TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di subdistrito Ainaro Vila dan Suco Nugufu, distrito

IV. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

1 Widyaningtyas et al., Analisis Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika Di Desa Karagpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember PERTANIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

IV. METODE PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PEMASARAN TOMAT (Lycopersicum esculentum L. Mill.) DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

MARGIN PEMASARAN BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum morifolium) DI KELURAHAN KAKASKASEN DUA KECAMATAN TOMOHON UTARA

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

IV. METODE PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

ANALISIS PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN KUPANG DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU DAN TAMPILAN PASAR

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

IV. METODE PENELITIAN

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan oleh Sabang (2008), tentang Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode pengumpulan data pada penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode acak sederhana (simple random sampling ) dan untuk menentukan lembaga pemasaran yang terkait menggunakan metode bola salju (snowball sampling). Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran menggunakan biaya pemasaran, margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan share pemasaran. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa saluran pemasaran tomat di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan saluran tingkat dua yaitu dari petani produsen ke pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sampai produksi tomat tersebut sampai ke tangan konsumen. Margin yang diterima pedagang pengumpul dari empat responden sebesar Rp. 4.500,00/ kg dengan rata-rata Rp 1.125,00/responden, sedangkan margin yang diterima pedagang pengecer dari enam responden sebesar Rp.7.000,00/ kg dengan rata-rata Rp. 1.166,67/ responden. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 3.533,12/ kg dengan rata-rata Rp. 883,28/ responden, sedangkan keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp. 4.961,68/kg dengan rata-rata Rp. 8

9 826,95/responden. Share yang diterima petani sebesar 64,29 %, pedagang pengumpul 81,81% dan pedagang pengecer 100,00 %. Berdasarkan penelitian terdahulu, perbedaan pada penelitian ini adalah tidak adanya perhitungan elastisitas transmisi untuk menentukan efisiensi pemasaran. Persamaan penelitian ini dengan penelitian dahulu adalah melakukan analisis pola saluran pemasaran, fungsi fungsi pemasaran, melakukan perhitungan share pemasaran, margin pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Penelitan dilakukan oleh Watiha dkk (2012), tentang Analisis Saluran Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran Pupuk Bersubsidi Di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas. Metode analisis pada penelitian menggunakan deskriptif dengan menekankan terhadap perhitungan efisiensi pemasaran, price spread, share margin, dan margin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pola distribusi pupuk bersubsidi pada daerah penelitian memilik pola saluran pemasaran dari produsen distributor pengecer resmi pengecer binaan konsumen. Kriteria keputusan apabila nilai efisiensi < 5% di katakan efisien dan nilai efisiensinya > 5% di katakan tidak efisien (Haripudin, dkk, 2011). Nilai efisiensi pemasaran pada lembaga distributor pupuk organik adalah 6.01% maka bisa di katakan pemasarannya tidak efisien dan begitupula pada lembaga pemasaran pengecer resmi di mana untuk pupuk organik itu sendiri sebesar 5.67% maka juga di katakan tidak efisien. Hal ini dapat terjadi di karenakan nilai margin

10 pemasaran yang di keluarkan oleh lembaga distributor dan pengecer resmi lebih besar jika di bandingkan biaya pemasaran yang di keluarkan oleh kios binaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, persamaan penelitian yang dilakukan meliputi analisis pola saluran pemasaran, efisiensi pemasaran, share harga dan margin pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan dahulu terletak pada perhitungan elastisitas transmisi untuk menentukan efisiensi pemasaran produk di PT. Mulya Agro Bioteknologi. Penelitian dilakukan oleh Harifuddin dkk (2011), tentang Analisis Margin Dan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep. Metode analisis pada penelitian menggunakan deskriptif dengan menekankan terhadap perhitungan margin pemasaran, persentase margin, keuntungan pemasaran, dan efisiensi pemasaran. Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 pola saluran pemasaran dari petani rumput laut desa Mandalle yaitu : (a) Petani/Produsen Pedagang pengumpul Pedagang Besar Eksportir, (b) Petani/Produsen Pedagang Pengumpul Eksportir. Perolehan margin pada saluran I sebesar Rp. 750 per Kg. Sedangkan pada saluran pemasaran II margin rata-rata yang diperoleh masing-masing lembaga sebesar Rp. 750 per Kg. Saluran I, pedagang pengumpul lebih efisien jika dibandingkan dengan pedagang besar. Jumlah efisiensi yang diperoleh oleh lembaga pemasaran rumput laut pada saluran I sebesar 2,7 %. Pada saluran II, jumlah efisiensi yang diperoleh oleh pedagang pengumpul sebesar 2,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien daripada saluran yang panjang (Saluran I).

