BAB V PENUTUP. dalam novel-novel yang ditulis oleh para pengarang yang berasal. dari Jawa. Deskripsi warna lokal Jawa dalam novel Indonesia terdiri

dokumen-dokumen yang mirip
WARNA LOKAL JAWA DALAM NOVEL INDONESIA PERIODE Hartono FBS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diciptakan melalui kata-kata.sastra lahir dari representasi pikiran

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan proses cerita, proses narasi, narasi atau cerita berplot. Prosa

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

PIBSI XXXIX, Semarang 7-8 November 2017

BAB I PENGANTAR. (Teeuw, 1980: 11). Menurut Faruk (1988: 7), karya sastra adalah. sistem tanda yang bersifat kognitif.

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

DISKRIMINASI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL LINTANG KEMUKUS DINI HARI KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL. Oleh. Satia Moh. Karmin Baruadi Herman Didipu

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari sastra lebih dalam lagi, setidaknya terdapat 5 karakteristik sastra

LATAR (SETTING) Pengantar Kajian Sastra l Kusmarwanti, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS

BAB 3 METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.5

RESEPSI SISWA TERHADAP CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI. Oleh Roni Musofa Munaris Kahfie Nazaruddin

SIKAP HIDUP TOKOH WANITA DAN NILAI-NILAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

SKRIPSI. Oleh LULUK HIDAYATUL ZAHRO NIM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NILAI BUDAYA JAWA DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

KONFLIK BATIN TOKOH SRINTIL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang peneliti asal Amerika, Clifford Geertz dalam bukunya The

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

PETARUNGAN IDEALISME DALAM EKRANISASI PADA KESUSASTRAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I BAHASA SASTRA SEBAGAI MEDIA EKSPRESI

SILABUS. II. Deskripsi Mata Kuliah

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. bermuara pada struktur. Keduanya, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

TUBUH DAN PENUBUHAN DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (TELAAH FEMINISME PASCAKOLONIAL)

BAB I PENDAHULUAN. banyak diteliti dengan berbagai pendekatan. Hal tersebut dilakukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB V PENUTUP. dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari terdapat peran tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

ANALISIS TOKOH UTAMA DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

PERSPEKTIF GENDER DAN TRANSFORMASI BUDAYA DALAM NOVEL INDONESIA BERWARNA LOKAL JAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

MATERI STUDI RELIGI JAWA

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

SILABUS MATA KULIAH PENULISAN KREATIF SASTRA (IN 509) PROGRAM NONDIK

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

Geologi dalam Karya Sastra: sebuah apresiasi terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dan novel Romo Rahadi karya Y.B.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

FRASE KETERANGAN WAKTU DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI:KAJIAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

264 BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Warna lokal Jawa, dalam novel Indonesia periode 1980 1995, cukup banyak dan dominan. Warna lokal tersebut tersebar dalam novel-novel yang ditulis oleh para pengarang yang berasal dari Jawa. Deskripsi warna lokal Jawa dalam novel Indonesia terdiri atas (a) tempat kejadian peristiwa dalam novel di Jawa, (b) latar waktu, (c) kepercayaan dan upacara adat, (d) status sosial masyarakat Jawa, (e) kesenian Jawa yang terdiri atas seni ronggeng, wayang, seni tari, tembang, dan seni musik, dan (f) penggunaan bahasa Jawa. Warna lokal Jawa banyak diungkap dalam novel Indonesia periode 1980-1995 sebagai upaya pengarang untuk menghindari pembredelan karya sastra karena dianggap dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat; adanya kesempatan untuk mengembangkan budaya lokal dalam rangka memperkuat budaya nasional; adanya kesadaran masyarakat bahwa budaya nasional Indonesia terdiri atas berbagai budaya lokal termasuk budaya lokal Jawa.

265 Warna lokal Jawa yang berupa tempat kejadian peristiwa dalam novel, adalah daerah Jawa, khususnya Surakarta, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus ini Hari, dan Jantera Bianglala latar tempatnya di Dukuh Paruk sekitar daerah Banyumas Jawa Tengah. Novel Para Priyayi, tempat kejadian peristiwanya di Wanagalih sekitar daerah Madiun, Jawa Timur, Surakarta, dan Yogyakarta. Dalam novel Burung- Burung Manyar, sebagian besar peristiwanya terjadi di daerah Magelang, Surakarta, dan Yogyakarta. Novel Durga Umayi peristiwanya banyak terjadi di daerah Magelang dan Yogyakarta. Pada novel Canting, sebagian besar peristiwa dalam novel terjadi di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Peristiwa dalam novel Pasar banyak terjadi di daerah Gemolong Jawa Tengah. Novel Tirai Menurun tempat kejadiannya banyak di daerah Semarang, Salatiga, Madiun, Muntilan, dan Yogyakarta. Warna lokal yang berupa tempat kejadian peristiwa tersebut sesuai dengan daerah asal pengarang. Pemilihan warna lokal berupa latar tempat yang sesuai dengan tempat pengarang dilahirkan dan dibesarkan menjadikan pelukisan latar tempat menjadi lebih cermat dan alami. Dari warna lokal Jawa yang diungkapkan dalam latar tempat dapat diketahui identitas pengarangnya atau daerah tempat

