Kualitas Glulam Samama dengan Kombinasi Kayu Mangium dan Mahoni (The Quality of Samama Glulam and Its Combination with Mangium and Mahogany Wood)

dokumen-dokumen yang mirip
Sifat Fisis dan Mekanis Glulam dari Kayu Samama (Physical and Mechanical Properties of Samama Wood Glulam)

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

ANALISA STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI DARI MATERIAL KAYU TERHADAP BEBAN GEMPA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK BALOK LAMINASI DARI KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) The Characteristics of Glued-Laminated Beams Made from Mangium Wood

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK GLUED LAMINATED TIMBER DARI TIGA JENIS KAYU BERDIAMETER KECIL DENGAN DUA KETEBALAN LAMINA RAHMA NUR KOMARIAH

Analisis Modulus Geser dan Pengaruhnya terhadap Kekakuan Panel Laminasi Kayu Samama (Antocephallus Macrophyllus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Elastik Beban-Defleksi Balok Kayu Laminasi pada Pengujian Lentur (Elastic Load-Deflection Behavior of Timber Laminated Beam on Flexural Test)

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN

Fengky S Yoresta. Studi Eksperimental Perilaku Lentur Balok Glulam Kayu Pinus (Pinus merkusii ) Fengky S Yoresta

BAB III METODE PENELITIAN

Kekakuan dan Kekuatan Lentur Maksimum Balok Glulam dan Utuh Kayu Akasia

PENGARUH KETEBALAN DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU JABON

Tekat D Cahyono 1), Syarif Ohorella 1), Fauzi Febrianto 2) Corresponding author : (Tekat D Cahyono)

KARAKTERISTIK MEKANIS DAN PERILAKU LENTUR BALOK KAYU LAMINASI MEKANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Departemen Hasil HutanFakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor, IPB Kampus Dramaga, Bogor 16001, Jawa Barat, Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN LAMINASI SILANG KAYU MINDI (Melia azedarach Linn) MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT SYAHRUL RACHMAD

Kayu Surian sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Perekatan Kayu Masa Depan (II):

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

PENGARUH UKURAN PELUPUH (ZEPHYR) DAN BUKU BAMBU (NODE) TERHADAP KUALITAS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lama berkembang sebelum munculnya teknologi beton dan baja. Pengolahan kayu

Sifat-sifat Dasar Bambu Lapis (Fundamental Properties of Ply Bamboo)

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Lamina Campuran Kayu Mangium dan Sengon (Physical and mechanical properties of the mangium-sengon glulam)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kayu merupakan salah satu sumber alam yang bersifat dapat diperbarui.

Variasi Pelapis Luar dan Berat Labur Perekat Phenol Formaldehida terhadap Kualitas Papan Lamina dengan Inti dari Batang Kelapa Sawit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keywords: Laminated bamboo, wood layer, physical and mechanical properties.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI LAMINASI DALAM PEMBUATAN RUMAH KAYU

VARIASI BERAT LABUR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN LAMINA DARI BATANG KELAPA SAWIT DENGAN PEMADATAN

PENGEMBANGAN PRODUK PANEL SANDWICH DARI BAMBU DEVELOPMENT OF PANEL SANDWICH PRODUCTS MADE FROM BAMBOO ABSTRACT

Karakteristik Papan Laminasi dari Batang Kelapa Sawit (The Characteristics of the Laminated Board of Oil Palm Trunk)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK PANEL LAMINASI SILANG KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

BALOK LAMINASI SEBAGAI BAHAN STRUKTURAL OLEH: EVALINA HERAWATI, S.Hut, M.Si NIP

Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB III BAHAN DAN METODE

Kajian Eksperimental Perilaku Lentur Balok Laminasi Lengkung dari Kayu Jabon

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

FORESTA Indonesian Journal of Forestry 1 (2) 2012: ISSN: Iwan Risnasari *, Irawati Azhar, Astri Novita Sitompul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIK DAN MEKANIS PAPAN SAMBUNG DARI KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) DAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT PV Ac

KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI KOMPOSISI PARTIKEL BATANG KELAPA SAWIT DAN MAHONI DENGAN BERBAGAI VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA

