekosistem mangrove ini terus mengalami penyusutan akibat berbagai tekanan, terutama penebangan liar dan konversi ekosistem mangrove yang tidak terkendali menjadi areal tambak. Kondisi ini diperparah oleh desakan penduduk dalam memenuhi keperluan hidup, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Untuk meminimalisasi rusaknya ekosistem mangrove diperlukan berbagai upaya, diantaranya melalui pengembangan model pelestarian mangrove dengan melibatkan masyarakat sekitar. Selain itu, pengelolaan hutan di masa mendatang juga menuntut adanya kelembagaan masyarakat yang fungsional dan mandiri. Hal tersebut penting agar hak dan akses pengelolaan yang akan diberikan tidak diterapkan dalam skema penguasaan yang horizontal dan anarkis, melainkan melalui pendekatan kolektif yang diorientasikan kepada kesejahteraan seluruh masyarakat. Dengan demikian, obsesi menjadikan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga lokal yang ada di masyarakat untuk peran pengaturan fungsi hutan yang menyelaraskan kepentingan ekonomi dan konservasi dapat terlaksana.
Adapun ruang lingkup kajian penelitian mengenai kelembagaan pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai adalah untuk mengetahui : 1. Bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove? 2. Struktur kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove? 3. Perbedaan mekanisme dan output dari bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove? 4. Persepsi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Untuk mengetahui struktur kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk mengetahui perbedaan mekanisme dan output dari bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai. 4. Untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi pihak-pihak dalam mempertimbangkan kebijakan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Kabupaten Serdang bedagai untuk masa yang akan datang. 2. Mendapatkan bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan ekosistem mangrove yang lebih baik. 3. Sebagai informasi bagi masyarakat luas dan Serdang Bedagai khususnya tentang kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan ekosistem mangrove.