11 Berdasarkan penelitian terdahulu, persamaan penelitian yang dilakukan meliputi analisis pola saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan dahulu terletak pada perhitungan elastisitas transmisi untuk menentukan efisiensi pemasaran produk di PT. Mulya Agro Bioteknologi. Penelitian dilakukan oleh Widyaningtyas (2014), tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika Di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara terstuktur, studi dokumentasi, dan observasi langsung yang dilakukan untuk memperkuat hasil wawancara. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait seperti profil desa dan data dari Dinas Perkebunan. Efisiensi pemasaran dapat dlihat berdasarkan perbandingan nilai efisiensi pemasaran dari seluruh saluran pemasaran yang ada. Nilai efisiensi saluran pemasaran 1 merupakan nilai efisiensi pemasaran paling kecil yaitu 1,32%. Nilai efisiensi pemasaran 2 untuk olah kering yaitu sebesar 3,91%. Sedangkan nilai efisiensi pemasaran pada saluran 2 untuk kopi olah basah memiliki nilai efisiensi paling tinggi yaitu sebesar 16,19%. Saluran pemasaran 3 dan 4 memiliki nilai efisiensi pemasaran yang sama yaitu sebesar 1,40%. Saluran pemasaran 5 memiliki nilai efisiensi pemasaran sebesar 4,25%. Perbedaan nilai efisiensi pemasaran dipengaruhi oleh faktor biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran kopi arabika oleh lembaga-lembaga yang terlibat didalam saluran pemasaran. Berdasarkan hasil perhitungan nilai efisiensi pemasaran dapat dikatakan saluran pemasaran yang efisien untuk pemasaran kopi arabika ose kering adalah saluran pemasaran 1 (petani pedagang besar- UD Wijaya

12 Konsumen) karena memiliki nilai efisiensi pemasaran paling kecil yaitu 1,32%. Namun apabila ditinjau dari segi harga ditingkat petani, saluran pemasaran yang lebih efisien adalah saluran pemasaran kopi olah basah. Hal ini dikarenakan petani mendapatkan harga jual yang tinggi untuk kopi gelondong merah yaitu sebesar Rp. 4.200/Kg (5 kg = Rp. 21.000), sedangkan jika petani melakukan proses olah kering dengan perbandingan hasil 5 kg gelondong kopi menghasilkan 1 kg ose kering dengan harga Rp. 20.600. Berdasarkan penelitian terdahulu, persamaan penelitian yang dilakukan meliputi analisis pola saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan dahulu terletak pada perhitungan elastisitas transmisi untuk menentukan efisiensi pemasaran produk di PT. Mulya Agro Bioteknologi. Penelitian dilakukan oleh Supermini (2012), tentang Identifikasi Efisiensi Saluran Distribusi Pemasaran Kopi Bubuk Pada Perusahaan Mutiara. Metode analisis pada penelitian menggunakan deskriptif dengan menekankan pada identifikasi dan perhitungan efisiensi saluran distribusi pemasaran kopi bubuk pada perusahaan Mutiara yaitu: Perhitungan Marketing margin, Marketing efficiency, dan Profit margin pada masing-masing pola saluran distribusi pemasaran. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pola saluran distribusi yang diterapkan oleh perusahaan Mutiara Desa Batungsel Pupuan Tahun 2012 ada tiga yaitu: (a) pola saluran distribusi I (produsen konsumen), (b) pola saluran distribusi II (produsen pengecer konsumen), dan (c) pola saluran III (produsen pedagang besar pengecer konsumen). Tingkat efisiensi saluran distribusi pemasaran pada

13 perusahaan Mutiara Desa Batungsel Pupuan Tahun 2012 secara total pola I berada pada kategori sangat efisien, pola saluran II berada pada kategori efisien dan pola III berada pada kategori kurang efisien. Pola saluran distribusi yang paling efisien pada Perusahaan Mutiara Desa Batungsel Pupuan Tahun 2012 adalah pola saluran distribusi I (produsen konsumen). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka persamaan yang dilakukan pada penelitian saluran pemasaran produk bioteknologi organik PT. Mulya Agro Bioteknologi adalah menganalisis pola saluran pemasaran yang terjadi dan menganalisis share harga, margin pemasaran, distribusi margin dan efisiensi pemasaran pada masing- masing lembaga pemasaran terkait. Penambahan analisis pada penelitian ini yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu perhitungan elastisitas transmisi. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Pemasaran Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono 2002). Menurut Kotler (2009), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Thomson dalam Sudiyono (2002), menyatakan bahwa pemasaran pertanian adalah semua kegiatan dan aktivitas agen perdagangan yang