KARAKTERISTIK KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK GLULAM KAYU MANGIUM INDAH SULISTYAWATI

KARAKTERISTIK BALOK LAMINASI DARI KAYU SENGON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Daftar Makalah yang telah Dipublikasikan Terkait dengan Penelitian Disertasi

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

BEBERAPA SIFAT BAMBU LAMINA YANG TERBUAT DARI TIGA JENIS BAMBU. (Some Properties of Laminated Bamboo Board made from Three Bamboo Species)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PENGARUH RASIO BAMBU PETUNG DAN KAYU SENGON TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM LAMINASI

Karakteristik Papan Bambu Lamina Direkat dengan Tanin Resorsinol Formaldehida Ignasia M Sulastiningsih, Adi Santoso, Barly, Mohamad I Iskandar

Oleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl)

Pengaruh Kombinasi Bambu terhadap Kualitas Oriented Strand Board. (Effect of bamboo combination on the quality of Oriented Strand Board)

Dwi J Priyono 1), 2), Surjono Surjokusumo 3),Yusuf S Hadi 3), Naresworo Nugroho 3) Corresponding author: (Dwi J Priyono)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Nurwati Hadjib, Abdurachman & Efrida Basri

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan struktural yang dipilah masinal

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU NANGKA MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT

KARAKTERISTIK ORIENTED STRAND BOARD BERDASARKAN PENYUSUNAN ARAH STRAND Characteristics of Oriented Strand Board Based on Strand Orientation

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Transkripsi:

Kualitas Glulam Samama dengan Kombinasi Kayu Mangium dan Mahoni (The Quality of Samama Glulam and Its Combination with Mangium and Mahogany Wood) Tekat D Cahyono 1*, Fauzi Febrianto 2, Syarif Ohorella 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Darussaalam, Ambon, Jl. Raya Tulehu KM.24 Ambon 97582. 2 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Jl. Raya Dramaga Bogor 16680. *Penulis korespondensi : tekatdwicahyono@gmail.com Abstract Previous study on several types of samama glulam had shown the MOE and MOR which is not meet JAS 2007. The recent study addressed the glulam construction from samama wood combined with two commercial woods to improve the quality of resulting glulam. Mangium (Acacia mangium) and mahogany (Swietenia mahogany) woods were laminated with samama wood using isocyanate adhesive at a spread rate of 200 g m -2 and then clamped with 30 cm gap between the clamp for 3 hours. Nine types of glulam were made with and without a combination of 1 cm lamina from the three types of wood species. The results showed the difference of density between samama glulam with the other types. Furthermore, the moisture content, hot water delamination, cold water delamination, MOE and MOR of the products have met the requirements of JAS 2007 for structural wood. Bonding strengths of most types of glulam have met the standard except for samama and mahogany glulam without the combination. The results of this study strengthened the potency of samama as glulam material for the structural application. Keywords: glulam, mahogany, mangium, samama, structural. Abstrak Nilai MOE dan MOR beberapa tipe glulam samama pada penelitian terdahulu belum memenuhi standar JAS 2007. Penelitian bertujuan untuk merekayasa kayu samama menjadi glulam dengan kayu mangium dan mahoni. Kedua jenis kayu tersebut dilaminasi dengan kayu samama menggunakan perekat isosianat dengan berat labur 200 g m -2 dan diklem dengan jarak antar klem 30 cm selama 3 jam. Sebanyak 9 tipe glulam dibuat dari lamina setebal 1 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat jenis glulam samama dengan seluruh tipe glulam. Kadar air, delaminasi air panas, delaminasi air dingin, MOE, dan MOR memenuhi standar JAS 2007 untuk kayu struktural. Keteguhan geser seluruh kombinasi glulam sesuai dengan standar, sebaliknya glulam samama dan mahoni tanpa kombinasi belum sesuai. Hasil penelitian ini mampu meningkatkan potensi samama sebagai bahan baku produk glulam untuk keperluan struktural. Kata kunci: glulam, mahoni, mangium, samama, struktural Pendahuluan Samama (Anthocephalus macrophyllus) dalam kayu perdagangan dimasukkan dalam golongan kayu campuran. Hal inilah yang mengakibatkan namanya tidak terlalu dikenal dibandingkan dengan jenis kayu komersial lainnya. 9 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