266 pengarang lahir dan dibesarkan. Ahmad Tohari berasal dari Banyumas Jawa Tengah menulis novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang berlatar di Dukuh Paruk, daerah Banyumas Jawa Tengah. Umar Kayam yang lahir dan dibesarkan di Ngawi menulis novel Para Priyayi yang berlatar kota Wanagalih daerah Madiun, sekitar Ngawi. Arswendo Atmowiloto yang lahir dan dibesarkan di Surakarta juga menulis novel Canting yang berlatar di seputar Pasar Klewer Surakarta. Demikian juga dengan NH. Dini yang lahir dan dibesarkan di Semarang juga menulis novel Tirai Menurun yang berlatar kota Semarang Jawa Tengah. Kepercayaan masyarakat Jawa, kepada tempat-tempat keramat dan roh nenek moyang yang memiliki pengaruh dalam kehidupan, diungkapkan pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Kepercayaan masyarakat terhadap mantra dan benda-benda pusaka, diungkapkan pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, dan Durga Umayi. Kepercayaan Islam Abangan diungkapkan dalam novel Para Priyayi, Canting, dan Tirai Menurun. Upacara adat, kelahiran, dan kematian diungkap pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, dan novel Tirai Menurun.

267 Status sosial masyarakat sebagai priyayi dan masyarakat kecil diungkap pada novel Para Priyayi, Canting, dan Pasar. Status orang kecil atau wong cilik banyak diungkap pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, Durga Umayi, Pasar, dan Tirai Menurun. Kesenian Jawa, berupa seni ronggeng dan musik calung, diungkap pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Seni wayang, gamelan, dan tembang Jawa banyak diungkap pada novel Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, Burung-Burung Manyar, Durga Umayi, Pasar, dan Tirai Menurun. Seni tayub atau ledek diungkap pada novel Para Priyayi, Canting, dan Tirai Menurun. Warna lokal Jawa yang berupa penggunaan bahasa Jawa, pasemon, penamaan tokoh, dan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa terdapat pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, Durga Umayi, Pasar, dan Tirai Menurun. Penggunaan tulisan Jawa, dalam hubungan antaranggota masyarakat, diungkap pada novel Pasar. Fungsi deskripsi warna lokal Jawa dalam novel Indonesia periode 1980 1995, sebagian besar berfungsi sebagai masalah pokok atau isi keseluruhan cerita dalam novel. Warna lokal Jawa menjadi masalah pokok yang diceritakan dalam novel. Fungsi ini

268 terdapat pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, Pasar, dan novel Tirai Menurun. Selain sebagai masalah pokok cerita, deskripsi warna lokal Jawa juga ada yang berfungsi sebagai hipogram alur dan karakter tokoh novel. Fungsi hipogram karakter ini terdapat pada novel Burung-Burung Manyar dan Durga Umayi yang berhipogram pada karakter tokoh cerita wayang. Pengungkapan warna lokal Jawa dalam novel yang berfungsi sebagai penguat pelukisan latar cerita terdapat pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jantera Bianglala, Para Priyayi, Canting, Burung-Burung Manyar, Durga Umayi, Pasar, dan novel Tirai Menurun. Wayang menjadi salah satu bentuk warna lokal Jawa yang banyak digunakan oleh para pengarang novel Indonesia periode 1980-1995. Seluruh novel yang diteliti memanfaatkan wayang hanya kadar pemanfaatannya yang berbeda-beda. 5. 2 Saran Penelitian terhadap warna lokal Jawa dalam novel Indonesia periode 1980 1995 ini hanya untuk mendeskripsikan warna lokal Jawa yang terungkap dalam novel, dan juga untuk melihat fungsi penggunaan warna lokal Jawa tersebut dalam novel. Hal ini dapat dilanjutkan pada novel-novel lain, dengan subjek penelitian yang

269 lebih banyak, dan rentang waktu yang lebih panjang sehingga hasilnya lebih lengkap. Selain itu, penelitian ini juga baru dilakukan dengan subjek penelitian yang terbatas pada novel dengan cakupan yang masih terbatas juga. Oleh karena itu, penelitian terhadap warna lokal Jawa ini perlu dilakukan dengan subjek penelitian bentuk sastra yang lain, yaitu pada puisi, cerpen, dan drama sehingga hasil penelitian menjadi lebih lengkap.