14 menghubungkan pergerakan bahan pangan pertanian terolah dan bahan baku, serta permintaan atau penawaran turunannya. Selanjutnya dalam mempelajari pemasaran pertanian terdapat lima pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Komoditi, dimana peneliti perlu menentukan komoditi yang akan diteliti. Setelah ditentukan komoditi yang dipelajari, maka peneliti harus mengikuti arus pegerakan komoditi pertanian tersebut dari produsen sampai konsumen terakhir serta menekankan dengan penggambaran mengenai apa yang dilakukan terhadap komoditi pertanian dan bagaimana suatu komoditi pertanian pertanian dipasarkan secara efisien. b. Pendekatan Lembaga, dimana peneliti harus menentukan lembaga-lembaga pemasaran mana saja yang ikut terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan lain-lain. c. Pendekatan Fungsi, dimana setelah mempelajari lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran, makan perlu dilihat fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran ini menjawab bagaimana sistem pemasaran diorganisasikan, sehingga dapat meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu komoditi komoditi pertanian. d. Pendekatan Teori Ekonomi, dimana pendekatan ini yaitu menelaah permasalah pertanian dalam teori ekonomi. Pada pendekatan ini digunakan konsep-kosnsep: penawaran, permintaan, pergeseran penawaran dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas, struktur

15 pasar persaingan murni, oligopoli/oligopsoni, monopoli/monopsoni, persaingan monopolistik dan monopsonitik. e. Pendekatan Sistem, dimana pendekatan sistem dalam penelitian pertanian diterapkan untuk menganalisis sistem pemasaran yang sangat sederhana sampai ke yang sangat rumit sekali. Persepsi dan orientasi pendekatan sistem sangat penting untuk menelaah pemasaran yang sangat kompleks dan masalah koordinasi pada masing-masing tahapan proses koordinasi dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pemasaran secara keseluruhan (Sudiyono 2002). 2.2.2 Saluran Pemasaran Menurut Walters dalam Dharmmesta (1999) dalam Suwarno (2006) saluran distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Saluran distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran. Saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan penting dalam manajemen pemasaran karena keputusan tentang saluran pemasaran yang akan dipilih ini akan mempengaruhi keputusan lainnya. Selanjutnya, untuk kelancaran distribusi produk harus ditetapkan saluran distribusi mana yang harus dipergunakan. Tanpa memperhatikan hal ini maka dapat menimbulkan hambatan dalam menyaluran produk. Dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam menentukan saluran distribusi yang akan digunakan ialah : (1) saluran-saluran yang dipilih mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan-keputusan lain di

16 bidang pemasaran, dan (2) penggunaan saluran distribusi berakibat bahwa perusahaan terkait pada perusahaan lain untuk jangka waktu yang relatif lama (Hahury 2010). Lembaga-lembaga pemasaran itu melakukan fungsi pemasaran sebagai berikut: A. Fungsi Pertukaran 1. Pembelian (buying) adalah memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu. 2. Penjualan (selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutupi ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba. B. Fungsi Fisik 1. Penyimpanan (storage) adalah fungsi penyimpanan barang- barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi. 2. Pengangkutan (transportation) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang akan dikonsumsi. 3. Pengolahan (processing) adalah fungsi pengolahan barang dari yang belum diolah (bahan baku) menjadi barang yang telah jadi atau bahkan yang siap untuk dikonsumsi. C. Fungsi Fasilitas 1. Pengepakan (packing) adalah fungsi pengemasan atau pengepakan barang pada saat diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi. 2. Pembiayaan (financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber luar guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran

17 3. Penentuan mutu (grading) adalah penentuan batas-batas dasar dalam pembentukan spesifikasi barang-barang hasil manufaktur 4. Penanggungan resiko (marketing loss) adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran. 5. Informasi pasar (market information) adalah fungsi untuk mengumpulkan dan penafsiran keterangan- keterangan tentang kebutuhan konsumen, harga dan sebagainya (Mubyarto 1997). 2.2.3 Margin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Marjin pemasaran dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang dianggap cukup berguna untuk mengukur suatu tingkat efisiensi (Carani 2006). Tomek dan Robinson (1977) dalam Carani (2006) mendefinisikan marjin pemasaran sebagai berikut (a) marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara produsen dan konsumen, dan (b) marjin pemasaran merupakan kumpulan balas jasa yang diterima oleh lembaga pemasaran. Dalam marjin pemasaran terdapat dua komponen yaitu komponen biaya pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. 2.2.4 Farmer's Share Farmer s share yaitu persentase harga yang diterima petani dibandingkan dengan harga jual pada pedagang pengecer. Farmer s share dalam suatu kegiatan pemasaran dapat dijadikan dasar atau tolak ukur efisiensi pemasaran. Semakin tinggi tingkat persentase farmer s share yang diterima petani maka dikatakan