Padahal bentuk batang yang silindris dan riap diameter dalam kisaran 4-5 cm per tahun sangat potensial dijadikan sebagai salah satu tanaman penghasil kayu di masa mendatang (Bahidin & Marsoem 2012, Cahyono et al. 2015). Warna kayunya yang kuning kecoklatan menjadi salah satu daya tarik lain dari kayu samama. Kayu samama sebagai bahan baku struktural dimulai dengan produk glulam. Beberapa tipe produk glulam yang dibuat Cahyono et al. (2014a) mampu meningkatkan nilai MOE dan MORnya sekitar 27-36% dan 26-30%. Peningkatan nilai ini berhubungan dengan tipe glulam berdasarkan ketebalan lamina penyusunnya, pemilahan lamina, dan perekat yang digunakan. Tipe glulam terbaik adalah glulam yang terdiri dari tiga lapisan lamina dengan ketebalan yang berbeda. Modulus geser glulam samama dari tipe tersebut sebesar 618±178 MPa (Cahyono et al. 2014b). Nilai ini penting untuk penggunaan struktural bentang pendek. Kelebihan glulam sebagai salah satu produk teknologi peningkatan kualitas kayu adalah memaksimalkan penggunaan kayu berdiameter kecil dan memiliki kekuatan rendah menjadi lebih kuat dengan dimensi dan model yang dapat diatur sesuai kebutuhan (Mohamad et al. 2014). Di sisi lain, tahapan pengembangan produk glulam berbahan kayu samama dibuat dengan tujuan mendapatkan kekuatan struktural setingkat lebih baik, minimal setara namun memiliki beberapa kelebihan pada beberapa sifat tertentu. Oleh karena itu, pada penelitian ini, samama dikombinasikan dengan dua jenis kayu komersial yang telah sering digunakan. Kayu jenis lain yang digunakan sebagai kombinasi adalah kayu mahoni dan mangium. Mahoni dipilih karena mewakili kayu kelas kuat II, berasal dari tanaman yang memiliki riap pertumbuhan normal, dan termasuk dalam kategori semakin sulit ditemukan dan mahal. Kayu mangium dipilih karena berat jenis (BJ) yang setara dengan samama, lebih mudah ditemukan, dan memiliki beberapa sifat yang berbeda, termasuk kelenturannya yang lebih baik (Sulistyawati 2009, Komariah & Massijaya 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mendesain glulam kayu samama dan kombinasi dengan kayu mangium dan mahoni, menganalisis sifat fisis mekanis dari glulam samama, dan menetapkan komposisi glulam terbaik. Hasil penelitian akan bermanfaat bagi pengembangan kemanfaatan kayu samama utuk dikembangkan menjadi produk bermutu, tepat guna dan sesuai kriteria sebagai bahan baku struktural. Berikutnya juga diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan dasar meningkatkan kemanfaatan kayu samama. Bahan dan Metode Persiapan bahan baku Papan kayu samama diperoleh dari hutan rakyat di Maluku. Kayu mangium dan mahoni didapatkan dari pasar kayu. Kayu dibuat lamina dengan ketebalan 1 cm dan dikeringkan sampai kadar air (KA) kesetimbangan. Pembuatan glulam Glulam dibuat dengan ukuran tebal, lebar dan panjang adalah (3x6x120) cm 3. Sembilan tipe glulam dibuat dengan variasi susunan papan lamina (Tabel 1). Selain variasi jenis, lamina juga dipilih berdasarkan 2 kategori MOE, yaitu tinggi dan rendah. Lamina dengan MOE tinggi dijadikan lapisan permukaan, sedangkan yang rendah diletakkan di Kualitas Glulam Samama (Anthocephalus macrophyllus) dan Kombinasinya dengan Mangium 10 (Acacia mangium) dan Mahoni (Swietenia mahogany) Tekat Dwi Cahyono, Fauzi Febrianto, Syarif Ohorella

bagian tengah. Perekat yang digunakan adalah isosianat dengan berat labur 200 g m -2. Setelah proses pelaburan, lamina diklem dengan jarak antar klem 30 cm, atau 4 buah klem untuk masing masing produk lamina. Waktu yang ditetapkan untuk proses pengempaan (klem) adalah 3 jam. Tabel 1 Variasi susunan papan lamina Tipe Jenis lamina penyusun glulam A SSS B TTT C UUU D TST E STS F USU G SUS H UTU I TUT Keterangan: S = Lamina kayu Samama, T = Mahoni, U = Mangium Pengujian sifat fisis mekanis dan analisis data Sifat fisis kayu yang diuji meliputi kadar air dan berat jenis. Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan lentur (MOR), keteguhan kaku (MOE), keteguhan geser, dan delaminasi. Pengujian sifat fisis dan mekanis mengacu standar BSI (1957) dan JAS (2007). Data sifat fisis dan mekanis selanjutnya dianalisis dengan rancangan acak lengkap. Jika pengaruh tipe glulam yang dibuat signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mendapatkan tipe glulam terbaik. Hasil dan Pembahasan Pemilihan dan penyusunan lamina Lamina samama, mangium, dan mahoni dibagi menjadi dua bagian berdasarkan nilai MOE. Pemilahan lamina menggunakan metode non destruktif mengikuti metode Surjokusumo et al. (2003) yang telah dimodifikasi sesuai panjang dan beban yang digunakan. Lamina dengan MOE tinggi diletakkan sebagai lapisan permukaan dan bagian bawah, sedangkan kelompok lainnya digunakan sebagai lapisan inti. Dasar pemilahan ini digunakan untuk seluruh glulam yang dibuat, walaupun dengan kombinasi jenis yang berbeda. Tabel 2 menunjukkan bahwa lamina mangium memiliki nilai MOE tertinggi untuk kelompok EA, sedangkan untuk kelompok EC setara dengan lamina samama kelompok EA. Hal yang sama juga terlihat untuk kayu samama dan mahoni. Jika dibandingkan MOE per kelompok, maka urutan MOE tertinggi ke MOE terendah pada masing-masing kelompok (EC dan EA), berturut-turut adalah mangium, samama, dan mahoni. Hasil pemilahan ini dijadikan dasar untuk menetapkan mangium sebagai lapisan luar dari glulam samama maupun mahoni karena memiliki nilai MOE lebih tinggi. BJ dan KA BJ merupakan sifat dasar kayu yang sering digunakan untuk menunjukkan korelasinya dengan kekuatan kayu. Nilai BJ yang tinggi diikuti dengan sifat kayu yang semakin kaku dan kuat. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut adalah kayu dengan BJ tinggi memiliki dinding serat lebih tinggi dibandingkan BJ rendah (Ruhendi et al. 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya BJ kayu setelah dibuat produk berbeda dengan kayu solidnya (Gambar 1). Penyebabnya adalah tambahan bahan lain, misalnya perekat yang menjadi bagian dari produk glulam. 11 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