18 semakin efisien kegiatan pemasaran yang dilakukan dan sebaliknya semakin rendah tingkat pesentase farmer s share yang diterima petani, maka akan semakin rendah pula tingkat efisiensi dari suatu pemasaran (Rosmawati 2011). Limbong dan Sitorus (1987) dalam Syaifullah (2014) Farmer s Share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani. Farmer s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani (farmer s share) semakin rendah (Dewi 2015) 2.2.5 Efisiensi Pemasaran Efisiensi kegiatan distribusi komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya mata rantai jalur distribusi dan besarnya margin keuntungan yang ditetapkan oleh setiap mata rantai tersebut. Semakin pendek mata rantai distribusi dan semakin kecil margin keuntungan yang ditetapkan, maka kegiatan distribusi tersebut semakin efisien (Tjahjono et al. 2008 dalam Widyastuti 2013). Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. (Soekartawi 1985 dalam Setiorini 2008).

19 2.2.6 Elastisitas Transmisi Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan persentase perubahan harga di tingkat konsumen dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Pada umumnya nilai elastisitas transmisi ini lebih kecil dari 1 (satu), artinya pada volume dan harga input konstan maka perubahan nisbi harga di tingkat petani pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat petani (Sudiyono 2002). Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat pengecer dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada produsen. Hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan nisbi dari harga eceran terhadap perubahan nisbi harga di tingkat produsen (Azzaino 1982). 2.2.7 Bioteknologi Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi (Sunarlim 2003). Moeljopawiro (2000a) dalam Sunarlim (2003) mengemukakan bahwa bioteknologi dalam arti luas didefinisikan sebagai penggunaan proses biologi dari

20 mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Sedangkan rekayasa genetika didefinisikan dalam arti luas sebagai teknik yang digunakan untuk merubah atau memindahkan material genetik (gen) dari sel hidup. Definisi yang lebih sempit, seperti yang digunakan oleh Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS) Departemen Pertanian Amerika, rekayasa genetika modifikasi genetik dari suatu orga-nisme dengan menggunakan teknologi rekombinan DNA. Biostarter adalah campuran dari beberapa jenis mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang hidup bersimbiosis satu sama lain. Biostarter dibuat dengan cara mencampurkan bahan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme, diantaranya yaitu bahan yang memiliki kandungan karbohidrat, air, vitamin dan mineral, kemudian bahan tersebut ditambah molase untuk menambah nutrien yang tersedia dari bahan (Rifki H 2011). 2.3 Kerangka Pemikiran PT. Mulya Agro Bioteknologi merupakan badan usaha yang bergerak pada bidang produksi bioteknologi organik. Produk yang dihasilkan berupa biostarter cair meliputi agen biodegradasi organik dan nutrisi organik cair. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2008 memulai melakukan perkembangan bisnisnya di wilayah Kabupaten Malang dengan pendistribusian barang yang sudah berada di beberapa wilayah Indonesia. Saluran pemasaran produk bioteknologi organik membahas tentang pola saluran pemasaran yang dilakukan perusahaan serta perhitungan di dalam efisiensi

21 pemasaran. Perhitungan yang dilakukan terkait margin pemasaran, distribusi margin, farmer s share atau share harga, elastisitas pemasaran dan efisiensi pemasaran. Analisis saluran pemasaran dapat memberikan masukan terhadap perusahaan agar mampu memilah saluran pemasaran yang tidak diperlukan. Saluran pemasaran yang efektif dan efisien diharapkan mampu menjadi tujuan perusahaan dengan meminimalisir biaya dan memaksimalkan keuntungan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Produsen (PT. Mulya Agro Bioteknologi) Harga di tingkat produsen (Pf) Lembaga Pemasaran Fungsi Dalam Tataniaga 1. Fungsi Pertukaran a. Penjualan b. Pembelian 2. Fungsi Fisik a. Penyimpanan b. Pengangkutan 3. Fungsi Fasilitas a. Pengepakan b. Pembiayaan c. Penentuan Mutu d. Penanggungan Resiko e. Informasi Pasar Biaya Pemasaran Margin Pemasaran (MP = Pr Pf) Konsumen (Petani) Harga di tingkat konsumen (Pr) Elastisitas Transmisi (Et = dpr/dpf. Pf/Pr ) Efisiensi Pemasaran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pemasaran Produk di PT. Mulya Agro Bioteknologi