Selain itu, produk glulam juga terdiri dari kombinasi dengan dua jenis kayu sehingga berat jenisnya akan berbeda dibandingkan dengan glulam dari satu jenis kayu. Hasil ini didukung dengan hasil uji t-student terhadap glulam satu jenis kayu (glulam tipe A, B, C) dan kombinasinya (glulam tipe E, F, G, H, dan I) menunjukkan nilai BJ yang berbeda. Tabel 2 Pemilahan lamina Jenis Kayu Kelompok MOE, kg cm -2 EC EA Mangium 69258±9071 87256±9225 Samama 52975±6019 69874±6160 Mahoni 46776±4214 60099±4922 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tipe glulam berpengaruh terhadap BJ. Selanjutnya, uji lanjut Duncan menyajikan bahwa glulam mangium memiliki BJ tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Glulam kombinasi di mana terdapat kayu mangium sebagai lapisan, baik bagian luar maupun bagian tengah memiliki BJ yang berbeda dengan glulam jenis kayu lainnya. Glulam kombinasi samama dengan mangium maupun samama dengan mahoni terlihat mengalami perbedaan BJ dengan glulam samama tanpa kombinasi. Berikutnya glulam yang memiliki rataan BJ terendah adalah A, B, dan D (Tabel 3). Rataan KA seluruh sampel adalah 12,54% dengan nilai terendah dan tertingginya masing masing adalah 11,21 dan 14,28% (Gambar 1). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan KA yang signifikan antara semua tipe glulam. Selanjutnya jika dibandingkan dengan standar JAS (2007) yang mensyaratkan KA maksimal 15%, maka seluruh tipe glulam yang dibuat memenuhi standar tersebut. Selain faktor internal seperti BJ, KA juga ditentukan oleh faktor luar seperti kelembaban udara saat pengujian. Nilai KA penting untuk diketahui karena kadar air mempengaruhi kekuatan kayu (Jayne & Bodig 1982). KA diuji untuk mengetahui KA saat pengujian mekanis sehingga dapat menjelaskan perbedaan kekuatan kayu jika contoh ujinya memiliki KA yang berbeda. Keteguhan geser Keteguhan geser glulam samama, mangium dan mahoni, berturut-turut adalah 45,43±5,20; 52,75±6,80; dan 58,64±8,27 kg cm -2. Kayu samama memiliki keteguhan geser terendah, yaitu di bawah 50 kg cm -2 (Gambar 2). Keteguhan geser samama yang rendah disebabkan karena semua sampel mengalami kerusakan pada kayunya, bukan pada garis rekatnya. Hasil keteguhan geser yang rendah juga dilaporkan oleh Cahyono et al. (2014a) pada berbagai tipe glulam samama. Peningkatan keteguhan geser terjadi setelah dikombinasikan dengan jenis kayu lain, nilainya lebih besar dibandingkan glulam samama, mahoni, dan mangium. Vick (1999) menjelaskan bahwa keteguhan geser dipengaruhi oleh jenis kayu, ketebalan lamina, dan proses pengempaan. Kualitas Glulam Samama (Anthocephalus macrophyllus) dan Kombinasinya dengan Mangium 12 (Acacia mangium) dan Mahoni (Swietenia mahogany) Tekat Dwi Cahyono, Fauzi Febrianto, Syarif Ohorella

BJ KA, % 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 A B C D E F G H I Tipe glulam BJ KA 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Gambar 1 BJ dan KA glulam. Tabel 3 Uji lanjut Duncan untuk BJ Tipe glulam Jenis kayu BJ Tanda A SSS 0,42 a B TTT 0,44 ab D TST 0,44 ab I TUT 0,46 bc H UTU 0,49 cd G SUS 0,49 cd E STS 0,50 d F USU 0,51 d C UUU 0,51 d Keterangan : S = Lamina kayu Samama, T = Mahoni, U = Mangium Pada penelitian ini, ketebalan lamina dan pengempaan menggunakan satu faktor, sehingga peningkatan keteguhan geser tersebut disebabkan karena kombinasi kayu yang berbeda. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis sidik ragam yang menunjukkan bahwa tipe glulam berpengaruh terhadap keteguhan geser. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa keteguhan geser glulam D (samama-mahoni-samama) memiliki nilai tertinggi jika dibandingkan dengan glulam tipe lain. Kelompok kedua di bawah tipe D adalah glulam tipe I, E, dan H. Peningkatan keteguhan geser disebabkan oleh kombinasi jenis yang berbeda menyebabkan perbedaan ikatan perekat isosianat dengan masing masing bahan. Perbedaan ikatan ini karena variasi sudut kontak isosianat terhadap berbagai permukaan bahan sehingga memengaruhi keteguhan geser (Tang et al. 2012, Darwis et al. 2014, Cahyono et al. 2017). Glulam A dan B tidak masuk dalam standar JAS (2007) yaitu minimal 54 kg cm -2, sedangkan tipe lainnya memenuhi persyaratan. Keteguhan geser glulam mangium tanpa kombinasi menggunakan perekat isosianat pada penelitian terdahulu memiliki nilai yang lebih besar dari standar JAS (2007). Hadjib et al. (2015) melaporkan bahwa keteguhan geser glulam mangium sebesar 74,14 kg cm -2 dengan berat labur 200 g cm -2 dan diklem selama 4 jam. Pada penelitian tersebut juga terjadi fenomena kenaikan keteguhan rekat saat mangium dikombinasikan dengan jenis lain. 13 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

Keteguhan geser, kg cm -2 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 A B C D E F G H I Tipe glulam Gambar 2 Keteguhan geser glulam. Delaminasi Ketegunan Geser Delaminasi dengan pengujian air dingin hanya terjadi pada glulam tipe F, sedangkan dengan pengujian air panas hanya terjadi pada glulam A dan D (Gambar 3). Ketiganya memiliki standar deviasi yang besar karena tidak semua sampel pada ulangan mengalami kerusakan. Nilai pengujiaan delaminasi, baik pengujian air panas maupun air dingin memenuhi kriteria JAS (2007) yang mensyaratkan delaminasi air dingin tidak lebih dari 5% dan air panas tidak lebih dari 10%. Pengujian delaminasi bertujuan untuk menguji ketahanan produk terhadap penggunaan moderat sampai ekstrim. Dengan hasil ini, semua produk dapat digunakan dengan baik pada kedua kondisi tersebut. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tipe glulam memengaruhi delaminasi dengan nilai P masing masing adalah 0,009 dan 0,016 untuk pengujian air dingin dan air panas. Nilai delaminasi yang masuk standar, selain menetapkan kemampuan glulam pada penggunaan cuaca ekstrim juga menjelaskan bahwa proses ikatan isosianat dengan satu jenis Standar Keteguhan Rekat kayu dan kombinasi dua jenis menunjukkan hasil yang baik. Sebagai bahan perbandingan, delaminasi glulam samama pada penelitian terdahulu juga memenuhi standar JAS (2007) (Cahyono et al. 2012). Sementara itu, pada penelitian lainnya glulam mangium menggunakan perekat isosianat juga memiliki nilai delaminasi sesuai standar (Komariah & Massijaya 2015). MOE dan MOR Kelenturan glulam samama, mahoni, dan mangium berturut-turut adalah 83488±4538, 80984±2909, dan 103701±4829 kg cm -2 (Gambar 4). Glulam tipe D memiliki kelenturan terkecil, yaitu 77977±4103 kg cm - 2. Sementara itu, glulam mangium (tipe C) memiliki nilai MOE terbesar. Sebagai perbandingan, MOE glulam tiga lapis mangium dengan ketebalan lamina 1,7 cm yang dilaporkan oleh Komariah (2014) sebesar 134100±3400 kg cm -2. Glulam 3 lapis dengan ketebalan lamina 2 cm memiliki nilai MOE 5829±799 MPa (Sulistyawati et al. 2008). Kualitas Glulam Samama (Anthocephalus macrophyllus) dan Kombinasinya dengan Mangium 14 (Acacia mangium) dan Mahoni (Swietenia mahogany) Tekat Dwi Cahyono, Fauzi Febrianto, Syarif Ohorella

Delaminasi, % 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 A B C D E F G H I DAP DAD Standar DAD Gambar 3 Delaminasi berbagai tipe glulam. MOE, kg cm -2 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 800 700 600 500 400 300 200 100 0 A B C D E F G H I Tipe Glulam MOE Standar MOE MOR Standar MOR MOR, kg cm -2 Gambar 4 MOE dan MOR glulam. Seluruh tipe glulam pada penelitian ini memenuhi standar JAS (2007) yang mensyaratkan nilai MOE minimal adalah 75000 kg cm -2. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa tipe glulam berpengaruh terhadap nilai MOE (Tabel 4). Hal ini dapat dijelaskan karena faktor yang berpengaruh terhadap MOE glulam adalah kelenturan bahannya dan proses pembuatan (Moody & Hernandez 1997). Pembagian bahan menjadi tiga kelompok dan meletakkan lapisan luar menggunakan lamina dengan nilai MOE lebih tinggi dari bagian tengah menjadi salah satu penentu nilai MOE akhir glulam. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil penelitian Sugiri et al. (2016) yang menjelaskan tentang potensi penambahan lapisan kayu kelas II, termasuk mahoni sebagai bahan penguat glulam untuk penggunaan struktural. Perbedaan terlihat antara MOE lamina yang tersaji pada Tabel 2 dan MOE akhir setelah menjadi glulam. Perbedaan ini akibat dari perbedaan cara penentuan nilai MOE lamina dan glulam. Lamina diuji menggunakan pengujian non destruktif, sedangkan MOE glulam diuji dengan pengujian destruktif. Pengujian lamina mendapatkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan pengujian glulam destruktif dan konsisten untuk seluruh sampel. Pengujian lamina hanya 15 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

bertujuan untuk mengelompokkan bahan agar lebih seragam pada tipe yang dibuat dan menentukan kelompok lamina untuk diletakkan di bagian luar atau tengah. Nilai kelenturan yang menjadi rujukan adalah kelenturan dengan pengujian destruktif. Gambar 4 menyajikan nilai MOR 9 tipe glulam. Kekakuan glulam samama, mahoni, dan mangium berturut-turut 491±30, 694±48, 692±44 kg cm -2. Semua tipe glulam, nilai MORnya memenuhi JAS (2007) untuk kayu struktural yang mensyaratkan nilainya lebih dari 300 kg cm -2. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tipe glulam berpengaruh terhadap nilai MORnya. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai MOR glulam samama memiliki nilai terendah, sementara nilai tertinggi didapatkan pada dua tipe glulam lainnya, yaitu B dan C (Tabel 5). Tabel 4 Uji lanjut Duncan untuk MOE Tipe glulam MOE Tanda D 77977 a I 78767 ab B 80984 abc A 83488 abc G 83634 abc H 84870 bc E 85014 c F 94614 d C 103701 e Penelitian terdahulu tentang glulam samama menunjukkan bahwa peningkatan MOE dan MOR samama pada beberapa tipe glulam sebesar 27-36% dan 26-30% (Cahyono et al. 2014a). Pada penelitian ini juga terjadi peningkatan, namun dengan persentase peningkatan MOE lebih kecil yaitu 5-17%. Sebaliknya, persentase lebih besar terjadi pada nilai MOR sebesar 32-39%. Peningkatan nilai MOE dan MOR tidak dihitung berdasarkan produk glulam, melainkan dibandingkan dengan bahan asalnya. Seperti yang terlihat pada Tabel 4, nilai MOE tipe D terlihat lebih rendah dibandingkan tipe A. Namun jika dibandingkan dengan MOE lapisan lamina bahannya, nilai tersebut mengalami peningkatan. Tabel 5 Uji lanjut Duncan untuk MOR. Tipe glulam MOR Tanda A 441 a H 488 a I 578 b G 610 bc D 635 bc F 645 bc E 657 bc C 692 c B 694 c Kesimpulan Terjadi peningkatan BJ setelah samama dikombinasikan dengan lamina mahoni dan mangium. Kadar air, delaminasi pengujian air panas dan air dingin, MOE, dan MOR seluruh glulam sesuai standar JAS (2007) untuk glulam strukutural. Keteguhan geser glulam samama dan mahoni di bawah standar, sementara seluruh tipe kombinasinya memenuhi standar. Nilai MOE glulam meningkat sebesar 5-17%, sedangkan persentase MOR-nya meningkat dalam kisaran 32-39% dibandingkan glulam samama tanpa kombinasi. Daftar Pustaka Bahidin LM, Marsoem SN. 2012. Laju pertumbuhan, sifat anatomi dan sifat fisika kayu jabon merah (Anthocephalus macrophyllus) yang tumbuh di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah [Tesis]. Yogyakarta: UGM. Kualitas Glulam Samama (Anthocephalus macrophyllus) dan Kombinasinya dengan Mangium 16 (Acacia mangium) dan Mahoni (Swietenia mahogany) Tekat Dwi Cahyono, Fauzi Febrianto, Syarif Ohorella

[BSI] British Standard Institution. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber Number 373:1957. London: BSI. Cahyono TD, Ohorella S, Febrianto F. 2012. Sifat fisis mekanis kayu samama (Anthocephallus macrophyllus) dari Kepulauan Maluku. J Ilmu Teknol Kayu Tropis 10(1):28-39. Cahyono TD, Ohorella S, Febrianto F, Priadi T, Wahyudi I. 2014a. Sifat fisis dan mekanis glulam dari kayu samama. J Ilmu Teknol Kayu Tropis 12(2):186-195. Cahyono TD, Wahyudi I, Priadi T, Febrianto F, Darmawan W, Bahtiar ET, Ohorella S, Novriyanti E. 2015. The quality of 8 and 10 years old samama wood (Anthocephalus macrophyllus). J Indian Acad Wood Sci. 12(1):22-28. Cahyono TD, Wahyudi I, Priadi T, Febrianto F, Ohorella S. 2014b. Analisis modulus geser dan pengaruhnya terhadap kekakuan panel laminasi kayu samama (Antocephallus macrophyllus). J Teknik Sipil 21(2):121-128. Cahyono TD, Wahyudi I, Priadi T, Febrianto F, Ohorella S. 2017. Sudut kontak dan keterbasahan dinamis kayu samama pada berbagai pengerjaan kayu. J Teknik Sipil 24(3):209-216. Darwis A, Massijaya MY, Nugroho N, Alamsyah EM, Nurrochmat DR. 2014. Bond ability of oil palm xylem with isocyanate Adhesive. J Ilmu Teknol Kayu Tropis 12(1):39-47. Hadjib N, Abdurachman A, Basri E. 2015. Karakteristik fisis dan mekaniks glulam jati, mangium dan trembesi. J Penel Hasil Hutan 33(2):105-114. [JAS] Japanese Agricultural Standard. 2007. Japanese agricultural standard for structural glued laminated timber. Tokyo: JSA. Jayne B, Bodig J. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites. New York: Van Nostrand Reinhold Co. Komariah RN. 2014. Karakteristik Glued Laminated Timber dari Tiga Jenis Kayu Berdiameter Kecil dengan Dua Ketebalan Lamina [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Komariah RN, Massijaya MY. 2015. Physical-mechanical properties of glued laminated timber made from tropical small-diameter logs grown in Indonesia1. 목재공학. 43(2):156-167. Mohamad W, Hazira W, Ahmad Z. 2014. Bending strength of glulam from selec-ted malaysian hardwood timber. Advan Materials Res. 879: 237-244. Moody RC, Hernandez R. 1997. Gluedlaminated timber. Engineered Wood Products, A Guide for Specifiers, Designers and Users. Madison: FPS Research Fondation. Ruhendi S, Koroh D, Syamani F, Nurhaida H, Saad S, Sucipto T. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sugiri S, Alamsyah EM, Usman AP. 2016. Potential of reinforced indonesian glulam beams using grade I (bengkirai), grade II (kamper), grade III (nyatoh) woods for use in structural wood design. J Eng Technol Sci. 48(2): 150-158. Sulistyawati I. 2009. Karakteristik Kekuatan dan Kekakuan Balok Glulam Kayu Mangium [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 17 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 15 No. 1 Januari 2017

Sulistyawati I, Nugoho N, Suryokusumo S, Hadi YS. 2008. Kekakuan dan kekuatan lentur maksimum balok glulam dan utuh kayu akasia. J Teknik Sipil 15(3):114-115. Surjokusumo S, Nugroho N, Priyono J, Suroso A. 2003. Buku Petunjuk Penggunaan Mesin Pemilah Kayu Panter Versi Panter MPK-5. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tang L, Zhang R, Zhou X, Pan M, Chen M, Yang X, Zhou P, Chen Z. 2012. Dynamic adhesive wettability of poplar veneer with cold oxygen plasma treatment. BioRes. 7(3):3327-3339. Vick CB. 1999. Adhesive bonding of wood materials. Wood Handbook Wood as an Engineering Material. Madison: USDA. Riwayat naskah Naskah masuk (received): 19 Agustus 2016 Diterima (accepted): 23 September 2016 Kualitas Glulam Samama (Anthocephalus macrophyllus) dan Kombinasinya dengan Mangium 18 (Acacia mangium) dan Mahoni (Swietenia mahogany) Tekat Dwi Cahyono, Fauzi Febrianto, Syarif Ohorella